Kesal dengan Pandangan Ade Armando Jadi Alasan Pengeroyokan
Polda Metro Jaya menangkap tiga dari enam tersangka pengeroyokan langsung terhadap dosen UI, Ade Armando. Polisi kini juga sudah meringkus satu penyebar provokasi di lokasi kejadian.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi mengungkap motif dari beberapa tersangka pengeroyokan terhadap pegiat media sosial Ade Armando seusai unjuk rasa mahasiswa di depan Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta Pusat. Motif mereka yaitu tidak terima dengan pandangan-pandangan Ade Armando yang sering disuarakan di media sosial.
Hal ini terungkap setelah Polda Metro Jaya mendalami keterangan dari tersangka yang berhasil ditangkap sejak Selasa (12/4/2022). Kemarin, polisi menangkap dua dari enam tersangka yang teridentifikasi dari olah data gambar dengan alat pendeteksi wajah dan data Dukcapil.
”Dua orang kami tangkap kemarin atas nama Komarudin dan Muhammad Bagja. Dini hari tadi, pukul 02.30 WIB, Tim Polda Metro Jaya berhasil menangkap pelaku ketiga terkait kasus pemukulan dan pengeroyokan atas nama Dhia Ul Haq,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Endra Zulpan, di Jakarta, Rabu (13/4/2022).
Tersangka atas nama Muhammad Bagja, kata Zulpan, mengaku kesal dengan apa yang disuarakan Ade Armando di media sosial. Mengetahui korban menghadiri unjuk rasa mahasiswa, Senin sore lalu, Bagja pun terdorong untuk menghakimi dosen komunikasi di Universitas Indonesia tersebut.
”Ada kaitan dengan adanya (pihak) yang mengirim pesan ke media sosial terkait keberadaan korban di lokasi,” ungkapnya. Sementara tersangka Komarudin disebut melakukan pengeroyokan hanya karena terprovokasi massa di lokasi kejadian.
Atas nama Arif Pardiani, kami tangkap di Jakarta. Ini yang kalau terlihat di video yang beredar di media sosial, yang bersangkutan ini melakukan provokasi.
Polisi akan mendalami keterangan dari tersangka yang sudah tertangkap. Polisi juga akan mengejar tersangka lain yang dipetakan di awal, yaitu Abdul Manaf, Abdul Latif, dan Ade Purnama.
Provokator
Selain enam tersangka pengeroyokan langsung terhadap Ade Armando, Zulpan melanjutkan, polisi juga menangkap satu orang yang ikut memprovokasi orang lain terkait Ade Armando.
”Atas nama Arif Pardiani, kami tangkap di Jakarta. Ini yang kalau terlihat di video yg beredar di media sosial, yang bersangkutan ini melakukan provokasi,” katanya.
Dalam video, pria yang mengenakan kemeja hitam dan berkacamata itu merekam dirinya di Jalan Gatot Subroto dekat Kompleks MPR/DPR/DPD. Selama lebih kurang 11 detik, pria itu berujar, ”Ade Armando udah mati, dikeroyok sama massa. Sekarang kita ditembaki polisi. Turun semua, turun semua yang di Jakarta.” Disusul pekikan takbir dari satu orang lainnya.
Dari kronologi yang dijelaskan Nong Darol Mahmada, Sekretaris Jenderal Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS), Ade Armando datang sebagai tim PIS ke unjuk rasa mahasiswa guna meliput dan membuat konten media sosial. Ade meliput bersama dua juru kamera.
”Sejak siang, pada awalnya tidak ada masalah, bahkan beberapa media massa mewawancarai Ade Armando. Pukul 15.35, tim menyepakati untuk menyudahi peliputan. Posisinya saat itu ada di depan pintu gerbang utama DPR. Tim lalu mundur dari posisi semula dan menjauh dari massa demontrasi,” katanya.
Saat mundur, beberapa orang terlihat mengawasi Ade Armando. Setelah itu, mereka tiba-tiba didatangi oleh seorang ibu yang tidak dikenal sambil memaki-maki. Makian ibu-ibu itu menggerakkan massa untuk bertindak beringas.
”Mereka semua mengepung Ade Armando dan tim. Pukul 15.41, Ade Armando dan tim kemudian mundur ke dinding pagar DPR. Lalu, mereka didatangi massa yang mendorong-dorong Ade Armando. Beberapa saat kemudian, dihampiri beberapa orang tidak dikenal yang tiba-tiba langsung menyerang,” pungkasnya.