Warteg Akan Siasati Harga jika Minyak Goreng Tetap Mahal
Pengusaha warung makan berharap pemerintah pusat dan daerah mengambil solusi cepat untuk mengatasi dampak tingginya harga bahan baku terhadap daya beli.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengusaha warung tegal atau warteg bersiap menyesuaikan harga makanan jadi yang dijual menyusul masih tingginya harga minyak goreng. Pengusaha mengharapkan pemerintah pusat dan daerah mengambil solusi cepat untuk mengatasi dampak tingginya harga bahan baku terhadap daya beli.
Mukroni, Ketua Koordinator Warteg Nusantara, saat dihubungi, Selasa (11/1/2022), mengatakan, pengusaha warteg mulai resah dengan harga minyak goreng yang masih tinggi menjelang pertengahan Januari. Mengutip laman Informasi Pangan Jakarta, saat ini harga rata-rata minyak goreng curah di Jakarta Rp 19.750 per kilogram atau liter.
Padahal, harga acuan penjualan minyak goreng di konsumen sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020 adalah Rp 11.000 per liter.
”Kalau normal, harga 2 liter minyak itu Rp 29.000 atau Rp 32.000. Sekarang ini sudah Rp 40.000. (Kenaikan) ini, kan, kayak ritual, ya, setiap Natal dan Tahun Baru ada kenaikan. Tetapi ini sudah pertengahan Januari, harga masih tinggi,” tutur Mukroni.
Pemerintah, kan, ada rencana operasi pasar minyak murah yang harganya Rp 14.000 itu. Tapi, tadi saya ke pasar, belum juga terealisasi.
Harga minyak goreng yang tidak kunjung turun pun kemungkinan membuat pengusaha warteg menyesuaikan penjualannya, baik menaikkan harga makanan yang dijual maupun mengurangi porsi makanan demi tidak menaikkan harga.
Di beberapa warteg di Jakarta, belum ada kenaikan pada harga makanan, khususnya yang menggunakan minyak goreng. Namun, sebagian pengusaha menyiasati dengan mengurangi porsi atau ukuran makanan yang dijual.
Strategi ini dipakai pedagang Warteg Sumber Tani, di Kramat Jati, Jakarta Timur. Mereka memilih tidak menaikkan harga makanan karena takut pelanggannya kabur.Di sisi lain, warteg itu membutuhkan 6-7 liter minyak goreng per hari. Jika biasanya modal harian untuk membeli minyak goreng kurang dari Rp 100.000, hampir sebulan terakhir warteg itu harus mengeluarkan modal lebih.
”Sekarang pelanggan baru mulai tambah lagi, sejak kantor mulai ramai dan sekolah di dekat sini mulai buka lagi. Kalau harga dinaikkan, ya, takut kabur lagi," kata Sidqi, salah satu pedagang.
Mukroni menilai, strategi seperti itu dipilih karena kebanyakan pedagang belum berani menaikkan harga. Penyebabnya, salah satunya karena daya beli yang dinilai masih rendah meski mobilitas masyarakat sudah ramai. Di awal pandemi, daya beli rendah membuat omzet warteg turun 80 persen. Omzet di masa normal pun belum banyak dirasakan pedagang.
Sementara itu, pedagang juga menunggu kejelasan pemerintah dalam menurunkan harga, salah satunya dengan operasi pasar. Sebelumnya, pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan berjanji untuk mendistribusikan 1,2 miliar liter minyak goreng subsidi yang dibanderol Rp 14.000 per liter. Harga tersebut ditetapkan berlaku selama enam bulan.
”Pemerintah, kan, ada rencana operasi pasar minyak murah yang harganya Rp 14.000 itu. Tapi, tadi saya ke pasar, belum juga terealisasi. Artinya, harga minyak masih belum turun harganya. Hari ini yang ukuran per liter itu Rp 20.000 per kilogram. Itu yang merek biasa, yang curah sudah susah,” tuturnya.
Operasi pasar
Di Tangerang Selatan, Banten, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan hari ini mengadakan operasi pasar di kantor Kecamatan Pamulang. Pada Senin (10/1/2022) dan Sabtu (8/1/2022), di Kota Tangerang, juga diadakan operasi pasar di Gedung Cisadane.
Pada setiap lokasi itu, 4.000 liter minyak goreng dijual dengan harga Rp 14.000 per liter. Setiap warga dibatasi membeli maksimal dua liter. Dalam menjual minyak murah ini, pemerintah daerah di kedua wilayah itu bekerja sama dengan perusahaan swasta.
”Syarat membeli pakai uang tunai dan KTP,” kata Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Disperindagkop UKM) Kota Tangerang Shandy Sulaeman dalam keterangan tertulisnya.
Kamis (6/1/2022), Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan Perikanan (DKPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, Pemprov DKI Jakarta baru akan mengadakan operasi pasar pekan ini. Ini dilakukan selain dengan membuka pasar murah di kelurahan-kelurahan.
Dalam rapat kerja bersama Komisi B Bidang Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, Suharini mengatakan, Pemprov DKI Jakarta melalui Badan Usaha Milik Daerah Food Station juga akan membuat kemasan ulang yang lebih terjangkau.
”Diharapkan dengan mengubah kemasan minyak goreng, masyarakat kelas bawah bisa membeli sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka,” kata perempuan yang biasa disapa Eli ini (Kompas.com, 6/1/2022).
Adapun terkait kenaikan harga ini, menurut dia, bergantung pada harga pasar global. Pemerintah pusat memegang peran utama dalam membuat kebijakan agar minyak goreng dapat kembali terjangkau oleh masyarakat.