Cipratan Ramainya Pasar Cipulir Menjelang Ramadhan
Pasar Cipulir, Jakarta Selatan, yang sepi sejak Covid-19, kembali ramai oleh pelanggan yang berbelanja pakaian untuk Ramadhan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar Cipulir di Jakarta Selatan ramai pengunjung luring dan daring yang berbelanja pakaian serta segala perlengkapannya menjelang Ramadhan. Omzet pedagang dan pekerja dari salah satu pasar tekstil terbesar di Ibu Kota itu pun menanjak setelah selama dua tahun terakhir ini sepi karena pandemi Covid-19 dan berbagai pembatasan aktivitas.
Tempat parkir di depan, bagian dalam, dan parkiran lantai 4 pasar terisi sepeda motor dan mobil pengunjung, Selasa (29/3/2022). Para pedagang menyusun pakaian dan perlengkapan di kios atau lapak, mengemas barang belanjaan, dan tawar-menawar dengan pengunjung yang berseliweran.
Kuli panggul tak ketinggalan. Mereka sigap naik-turun mengangkut barang dagangan ke kios atau lapak dan barang belanjaan ke parkiran atau di depan pasar di Jalan Ciledug Raya.
Nanang Sopian (36), salah satu pedagang di lantai 3, bolak-balik memeriksa nota dan belanjaan yang akan dikirim kepada pembeli. Warga Cianjur, Jawa Barat, yang bermukim di Cipulir itu juga sesekali meladeni pelanggan yang menanyakan pakaian dan perlengkapan.
”Semenjak Covid-19 di sini sepi. Sempat ditutup juga saat PPKM darurat tahun lalu. Sekarang mulai ramai, orang-orang belanja pakaian untuk Ramadhan. Paling ramai Senin dan Selasa,” katanya.
Nanang kedatangan pengunjung dari Jabodetabek dan luar daerah, seperti Lampung, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka Belitung. Pengunjung dari luar daerah, lebih banyak memesan pakaian dan perlengkapan melalui Whatsapp karena terbentur syarat perjalanan di masa pandemi.
Dia rutin mengirim foto barang dan harganya kepada pelanggan daring. Setelah tercapai kesepakatan, pembayaran melalui transfer, lalu barang dikirim.
”Lebih simpel. Saya kirim gambar dan harga. Dia (pelanggan) kirim balik barang yang mereka mau. Buat nota, transfer, terus kirim,” ujarnya.
Menjelang ibadah puasa, pembeli atau pemesan barang dagangannya mencapai sepuluh orang dalam sehari. Adapun omzetnya paling sedikit Rp 1 juta per hari saat sepi, terutama Minggu dan paling banyak mencapai Rp 40 juta pada Senin dan Selasa.
Aris (30), pedagang di lantai 2, juga menerima banyak pembeli atau pesanan menjelang Ramadhan. Bahkan, pelanggannya dari wilayah Indonesia bagian timur, seperti Ternate, Sorong, dan Jayapura, sudah berbelanja sejak Februari.
”Kebanyakan belanja pakaian anak-anak sampai dewasa. Sehari rata-rata laku 40-50 lusinan. Alhamdulillah kembali ramai setelah berbagai pembatasan,” tuturnya sambil beristirahat setelah mengemas pesanan.
Turut kebagian
Kuli panggul turut kebagian ramainya pengunjung di Pasar Cipulir. Mulai banyak pembeli menggunakan jasa mereka setelah cukup lama lebih banyak hanya mengangkut barang dagangan para pedagang.
Icep Saifulloh (47), salah satu kuli panggul, kini bisa mengantongi Rp 300.000 per hari setelah pasar kembali ramai. Selama ini, pendapatannya paling banter Rp 100.000. ”Sudah lumayan walaupun pengunjung dari luar daerah lebih sedikit,” ujarnya.
Di sisi lain, Pemprov DKI Jakarta berupaya memastikan ketersediaan stok dan pasokan kebutuhan pangan selama Ramadhan hingga Lebaran. Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati, dalam keterangan tertulis, menyebutkan, stok dan pasokan kebutuhan pangan yang aman diharapkan mampu menjaga kestabilan harga pangan sehingga inflasi tetap terjaga.
”Pemprov bersinergi dan berkolaborasi bersama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, serta TPID Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan berbagai upaya untuk menjaga ketersediaan stok pangan. Sehingga upaya-upaya yang dilakukan ini, inflasi Jakarta tetap terkendali dan berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 3 persen- 1 persen,” katanya.