Konsumsi Rokok Tak Terdampak Pandemi

Hasil Susenas selama tiga tahun terakhir mencatat, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk komoditas rokok dan tembakau berada di urutan kedua tertinggi setelah kebutuhan pokok makanan dan minuman jadi.

Di tengah pandemi, tingkat konsumsi rokok di Indonesia tetap tinggi. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) selama tiga tahun terakhir mencatat, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk komoditas rokok dan tembakau berada di urutan kedua tertinggi (di atas Rp 70.000) setelah kebutuhan pokok makanan dan minuman jadi. Besaran itu bahkan masih mengalahkan rata-rata pengeluaran per kapita untuk kebutuhan penting lainnya, seperti padi-padian, sayuran, hingga buah-buahan.

Secara proporsi, rata-rata pengeluaran per kapita masyarakat untuk rokok 6 persen. Kompleksitas persoalan yang timbul akibat pandemi tak juga menggeser besarnya pengeluaran untuk rokok. Hal tersebut tergambar dari hasil Survei Status dan Perilaku Merokok di Masa Pandemi oleh CISDI. Hasil kajian ini menangkap, tekanan pekerjaan hingga ekonomi dampak pandemi memang membuat penurunan pengeluaran terhadap konsumsi rokok, tetapi porsi perokok yang tetap bertahan hingga naik untuk tetap konsumtif terhadap tembakau masih jauh lebih besar. Salah satu cara yang dilakukan perokok agar tetap bertahan dalam guncangan di masa pandemi adalah beralilh membeli rokok dengan harga yang lebih murah.