Cerita Turun Mesin Perdana MRT Jakarta Setelah Empat Tahun Beroperasi
Setelah empat tahun beroperasi dari Lebak Bulus ke Bundaran HI, rangkaian kereta pertama MRT Jakarta menjalani perawatan menyeluruh atau overhaul. Overhaul atau turun mesin perdana itu dimulai dari 17 Februari lalu.
Sore itu, beberapa anggota staf pemeliharaan sibuk di ruang masinis kereta MRT. Setiap orang mengecek bagian kereta yang diparkir di bengkel pemeliharaan di Depo MRT Jakarta di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
”Tiga kereta (car) sudah selesai menjalani pemeriksaan empat tahunan. Tiga lainnya segera menyusul menjalani pemeliharaan berat,” kata Kepala Departemen Rolling Stock Workshop atau Bengkel Kereta MRT Jakarta Christoforus Deberland, Kamis (31/3/2022) sore itu.
Sesuai dengan panduan dan manual yang disusun pabrikan kereta MRT Jakarta, Nippon Sharyo, kereta-kereta MRT dijadwalkan menjalani pemeliharaan perawatan menyeluruh atau yang bisa disebut overhaul atau turun mesin. Langkah itu juga sesuai dengan Sistem Prosedur Perawatan Sarana yang disahkan Kementerian Perhubungan RI.
Sesuai dengan panduan dan manual itu, menurut Deberland, satu rangkaian kereta, yang di MRT Jakarta satu rangkaian terdiri atas enam kereta, akan menjalani perawatan menyeluruh atau turun mesin setidaknya setelah kereta menempuh 480.000 km atau sudah beroperasi selama empat tahun.
Dengan trek MRT Jakarta, yang saat ini baru 16 km dari Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia, rasanya jarak tempuh 480.000 km masih belum tercapai. Yang paling memungkinkan adalah kereta MRT Jakarta sudah beroperasi selama empat tahun sejak kedatangan pertama. Sehingga alasan itu yang memungkinkan dilakukan perawatan menyeluruh.
Melihat rangkaian kereta yang terparkir di bengkel Depo MRT begitu juga alasan turun mesin, Kompas yang sore tersebut mendapat kesempatan berada di depo, langsung menebak, kereta yang dilihat kala itu adalah kereta yang sama yang dilihat pada November 2017 di pabrik kereta MRT Jakarta Nippon Sharyo di Toyokawa, Aich, Jepang.
Ini kereta yang pertama datang dan ini adalah perawatan yang pertama kali setelah empat tahun.
Saat itu, Kompas mendapat kesempatan melihat langsung persiapan akhir kereta MRT Jakarta yang akan dikirim dari pelabuhan di Kota Toyohashi, Prefektur Aichi, Jepang, ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia.
Dua rangkaian kereta MRT Jakarta pertama tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada Maret 2018. Kereta-kereta itu lalu menjalani serangkaian pengujian serta uji coba, sebelum akhirnya kereta-kereta itu menembus perut Jakarta melalui operasi komersial yang diresmikan pengoperasiannya pada 24 Maret 2019 oleh Presiden Joko Widodo.
Deberland pun mengiyakan, kereta yang tengah menjalani perawatan menyeluruh atau turun mesin memang rangkaian kereta pertama MRT Jakarta. ”Ini kereta yang pertama datang dan ini adalah perawatan yang pertama kali setelah empat tahun,” katanya.
Baca Juga: Presiden Luncurkan Bor untuk Terowongan MRT Fase 2A
Dalam perawatan turun mesin, satu rangkaian kereta yang terdiri atas enam kereta akan menjalani tes kecil di short track test. Di lintasan itu, tim ingin memastikan dan mengenali ”penyakit” yang diderita si kereta.
Untuk menangani turun mesin edisi perdana yang dimulai 17 Februari 2022, tim pemeliharaan terbagi atas tim perencana, tim eksekutor, dan tim pendukungfasilitas. Total ada 56 orang dalam tim itu yang ahli di bidang masing-masing untuk perawatan.
Sebanyak 15 orang di antaranya merupakan tenaga ahli perawatan dari Jepang, yang khusus datang mendampingi tim MRT Jakarta. Ke-15 tenaga ahli itu adalah ahli dari operator JR East, Jepang; JRTM, dan JIC. Mereka di antaranya adalah ahli pantograf, ahli kompresor, hingga ahli AC.
Bicara tentang turun mesin, di lintasan pengujian itu tim akan mengecek di antaranya kondisi baterai, juga kerusakan yang dialami. Informasi dari hasil pemeriksaan harian dan bulanan menjadi info awal pengecekan.
Dari sana, tim memulai pengetesan. Setelahnya kereta dibawa masuk ke bengkel. ”Di situ dilakukan pemeriksaan menyeluruh dan kami membongkar kereta untuk bisa melakukan penggantian suku cadangdan pembersihan,” katanya.
