Merasakan Berisik dan Berjubelnya Stasiun Manggarai
Stasiun Manggarai kian berisik saat ada peralihan sistem persinyalan atau ”switch over” kelima. Suara petugas dari lantai dasar hingga lantai atas membangkitkan memori lama saat menunggu berangkat di terminal bus.
Stasiun Manggarai, di Jakarta Selatan, sangat berisik pada Selasa (31/5/2022) sore hingga malam. Kebisingan tak hanya berasal dari suara kereta yang datang dan pergi.
Sumber kebisingan juga datang dari petugas stasiun yang seperti tak henti berteriak pada Selasa sore hingga Selasa malam. Petugas acapkali terlihat menahan amarah saat ada penumpang yang seenaknya melanggar garis pemisah alur penumpang ke peron-peron KRL.
”Tolong Bu, ikuti jalur saja. Jangan asal nyebrang. Kami di sini membantu supaya Bapak, Ibu, aman jalannya dan tidak sampai padat,” kata salah satu petugas yang mengenakan pakaian berwarna putih di peron 6 Stasiun Manggarai, Selasa sore.
Di tempat lain, di peron 6 itu, petugas sibuk mengatur dan mengarahkan penumpang yang turun dan naik kereta. Petugas meminta penumpang untuk naik ke lantai dua jika ingin melanjutkan perjalanan ke arah Bogor.
Baca juga : Atasi Kebingungan Penumpang, Perlu Lebih Banyak Informasi dan Petunjuk Arah
”Tujuan Depok, Nambo, Bogor, naik ke atas di lantai dua. Lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, bisa gunakan lift prioritas,” kata petugas melalui pengeras suara.
Sebagian petugas juga terlihat sibuk menjawab pertanyaan penumpang yang baru transit di peron 6 setelah menempuh perjalanan dari arah Bekasi atau Cikarang. Situasi sore itu di peron 6 dan 7 cukup padat.
Penumpang pun harus mengantre untuk naik ke lantai atas menggunakan tangga. Di lift, penumpang prioritas juga harus berdesak-desakan dan mengantre untuk mendapat giliran menggunakan lift.
Baca juga: Urai Kepadatan di Stasiun Manggarai, KRL Feeder Manggarai - Bekasi Dioperasikan
Berisiknya suara petugas rupanya tak berhenti di lantai dasar di peron 6 dan peron 7. Usai berjuang mengantre sambil berdesak-desakan di tangga, kebisingan kembali muncul saat tiba di lantai satu.
Teriakan petugas di lantai satu rasanya seperti mengulang memori lama ketika menunggu tumpangan di terminal bus. Di terminal bus, biasanya, sopir, kernet, atau calo berteriak, menghampiri calon penumpang, serta membujuk penumpang untuk menumpang dengan bus-bus tertentu.
Di Stasiun Manggarai, situasinya memang berbeda. Namun, di tempat itu terdapat belasan hingga puluhan petugas. Ada yang memegang papan berisi petunjuk jalur, ada pula yang menggunakan tangannya mengarahkan penumpang ke peron-peron selanjutnya. Pada saat bersamaan, ada petugas yang berteriak sambil menunjuk arah untuk mengingatkan penumpang agar tak salah arah jika berpindah kereta ke tujuan Bogor, Tanah Abang, atau arah Jakarta Kota.
Kebisingan suara petugas sore itu bahkan kerap kali mengalahkan suara kereta yang sayup-sayup terdengar di lantai dasar stasiun. Teriakan petugas sore itu dituruti penumpang yang berjalan pelan tanpa banyak bersuara menuju ke tempat yang diarahkan petugas.
Di lantai satu Stasiun Manggarai, penumpang yang bakal melanjutkan perjalanan ke Bogor harus naik lagi satu tingkat ke lantai dua. Di lantai dua itu ada peron 10 sampai 13 yang diperuntukan untuk penumpang dari dan ke Bogor.
Antrean penumpang cukup padat untuk bisa tiba di peron 12. Sebagian penumpang yang telah berusia senja tampak mengap-mengap usai tiba di peron 12.
