Sudah Gaji Hanya Sesuai UMR, Risikonya Kehilangan Nyawa
Meski pekerjaannya penuh risiko dan berbahaya, banyak petugas pemadam kebakaran di Jakarta statusnya hanya penyedia jasa lapangan perseorangan dengan gaji setara upah minimum provinsi.
Jarak pandang hanya sejengkal mata karena terhalang asap dari api yang membakar Gedung Cyber 1 di Mampang, Jakarta Selatan, Kamis (2/12/2021). ”Kalau tersesat dan oksigen habis, ya sudah. Bisa mati kami,” ujar Hafiz Ilham (38), menceritakan rasa takutnya saat mencari korban kebakaran Gedung Cyber 1.
Proses mencari orang di tengah kebakaran bukanlah hal mudah. Ketika sampai di lokasi selepas dzuhur, Ilham hanya mendapat info samar dari para karyawan gedung yang berhasil menyelamatkan diri.
Ilham dan timnya harus meraba-raba di antara koridor sempit dan asap yang kian mengungkung. Satu per satu, Ilham harus memasuki ruangan dan memeriksa apakah ada orang yang tertinggal, entah masih sadar atau sudah terkulai lemas.
Problema yang ditemui pun belum berhenti di situ. Tantangan diperumit kapasitas oksigen yang hanya bertahan 30 menit. Pergerakan harus cepat.
Namun, jika teburu-buru dan tidak berhati-hati, salah membuka pintu akan berakibat fatal: api meledak keluar melalui pintu dalam fenomena yang disebut backdraft. Pintu yang dibuka akan memasok oksigen ke ruangan yang sudah dalam suhu supertinggi. Ini ledakan yang mematikan.
”Kalau lagi terjebak asap, yang saya pikirkan, ya, keluarga. Anak saya umurnya baru tiga tahun,” kata Ilham.
Dia kemarin berhasil menemukan salah satu korban. Saat itu, kondisi korban sudah tak sadarkan diri dan jelaga menutupi wajahnya. Ilham tidak mengetahui bagaimana nasib akhir dari korban yang berhasil ia temukan itu.
”Asap sudah masuk ke paru-parunya (korban), ya bisa meninggal,” katanya. Tercatat dua orang meninggal akibat kebakaran di Gedung Cyber 1.
Kalau tersesat dan oksigen habis, ya sudah. Bisa mati kami. Kalau lagi terjebak asap, yang saya pikirkan, ya, keluarga. Anak saya umurnya baru tiga tahun.
Asap memang menjadi musuh utama yang paling ditakuti. Korban tewas akibat kebakaran ini pun diyakini akibat asap. Risiko semacam ini yang harus dihadapi oleh para petugas pemadam kebakaran. Rasa takut harus ditelan mentah-mentah.
Baca juga:
- Tak Mudah Mengatasi Kebakaran di Jakarta
- Kebakaran Klasik di Jakarta
- Pemadam Butuh Lebih dari 15 Menit Sampai Lokasi Kebakaran
Merasa tertekan
Di rumah, keluarga juga harap-harap cemas. Nopi Nurmayanti (37), istri Kerisno (40), petugas pemadam kebakaran di Pos Kalibaru Cilincing, Jakarta Utara, hampir tak pernah berhenti khawatir saat suaminya bertugas. Bahkan, Nopi merasa tertekan setiap mendengar sirine kebakaran.
Sebagai pasangan muda yang memiliki anak tunggal berusia balita, mereka tinggal di Asrama Pemadam Kebakaran Semper Barat. Lokasi yang berdekatan dengan Kantor Sudin Gulkarmat, Jakarta Utara. Artinya, dari dalam rumah pun Nopi bisa mendengar sirine untuk setiap kebakaran yang terjadi di Jakarta Utara.
Akibatnya, Kerisno sering sekali mendapat telepon panik dari istrinya. Ia memahami tekanan yang dialami Nopi. ”Mungkin hati istri saya bertanya-tanya, kebakaran di mana, apakah di tempat berbahaya? Para istri damkar sadar betul kalau suami mereka bertugas yang bertaruh dengan nyawa,” cerita Kerisno.