Bagian badan kereta yang dilepas juga dites sebelum dilakukan perawatan. Deberland menyebutkan, misalnya kaki kereta atau boogie dilepas, kemudian dilakukan pemeriksaan yang dilanjutkan perawatan. Setelahnya dilakukan pengetesan terhadap kaki itu sebelum kaki itu dipasang kembali ke badan kereta.
Begitu bagian yang dilepas sudah dirangkai ke badan kereta, tim juga melakukan pengetesan terakhir. ”Kami mengecek integrasinya apa ada masalah atau tidak sebelum kembali dioperasikan melayani penumpang,” kata Deberland.
Baca Juga: Perawatan Ratangga di Depo MRT Lebak Bulus
Saat perawatan menyeluruh itu, menurut Deberland, penyakit yang ditemukan rata-rata pada mesin pendingin ruang atau air conditioner (AC).
”Karena negara kita tropis, beda dengan Jepang, jadi kita punya fokus khusus dengan AC. Juga karena kita punya udara lebih berdebu dibandingkan dengan Jepang, sedangkan kereta ini dibuat oleh Jepang, kita punya concern utama soal debu, debunya lebih banyak daripada di Jepang, debu di AC, di motornya,” ujarnya.
Dengan banyak debu, itu bisa menurunkan perfoma AC. Mesin pendingin bisa menjadi lebih panas. Sementara di boogie, tim tidak menemukan kerusakan.
”Sesuai buku manualnya, kami mengecek keretakan, kebocoran, ya, segala macam yang ada di manual,” kata Deberland.
Sesuai buku manual, tim pemeliharaan kereta mengikuti manual perawatan Nippon Sharyo yang terdiri atas 8.000 halaman. ”Kami punya standar pekerjaan, satu kereta ada 440 item pekerjaan, terdiri atas sekitar 17 subassembly, di antaranya ada roda, ada valve (katup), AC, kompesor,” kata Deberland.
Dalam perawatan menyeluruh itu, sebagai bagian dari transfer ilmu pengetahuan juga tata cara perawatan dan pemeliharaan, awalnya tim melakukan perawatan menyeluruh terhadap tiga kereta pertama. Kemudian, tiga kereta terakhir dikerjakan seluruhnya oleh tim MRT Jakarta untuk menerapkan hasil belajar dari kegiatan perawatan menyeluruh di awal.
Baca Juga: MRT Jakarta Targetkan Layani 14,6 Juta Penumpang pada 2022
Panji Arum Bismantoko, Kepala Divisi Railway Maintenance MRT Jakarta, menyebutkan, dengan pendampingan dari tenaga ahli itu memang diharapkan ada transfer pengetahuan bagaimana memelihara dan merawat kereta. Dengan demikian, dalam perawatan menyeluruh yang pertama yang dijadwalkan selesai pada 12 Mei 2022 ini sudah terjadi transfer pengetahuan kepada tim pemelihara MRT Jakarta.
Selain perawatan menyeluruh, tim pemeliharaan MRT Jakarta sejatinya sudah melakukan perawatan pemeliharaan terjadwal. Ada pemeliharaan harian, juga ada pemeliharaan bulanan.
Pemeliharaan terjadwal itu menjadi faktor pendukung keandalan kereta MRT Jakarta. Utamanya pada ketepatan waktu kedatangan kereta (on time performance) kereta MRT Jakarta.
Dari hasil evaluasi, Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar, dalam Forum Jurnalis Desember 2021, menjelaskan, ketepatan waktu tempuh kereta per lintas 99,96 persen, ketepatan waktu berhenti di stasiun 99,98 persen, dan ketepatan waktu kedatangan kereta di stasiun 99,95 persen.
Dijelaskan Deberland, pemeliharaan rutin—selain perawatan menyeluruh—turun mesin itulah yang mendukung keandalan performa kereta. Dengan demikian, bila kompresor kereta bermasalah dań tidak segera diatasi, kereta tidak bisa melakukan pengereman. Kemudian juga jika kaki-kaki ada kerusakan kalau tidak segera diperbaiki, kereta bisa mogok.
”Kalau ada gangguan, OTP bisa terganggu. Karena itu, ada pemeliharaan harian, bulanan, dan overhaul ini untuk menjaga OTP dan juga kenyamanan penumpang,” kata Deberland.
William menggarisbawahi, proses perawatan menyeluruh yang didampingi tenaga ahli dari Jepang itu adalah bagaimana membangun budaya memelihara. ”Jadi, kita tidak pintar membangun, tetapi memelihara (dibudayakan) juga supaya kualitas pelayanan bisa dipertahankan selamanya,” katanya.
Itu sebabnya tim MRT Jakarta belajar dari orang Jepang bagaimana memelihara infrastrukturnya.
”Kita mulai dari ini, kita adopsi, lalu ada pelatihan, dan ada SOP. Kita mau kembangkan bagaimana budaya keselamatan, keandalan, kenyamanan, dan kebersihan hadir. Sehingga dalam pemeliharaan ada standar, ada SOP, ada sistem yang dilaksanakan secara konsisten,” kata William.