Lintasan Formula E di Bekas Rawa Pembuangan Lumpur Ancol
Dalam kunjungan kerja di Ancol, anggota Komisi B DPRD DKI mengingatkan pengelola Ancol agar tidak menggunakan pinjaman Rp 1,2 triliun dari Bank DKI untuk membiayai proyek pembangunan jalur balapan Formula E.
Oleh
Erika Kurnia
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lintasan Formula E sepanjang 2,4 kilometer dan lebar 12 meter akan segera dibangun di kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, yang merupakan lahan bekas rawa. Area itu dipastikan bisa segera dibangun untuk gelaran balapan mobil listrik tahun depan.
Rabu (29/12/2021) sore, Komisi B bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta mengajak rombongan wartawan untuk meninjau lokasi proyek Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC). Tidak jauh dari Restoran Jimbaran di pinggir Pantai Karnival, rombongan berjalan kaki ke arah selatan.
Tanah becek sempat mengantarkan rombongan ke lahan yang lebih luas di paling ujung timur kawasan Ancol tersebut. Dari jauh, rombongan bisa melihat bangunan Jakarta International Stadium yang berada di seberang kanal Ancol. Sejumlah tongkat pematok warna merah disebar setiap beberapa meter untuk menandai sisi lintasan balap.
Lahan garapan seluas 35 hektar itu sebagian besar telah dibersihkan dari semak dan pepohonan. Tanah di sana kering, tetapi empuk begitu diinjak. Gigitan nyamuk dirasakan mengganggu beberapa anggota rombongan.
”Ini dulunya rawa, rawa yang dikeruk. Setiap kegiatan pengerukan yang dilakukan pemda, dari pengerukan kali hingga MRT, ini tempat pembuangannya. Bisa dibandingkan dengan bangunan di sekitarnya, ini lebih tinggi,” kata Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga saat meninjau lahan tersebut.
Dalam kegiatan itu, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu berkunjung bersama beberapa anggota Komisi B, seperti Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz serta anggota lainnya, yaitu Sutikno, Taufik Zulkifli, dan Hasan Basri Umar.
Mereka telah mendetailkan persetujuan bentuk trek, kemiringan setiap tikungan, ketebalan aspal, batu tipe apa saja.
Mereka didampingi Managing Director Formula E dari PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Gunung Kartiko. Hadir pula bersama mereka Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Perseroda) Widi Amanasto dan Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Teuku Sahir Syahali.
Pada kesempatan itu, Pandapotan sempat menyangsikan kelayakan daerah bekas rawa itu sebagai lokasi lintasan balapan beraspal keras. ”Ini termasuk lahan mentah. Mungkin dengan kecanggihan teknologi yang didapatkan Jakpro ini dikatakan bisa (jadi) tiga bulan, kita lihat saja nanti,” ujarnya.
Gunung mengatakan, lahan itu sudah dibersihkan dari sampah-sampah yang menumpuk. ”Dalam beberapa hari, kami sudah angkut sampah-sampah yang jadi endapan buangan. Lahan ini pun sudah agak padat, tadinya ada gundukan-gundukan,” katanya.
Kondisi lahan itu pun sebelumnya sudah disepakati lebih dulu bersama Formula E Operation (FEO) dan Federation Internationale de l’Automobile (FIA). ”Mereka telah mendetailkan persetujuan bentuk trek, kemiringan setiap tikungan, ketebalan aspal, batu tipe apa saja,” lanjut Gunung.
FEO dan FIA nanti juga akan kembali datang di masa pemilihan kontraktor. Kontraktor pembangunan sirkuit dan pendukung akan dipilih melalui tender terbuka pada Januari 2022. Bulan itu juga, kontraktor harus memulai pembangunan agar gelaran Formula E tetap bisa berlangsung pada 4 Juni 2022.
”Trek ini, kan, ada aspal, ada pendukungnya. Fasilitas pendukung, seperti barrier, fence, dan Tecpro untuk keselamatan sudah dibeli di tahun 2019-2020. Sebagian sudah di Cikarang, dan sebagian di China. Tiga bulan sejak penunjukkan kontraktor mulai Januari besok, selesai, siap pakai," tuturnya.
Tanpa APBD
Gunung mengatakan, mereka membutuhkan anggaran sekitar Rp 100 miliar untuk biaya konstruksi. Biaya itu digalang dari para sponsor. Sejauh ini, ia menyebut beberapa pihak, seperti produsen minuman, makanan, dan bank, sudah tertarik menjadi sponsor.
”Ada yang mengajukan, tetapi belum fixed lewat proposal B2B (bisnis ke bisnis). Biaya itu juga nanti dipakai untuk membayar sewa ke pihak Ancol, tetapi nanti KJJP yang menentukan,” katanya.
Selain untuk membangun lintasan balap, anggaran dari sponsor juga akan dipakai untuk membangun arena hiburan pendukung, seperti Grand Stand untuk penonton, tempat pameran mobil dan seluk-beluk Formula E, tempat pertunjukan musik, dan hiburan lainnya. Kebutuhan itu dibangun dengan anggaran yang sudah dipangkas dari rencana awal.
”Jadi, di luar commitment fee, Jakpro ajukan Rp 340 miliar ke APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI 2019) untuk penyelenggaraan. Namun, sekarang kami pangkas beberapa pra-event jadi hanya mandatory pelaksanaan sekitar Rp 100 miliar,” kata Gunung.
Dewan Komisi B DPRD DKI sendiri memiliki tanggapan beragam mengenai pembangunan sirkuit tersebut. Namun, secara umum mereka setuju selama biaya pembangunan dan penyelenggaraan tidak menggunakan APBD.
”Saya selaku Fraksi PKB mendukung. Yang penting tidak pakai APBD DKI Jakarta. Seperti yang disampaikan Jakpro bahwa pakai dana sponsor,” kata Sutikno.
Hal senada juga disampaikan Pandapotan meski ia tidak mendukung penuh pembangunan proyek tersebut. ”Yang penting tidak pakai APBD saja. Kalau hati kecil saya belum pernah mau mendukung Formula E karena kondisi sekarang, seperti kita lihat, baru dari persoalan pandemi, kita lagi coba bangun suasana tidak ada pemborosan, buang uang rakyat, jadi ngapain kita bangun ini,” ujarnya.
Selain itu, ia juga mengingatkan pihak Ancol agar tidak menggunakan pinjamannya dari Bank DKI untuk membiayai proyek tersebut. Seperti diketahui, Ancol baru saja mendapat pinjaman Rp 1,2 triliun dari bank tersebut. Pinjaman itu dipakai untuk biaya operasional kawasan wisata terpadu terbesar di Asia Tenggara itu.