”Horeeee,” teriak sejumlah ibu usai berhasil melewati tangga dan tiba di peron 12. Nina (55), warga asal Bogor, Jawa Barat, misalnya, merasa cukup lelah berjubel di tengah kepadatan penumpang.
Baca juga: Kebingungan Berlanjut di Stasiun Manggarai
Dia tak hanya berjuang melewati kepadatan, tetapi juga harus berjibaku menaiki tangga di lantai satu dan lantai dua Stasiun Manggarai. Nina memilih untuk tidak menggunakan lift lantaran tak ingin berlama-lama mengantre.
”Lama juga kalau pakai lift. Antreannya panjang. Saya masih kuat, kok,” kata perempuan yang bakal melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir Stasiun Bogor.
Mulai terbiasa
Banyaknya kehadiran petugas di lantai dasar, lantai satu, dan lantai dua Stasiun Manggarai memang berisik. Namun, kehadiran mereka dinilai sangat membantu. Sebagian penumpang yang awalnya kebingungan dengan peralihan jalur kereta di Stasiun Manggarai mulai terbiasa.
Ikhsan (35), karyawan swasta yang bekerja di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, misalnya, selama dua hari terakhir ini mulai terbiasa dengan peralihan rute di Stasiun Manggarai. Dia tak kesulitan untuk berpindah kereta.
Dari Depok, dia bakal turun di peron 11 Stasiun Manggarai. Di sana, dia tinggal mengikuti arahan petugas untuk menunggu kereta arah Stasiun Sudirman dan Tanah Abang di peron 6 atau 7.
Baca juga : Dirut PT KAI: Perubahan Operasionalisasi KRL untuk Tingkatkan Keselamatan dan Pelayanan
Fransisca (40), warga asal Bekasi, Jawa Barat, juga mengaku mulai terbiasa dengan peralihan jalur kereta di Stasiun Manggarai. Namun, dia masih sering kebingungan dengan perubahan jalur masuk kereta untuk tujuan perjalanan ke Stasiun Bekasi dan Cikarang.
”Arah Bekasi ini masih bingung. Sering berubah-ubah. Kemarin, dari Bogor, tunggu kereta ke Bekasi di peron 9. Hari ini di peron 8. Besok mungkin di Peron 15,” ucapnya.
KRL ”feeder”
PT KAI Commuter sejauh ini juga terus berupaya mengurai kepadatan di Stasiun Manggarai. Salah satu langkah yang ditempuh ialah menjalankan KRL feeder Manggarai-Bekasi serta mengoperasikan jalur 8 pada jam sibuk sore hari. Langkah ini dilakukan seusai evaluasi pola operasi khususnya pada jam sibuk pagi dan sore hari.
VP Secretary Corporate KAI Commuter Erni Sylviane Purba mengatakan, KAI Commuter melakukan evaluasi pola operasi, khususnya pada jam sibuk pagi dan sore. Evaluasi dilakukan supaya proses transit pengguna di Stasiun Manggarai menjadi lebih baik lagi pascaperalihan sistem persinyalan atau switch over kelima (SO 5).
Dari hasil evaluasi Selasa pagi, KAI Commuter mengatur kembali alur pengguna KRL di Stasiun Manggarai, khususnya pengguna yang akan menuju arah Bekasi/Cikarang. ”Ada enam perjalanan yang dijalankan untuk melayani pengguna yang transit di Stasiun Manggarai untuk menuju Bekasi/Cikarang sore hari,” kata Purba.
Jadwal perjalanannya adalah untuk relasi Manggarai–Bekasi KRL feeder berjalan pukul 18.00, 19.27, dan 21.11. Kemudian, KRL feeder relasi Bekasi–Manggarai berjalan pukul 18.42, 20.08, dan 21.48.
Apa yang terjadi di Stasiun Manggarai sejak akhir pekan lalu itu memang konsekuensi dari perubahan sistem persinyalan. Kepadatan penumpang tak terelakkan yang berujung kebingungan dan keluhan para penumpang yang viral atau diamplifikasi melalui media massa. Pengelola stasiun atau KAI Commuter harus bekerja ekstra demi kelancaran semua perjalanan kereta, terutama kenyamanan penumpang yang menjadi pembeli jasanya.