Stok Pangan DKI Jakarta Dijamin Aman di Tengah Potensi Lonjakan Permintaan
DKI Jakarta memperkirakan saat Idul Fitri kebutuhan daging sapi dan telur ayam naik 13 persen, tapi stok dipastikan aman. Secara umum, kebutuhan pangan naik 3,33 persen saat puasa dan 7,34 persen saat Idul Fitri.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta memprediksi kebutuhan pangan menjelang puasa rata-rata naik 3,33 persen dan saat Idul Fitri mengalami kenaikan rata-rata 7,34 persen. Adapun harga pangan menjelang Idul Fitri juga diprediksi naik dengan kisaran 1,39-40,35 persen. Meski demikian, DKI memastikan stok pangan untuk April dan Mei 2022 aman.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati, Rabu (30/3/2022), menjelaskan, menjelang Idul Fitri, kebutuhan tertinggi ada pada komoditas telur ayam dan daging sapi. Peningkatan kebutuhan kedua komoditas itu diperkirakan 13 persen.
Adapun untuk peningkatan kebutuhan terendah menjelang Idul Fitri ada pada komoditas beras dan cabai merah besar. Untuk kedua komoditas itu, kenaikan kebutuhan diperkirakan 4 persen.
Suharini melanjutkan, sebagai antisipasi kenaikan kebutuhan pangan, DKPKP memastikan adanya ketersediaan pangan, setidaknya pada April dan Mei 2022. Dalam dua bulan itu, stok pangan ada pada level cukup dan aman.
Rinciannya, kata Suharini, untuk beras stok tercatat 208.081 ton, daging sapi 7.576 ton, daging ayam 67.245 ton, telur ayam 73.148 ton, cabe merah keriting 8.679 ton, cabe rawit merah 7.110 ton, bawang putih 5.444 ton, bawang merah 19.894 ton, gula pasir 16.796 ton, dan minyak goreng 53.127 ton.
Selain kenaikan kebutuhan pangan, menurut Suharini, juga ada kenaikan harga. ”Kenaikan harga pangan menjelang Idul Fitri berkisar 1,39-40,35 persen,” katanya.
Peningkatan harga tertinggi ada pada komoditas minyak goreng curah sebesar 40,35 persen. Untuk minyak goreng kualitas premium, harga mengalami kenaikan lebih dari 100 persen karena terbitnya peraturan dari pemerintah pusat tentang HET minyak goreng curah dan penetapan harga minyak goreng kualitas premium yang ditetapkan melalui mekanisme pasar.
”Penyebab mahalnya minyak goreng curah dikarenakan berkurangnya pasokan minyak goreng curah yang masuk ke pasar tradisional. Pasokan yang biasanya masuk 4 kali dalam seminggu menjadi hanya satu kali dalam seminggu,” kata Suharini.
Adapun peningkatan harga terendah, menurut Suharini, ada pada komoditas cabai merah besar sebesar 1,39 persen. ”Harga komoditas hortikultura (cabe dan bawang) pada Idul Fitri tahun ini lebih terjangkau dibandingkan kondisi tahun lalu karena pasokan tahun ini cukup baik dan musim hujan tidak terjadi saat ini,” katanya.
Untuk bahan pangan segar dengan kenaikan harga tertinggi adalah daging sapi sebesar 16,85 persen. Kenaikan harga daging sapi penyebab mahalnya harga daging sapi dikarenakan Pemerintah Australia lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri yang melonjak tinggi setelah pandemi Covid-19 mulai terkendali, tingginya biaya impor, dan naiknya harga pakan sapi.
”Untuk harga beras sepanjang tahun 2022 stabil dikarenakan lancarnya pasokan beras dan tidak terjadi gagal panen di daerah produsen,” kata Suharini.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Onny Widjanarko secara terpisah menjelaskan, dengan adanya prediksi kenaikan kebutuhan ataupun harga, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta melakukan monitoring pasokan dan keterjangkauan harga bahan pangan pokok bagi masyarakat di pasar-pasar. Dari pantauan 23 Maret 2022, pasokan komoditas bahan pangan masih baik dan cukup.
Namun untuk harga sejumlah komoditas pangan ada kenaikan. Harga minyak goreng, tepung terigu, tempe, dan tahu menunjukkan peningkatan harga yang disebabkan peningkatan harga bahan baku global akibat geopolitik Rusia-Ukraina sehingga berpotensi mendorong kenaikan harga berbagai komoditas yang memiliki komponen impor yang tinggi.