Dua ”Tower” Wisma Atlet Disiapkan Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19
Data RSDC Wisma Atlet Kemayoran selama dua hari terakhir ini menunjukkan kalau jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit itu konsisten bertambah.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 atau RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa (14/6/2022) mencapai 43 orang. RSDC Wisma Atlet menyiapkan dua tower untuk mengantisipasi potensi peningkatan kasus Covid-19.
Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayor Jenderal Budiman mengatakan, jumlah pasien yang positif Covid-19 yang sedang menjalani perawatan di RSDC Wisma Atlet sebanyak 43 orang. Dari jumlah tersebut, 60 persen pasien yang dirawat merupakan pelaku perjalanan dari luar negeri.
”Sebanyak 40 persen dari pelaku perjalanan lokal yang dikirim dari puskesmas dan rumah sakit yang lain. Bahkan ada yang mandiri datang ke sini,” kata Budiman seusai memimpin apel khusus tenaga kesehatan di RSDC Wisma Atlet, Selasa pagi.
Dari data RSDC Wisma Atlet, pada Senin (13/6/2022) hingga pukul 20.00, jumlah pasien yang dirawat 35 orang. Artinya, pada Selasa ini ada penambahan 8 pasien baru.
Sementara itu, pada 12 Juni hingga pukul 20.00, jumlah pasien yang dirawat 26 orang. Data selama dua hari terakhir ini menunjukkan kalau jumlah pasien yang dirawat di RSDC Wisma Atlet konsisten bertambah.
Apalagi kalau kita membaca subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, ternyata tidak signifikan menimbulkan gejala berat. Kita tidak perlu takut.
Menurut Budiman, jumlah pasien yang masuk ke RSDC Wisma Atlet masih fluktuatif. Penambahan jumlah pasien ini disebut tidak mengkhawatirkan.
”Hanya sedikit pasien yang dirawat. Jadi, tidak ada lonjakan kasus sebetulnya, ini sudah kami perhitungkan. Kami di RSDC tidak kaget karena sudah pasti akan ada sedikit lonjakan,” tutur Budiman.
Kesiapan Wisma Atlet
Menurut Budiman, untuk mengantisipasi potensi lonjakan kasus, RSDC Wisma Atlet saat ini menyiapkan dua tower, yakni tower 5 dan tower 6 dengan kapasitas 3.801 tempat tidur. Dari analisis beban kerja, RSDC Wisma Atlet saat ini dipersiapkan untuk menampung 50-100 pasien Covid-19.
”Kalau ada penambahan nanti, kami akan tambah personel. Namun, saat ini aman. Sebanyak 43 pasien yang dirawat itu juga bergejala ringan,” kata Budiman.
RSDC Wisma Atlet juga terus melakukan inventarisasi sarana dan prasarana yang tersedia. Di RSDC Wisma Atlet, tower 1 digunakan untuk sumber daya manusia dengan kegiatan yang bersifat umum, tower 2 untuk tempat tinggal sukarelawan wanita, dan tower 3 untuk sukarelawan laki-laki.
”Tower 4 untuk sementara kami kosongkan. Sementara tower 5 kami siagakan dan tower 6 saat ini dipakai untuk merawat pasien,” ujar Budiman.
Budiman meminta masyarakat untuk tidak panik dengan potensi lonjakan kasus Covid-19 dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Tren kenaikan kasus yang mulai terjadi sudah diprediksi.
”Apalagi kalau kita membaca subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, ternyata tidak signifikan menimbulkan gejala berat. Kita tidak perlu takut,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, saat ini sudah ditemukan delapan kasus Covid-19 yang disebabkan subvarian Omicron baru di Indonesia.
”Tiga (kasus) imported cases dari (warga yang datang dari) Mauritius, Amerika Serikat, dan Brasil untuk acara Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) Bali. Lima transmisi lokal (terdiri dari) empat (kasus) di Jakarta dan satu (kasus) di Bali, tenaga media dari Jakarta. Jadi transmisi lokal sudah terjadi di Jakarta,” ujarnya seusai rapat terbatas terkait evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang dipimpin Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Istana Merdeka, Jakarta, Senin.
Rapat terbatas dengan agenda evaluasi PPKM itu digelar menanggapi kenaikan kasus harian Covid-19 satu pekan terakhir. Kasus Covid-19 yang sebelumnya melandai hingga di bawah 200 per hari kini mulai kembali naik hingga di atas 500 kasus. Bahkan, pada Jumat (10/6/2022), kasus harian mencapai 627.
Budi menjelaskan, dari delapan orang yang tertular BA.4 dan BA.5, hanya satu orang yang bergejala sedang dan belum mendapatkan vaksin dosis penguat (booster). Adapun tujuh lainnya sudah mendapatkan vaksin booster dan semua tanpa gejala atau gejala ringan.
Adanya subvarian BA.4 dan BA.5 ini membuat semua negara bersiap akan adanya gelombang baru lonjakan kasus pada Juni dan Juli ini. Dalam perkiraan Kementerian Kesehatan, puncak lonjakan kasus Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga bulan Juli.
Kementerian Kesehatan mengakui, kenaikan kasus di Indonesia juga sudah terjadi beberapa hari terakhir ini. Kenaikan kasus harian terjadi di DKI, Jawa Barat, Banten, dan Bali. Kenaikan ini disebutkan bukan akibat mudik Lebaran, melainkan karena subvarian baru.
”Biasanya puncak kasus setelah Natal-Tahun Baru di hari ke-27 sampai dengan ke-34. Sekarang, kita sudah di hari ke-40. Setiap terjadi lonjakan di suatu negara bukan karena perayaan keagamaan, melainkan varian baru,” ujarnya.