Manajemen Transjakarta Tegur Dua Operator Atas Sejumlah Kecelakaan
Terkait kecelakaan beruntun yang melibatkan bus-bus Transjakarta, Minggu dan Senin lalu, manajemen Tranasjakarta memperingatkan operator Mayasari dan Pahala Kencana. Pemeriksaan polisi masih berlangsung.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN, ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Dua insiden kecelakaan bus Transjakarta, Minggu (13/3/2022) dan Senin (14/3) membuat PT Transportasi Jakarta kembali disorot atas kejadian itu. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) angkutan umum milik Pemprov DKI Jakarta itu pun memperingatkan dua operator bus yang terlibat.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta M Yana Aditya usai rapat kerja dengan Komisi C Bidang Keuangan DPRD DKI Jakarta, Selasa (15/3/2022) menjelaskan, pihaknya tidak bisa berkomentar karena pemeriksaan sedang berlangsung di kepolisian. “Jadi ada dua operator di sana, Mayasari dan Pahala Kencana yang kemarin ada kecelakaan. Kita berikan peringatan. Kedua, karena pramudinya sedang diperiksa, maka kami berikan sedikit skors supaya pemeriksaannya lebih lancar,” jelas Yana.
Dengan pemberian peringatan juga skors, menurut Yana, diharapkan ada efek jera. Semua dilakukan demi memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Peringatan itu merupakan sanksi awal. "Sanksi kan bertingkat. Ada peringatan, ada macam-macam sampai yang paling tinggi itu pemutusan kontrak,” jelas Yana. Kecelakaan sepekan terakhir ini menyusul serangkaian kecelakaan lain yang melibatkan sejumlah bus Transjakarta, hingga menyebabkan pramudi meninggal dan sejumlah penumpang terluka.
Secara terpisah, Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Polisi Sambodo Purnomo Yogo menjelaskan, kecelakaan yang melibatkan bus Transjakarta, di antaranya pada Minggu lalu dimana pengendara sepeda motor tewas. “Kejadian di Thamrin itu motor masuk ke jalur busway,” jelasnya.
Secara total, dari evaluasi Polda Metro Jaya pada Januari, Februari, dan Maret 2022 terdapat 17 kecelakaan melibatkan bus Transjakarta. “Lima kecelakaan di Januari, tujuh kecelakaan di Februari, lalu dari 1 - 14 Maret 2022 ada lima kecelakaan. Total ada 17 kecelakaan yang melibatkan Transjakarta,” jelas Sambodo.
Dari 17 kecelakaan itu, korban meninggal tiga orang, tiga luka berat, dan tujuh luka ringan serta kerugian materi. Namun, dari 17 kecelakaan tersebut tidak semua kecelakaan penyebabnya adalah pihak Transjakarta.
“Dari 17 kasus yaitu enam kasus laka lantas yang patut diduga penyebabnya adalah driver Transjakarta, sisanya yaitu 11 kasus itu justru kelalaian dari pengendara lain. Jadi ada dari 17 kasus itu 35 persen yang patut diduga penyebabnya dari Transjakarta,” jelas Sambodo.
Dari 35 persen itu, kata Sambodo, penyebabnya adalah faktor manusia. Polda Metro Jaya, akan mengevaluasi titik mana yang rawan, termasuk juga evaluasi dari sisi manajemen Transjakarta.
Selain itu, Polda Metro Jaya juga akan menganalisa beberapa kasus kecelakaan di jalur atau koridor bus Transjakarta (busway). Apakah tabrakan itu menabrak separator atau hal lain di jalur bus Transjakarta.
“Kita akan lihat, kita akan evaluasi, apakah di titik-titik itu terdapat pengamanan yang cukup apakah misal ada lampu, water barrier-nya, termasuk yang kecelakaan mobil terbakar itu penyebabnya karena menabrak separator busway,” jelas Sambodo.
Untuk evaluasi itu, Polda Metro Jaya juga akan menghubungi pihak terkait, termasuk Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Hasil evaluasi tersebut akan diberikan ke Pemprov DKI dan pihak Transjakarta untuk memperbaiki, sehingga nantinya ada perbaikan dan kecelakaan berkurang, termasuk kemungkinan membangun jembatan penyeberangan orang.
Anggota Komisi B Bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menegaskan, atas serentetan kecelakaan yang melibatkan bus Transjakarta dan bahkan ada korban meninggal, kepala daerah hendaknya turut bertanggungjawab. “Tanggung jawab moral. Mendesak agar ada perbaikan dalam pelayanan dan keselamatan,” kata dia.
Secara khusus, Simanjuntak meminta Gubernur DKI Jakarta melihat masalah utama bertransportasi publik yakni keselamatan, bukan malah menggarisbawahi masalah transportasi adalah soal kepadatan dan polusi.
“Diperlukan paradigma pro rakyat untuk mampu mengenali masalah keselamatan ini sebagai masalah terpenting, tanpa harus menunggu keluarga sendiri yang jadi korban untuk menghayati penderitaan orang,” katanya.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan, untuk para pengemudi Transjakarta diperlukan adanya keahlian khusus. Bus Academy yang dikembangkan Transjakarta diharapkan melengkapi pengemudi dengan keahlian khusus mengemudi, juga membentuk sopir dengan kecakapan khusus. Adapun untuk aspek keselamatan, evaluasi terus dilakukan bersama KNKT.