Warga di sekitar lokalisasi liar Gunung Antang tak jauh dari Stasiun Matraman, Jakarta Timur berharap penertiban dan penataan kawasan tersebut segera dilakukan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Aktivitas harian warga RW 001 Kampung Kemuning, Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur, selepas tengah hari hingga sore, Jumat (17/6/2022), berjalan seperti hari biasa. Namun, dibalik aktivitasnya, warga masih merasa khawatir dengan keamanan kampung setelah dua kali penyerangan oleh sekelompok orang bersenjata.
Warga menduga penyerangan tersebut berkaitan dengan protes mereka meminta lokasi prostitusi liar Gunung Antang di dekat permukiman ditutup. Khawatir dan rasa tak aman itu masih menghantui, terlebih belum ada satu pun pelaku penyerangan ditangkap polisi. Bahkan hingga saat ini aktivitas di lokalisasi masih berjalan.
“Kami warga ingin tenang dan damai. Kejadian kemarin itu buat kami takut dan cemas. Apalagi ada banyak anak-anak di sini. Kami sepakat ingin itu (lokalisasi dekat permukiman) ditutup. Sudah kami sampaikan ke polisi dan aparatur setempat dan pihak terkait lainnya,” kata Ketua RW 001 Dwi Lestari, saat ditemui di lokasi.
Harapan serupa diutarakan sejumlah warga Kampung Kayu Manis yang juga berada tak jauh dari lokasi prostitusi liar. Zul (56), warga setempat meminta perhatian pemerintah daerah dan kepolisian serius memberikan rasa aman kepada warga. Penyerangan di Kampung Kemuning, membuat warga di Kampung Kayu Manis ikut merasa tak aman.
“Itu bisa saja menimpa kampung kami. Ini bukan hanya keamanan fisik warga dan lingkungan sekitar, tapi lebih soal ketertiban dan kenyaman sosial. Bayangkan di tengah perkampungan ada tempat seperti itu dan dibiarkan bertahun-tahun,” ujarnya.
Zul merasa pemerintah dan polisi abai dan membiarkan penyakit masyarakat tumbuh di pemukiman warga. Bukannya membenahi persoalan dan menata lingkungan supaya aman dan kondusif, tapi justru menambah persoalan warga. Ia khawatir jika tak dibenahi akan berdampak buruk kepada perkembangan anak-anak di kampung sekitar. Setelah ada dua kali penyerangan ke Kampung Kemuning, permasalahan yang membebani warga pun terasa kian mengkhawatirkan.
Penyerangan bermula saat warga menangkap basah pencuri kotak amal masjid di Kampung Kemuning, Sabtu (11/6/2022). Dari hasil musyawarah, warga kampung sepakat untuk menyelesaikaan kasus pencurian kotal amal secara kekeluargaan.
Warga menduga, pelaku berasal dari lokalisasi Gunung Anteng itu tidak terima dituduh mencuri kotak amal. Keesokan hari pada Minggu (12/6/2022), sekitar pukul 02.00 dini hari, sejumlah orang yang diduga dari Gunung Antang menyerang warga Kampung Kemuning dengan senjata tajam dan benda tumpul lainnya secara membabi buta sehingga menyebabkan empat warga luka-luka.
Kami sudah periksa sejumlah saksi dari warga dan dari Gunung Antang. Kami sedang buru pelakunya
Tak berhenti pada hari itu, penyerangan berlanjut pada Senin (13/6/2022), dini hari. Setelah penyerangan pertama, tak ada satu pun warga kampung yang berani keluar rumah.
“Kami cemas takut banget malam itu. Sempat dengar suara tembakan. Berdoa semoga enggak ada korban dan yang menyerang cepat pergi. Sudah beberapa hari ini enggak tenang. Baru tiga hari ini berani keluar rumah karena ada yang jaga (polisi dan warga). Semoga enggak ada penyerangan lagi,” kata salah satu warga Kampung Kemuning lainnya.
Seorang pemilik warung mengaku terkejut ada peluru nyasar ke tempatnya. Ia yang enggan disebut namanya bersyukur tak ada warga atau keluarganya yang menjadi korban. “Kaget, tapi aman, tidak ada yang terluka. Itu saja yang bolong pecah,” kata pemilik warung menunjuk kaca pajangan produk jualannya.
Saat mencoba menyusuri Gunung Antang, lokalisasi itu berada di antara jalur rel kereta api dekat Stasiun Matraman sekitar 500 meter dari Kampung Kemuning. Dari sisi jarak, lokalisasi itu bahkan lebih dekat, di bawah 500 meter dari dengan Kampung Pisangan Baru dan Kayu Manis.
Dari kejauhan, seperti tidak ada aktivitas di Gunung Antang. Saat mencoba mendekat lagi, terlihat dua pria berdiri dan seorang perempuan berdaster duduk menghadap dalam bilik berbahan seng. Di sekitar lokasi banyak ditemukan bungkus alat kontrasepsi.
Di sekitar lokalisasi tersebut terlihat tidak ada satu pun petugas polisi yang berjaga. Padahal, di sana sudah didirikan posko. Salah satu warga mengatakan, siang itu polisi sedang istirahat.
Buru pelaku
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Ajun Komisaris Besar Ahsanul Muqaffi menuturkan, pihaknya masih mendalami kasus penyerangan yang diduga oleh kelompok Gunung Anteng kepada warga Kemuning, Rawa Bunga.
“Kami sudah periksa sejumlah saksi dari warga dan dari Gunung Antang. Kami sedang buru pelakunya,” kata Muqaffi.
Ia melanjutkan, dari penyerangan Minggu, ada korban luka dari warga dengan inisial RH, RK, SI, dan SP. Polisi belum mau mengungkap identitas korban, sementara warga beralasan merasa lebih aman jika nama korban disamarkan.
Menurut Muqaffi, jumlah penyerang setidaknya tiga orang. Pihaknya sudah menyita barang bukti satu butir selongsong peluru saat penyerangan kedua, Senin (13/6).
Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia Daop 1 Eva Chairulnisa mengatakan, pihaknya berencana menertibkan lokalisasi Gunung Antang. Saat ini, PT KAI masih berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Jakarta Timur. Penertiban itu tidak hanya terkait lokalisasi, tetapi juga terkait penataan Stasium Matraman yang mulai beroperasi.
Kejadian penyerangan beruntun tidak hanya mengusik kenyaman dan rasa aman di kampung sekitar Gunung Anteng. Warga merasa pemerintah dan penegak hukum belum bisa melindungi warganya. Bagi mereka, tidak ada tempat aman jika penegak aturan belum sepenuhnya menjalankan kewajibannya.