Polda Metro Jaya Tangkap Pimpinan Ormas Khilafatul Muslimin
Organisasi masyarakat itu diketahui telah mengampanyekan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila ke sejumlah daerah.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polda Metro Jaya menangkap Abdul Qadir Baraja yang disebut sebagai pimpinan organisasi masyarakat Khilafatul Muslimin, Selasa (7/6/2022). Organisasi masyarakat itu diketahui kerap mengampanyekan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Endra Zulpan mengatakan, tim mereka sedang membawa pimpinan tertinggi Khilafatul Muslimin itu dari Lampung. ”Tim dari Polda Metro berada di Lampung untuk membawa yang bersangkutan ke Jakarta,” katanya kepada wartawan, Selasa.
Polda Metro Jaya sebelumnya mendalami temuan video di media sosial saat sekelompok pemotor berkonvoi dengan membawa atribut yang menunjukkan identitas Khilafatul Muslimin. Konvoi itu terekam di daerah Cawang, Jakarta Timur, pada Minggu, 29 Mei 2022.
Dalam video terlihat seorang peserta konvoi membawa atribut bertuliskan ”sambut kebangkitan khilafah Islamiyah”.
Pekan lalu, Zulpan mengatakan, pihaknya terus menyelidiki temuan itu dengan membentuk tim khusus. Polisi pun telah memastikan kelompok itu melanggar Undang-Undang Dasar 1945 dari fakta yang terungkap.
”Dan juga kegiatan yang mengajak masyarakat untuk membangkitkan kebencian terhadap pemerintah yang sah,” kata mantan Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Selatan tersebut.
Selain di Jakarta, konvoi Khilafatul Muslimin yang mengampanyekan kepemimpinan khalifah juga muncul di daerah lain, seperti Kabupaten Bandung, Jawa Barat, hingga Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kehadiran mereka juga sempat terekam video warga dan viral di media sosial.
Nama Abdul Qadir Hasan Baraja terakhir muncul di harian Kompas pada 3 November 2002 dalam artikel berjudul ”Menelusuri Dakwah Ba’asyir dan Jaringan Ngruki”. Namanya tertulis tiga kali.
Pertama sebagai orang terkait Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki di Sukoharjo yang disebut dalam persidangan kasus pembunuhan Pembantu Rektor Universitas Sebelas Maret Solo tahun 1979 oleh Musa Warman. Menurut jaksa yang mengadili kasus ini, orang itu dibunuh karena melaporkan Jemaah Islamiyah (JI) ke polisi.
Kedua, dari catatan International Crisis Group, Abdul Qadir Baraja sebagai pengajar di Ngruki sempat dituduh sebagai pelaku kasus peledakan Candi Borobudur di Jawa Tengah. Terakhir, namanya disebut duduk dalam jajaran pimpinan Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI), bersama beberapa orang lainnya yang pernah dipenjara di era Soeharto karena konsisten memperjuangkan pembentukan komunitas islami.
MMI sendiri lahir dari Kongres Mujahiddin di Yogyakarta pada Agustus 2000 yang digelar jaringan Ngruki. Pimpinan MMI saat itu adalah Abu Bakar Ba’asyir, pemimpin Pondok Pesantren Ngruki, yang pernah dipenjara pada 2011 terkait kamp pelatihan militan di Provinsi Aceh. Ba’asyir pernah dianggap sebagai pemimpin spiritual jaringan JI yang terkait dengan Al Qaeda, yang dituduh mengatur pengeboman kelab malam di Bali.