Mungkin hati istri saya bertanya-tanya, kebakaran di mana, apakah di tempat berbahaya? Para istri damkar sadar betul kalau suami mereka bertugas yang bertaruh dengan nyawa.
Risiko bersama
Meski pekerjaannya penuh risiko, banyak petugas pemadam kebakaran di Jakarta statusnya hanya penyedia jasa lapangan perseorangan (PJLP). Tenaga PJLP telah menjadi bagian integral dari personel damkar DKI Jakarta. PJLP menyumbang hampir setengah (1.753 petugas) dari 4.242 petugas operasional damkar yang ada.
Namun, tanggung jawab dan beban tugas antara pemadam kebakaran berstatus PJLP dan mereka yang sudah diangkat menjadi pegawai negeri sipil tak jauh berbeda. Status PJLP artinya, mereka mendapatkan upah minimum provinsi (UMP) untuk pekerjaan yang terkadang mengancam keselamatan diri. Padahal, PJLP di dinas lain juga memberikan upah yang sama, tetapi bisa jadi risikonya lebih rendah
”Saya pribadi mungkin sudah menjiwai (profesi damkar). Ya sudah jalanin. Kami enggak mau lihat rumput sebelah. Tapi, ya kami terus mikir kapan nih (diangkat jadi PNS),” kata Andri Purwanto di Pos Sektor Kebayoran Baru.
Idealnya, Jakarta memiliki 11.000 personel pemadam kebakaran. Dengan hanya 4.242 petugas pemadam kebakaran saat ini, satu regu yang mengawaki satu mobil pemadam (enam orang), terkadang hanya berjumlah empat sampai lima orang.
Defisit jumlah personel ini menyebabkan satu petugas dalam satu regu yang kurang anggotanya harus merangkap tugas; dari menyetir truk, mencari sumber air, dan menggelar selang, hingga menjaga truk dari keriuhan warga.
”Jangan makan tulang kawan. Satu capek, capek semua. Enggak ada perbedaan, kami yunior kerja, senior juga kerja,” kata Andri.
Sebagai petugas damkar, risiko keselamatan fisik menjadi hal yang harus diterima. Saat banyak warga menjauhi lokasi kebakaran atau penyelamatan, mereka justru mendatanginya.
Trauma
Selain itu, trauma psikis juga menjadi hal yang harus diakrabi petugas damkar. Zulkarnain, misalnya, pada 2009 pernah bertugas memadamkan kebakaran toko perabotan di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, yang memakan tiga korban jiwa. Zulkarnain menjadi salah satu petugas yang harus mengevakuasi jenazah. Setelah operasi pemadaman selesai, ia menyadari bahwa ia mengalami trauma psikologis.
”Ternyata ada traumanya, karena selama beberapa minggu setelah kejadian itu, saya masih mencium bau jenazah yang terbakar. Baunya enggak hilang-hilang,” ujarnya.
Meski demikian, baik Zulkarnain maupun Andri sama sekali tidak memiliki penyesalan memilih profesi sebagai pemadam kebakaran. Ada kebanggaan tersendiri. ”Setiap personel pemadam ini pasti punya kebanggaan sebagai pemadam karena kami bisa membantu orang di situasi yang belum tentu orang lain bisa,” kata Zulkarnain.
Panggilan dan risiko adalah dua sisi mata uang dari profesi ini. Menurut pengajar Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Ika Zenita, pemadam kebakaran adalah profesi yang sangat bermakna karena memberi manfaat yang sangat besar untuk sesama. Namun, risiko yang menyertainya juga sangat besar.
Segala risiko fisik dan tekanan mental yang besar pada profesi ini, menurut Ika, adalah aspek yang rentan menyebabkan burnout atau lelah fisik mental dan juga stres. ”Biasanya yang memilih profesi ini juga punya panggilan jiwa untuk membantu orang lain,” kata Ika.
Penyelamatan
Saat ini, kebakaran bukan menjadi tugas satu-satunya bagi petugas damkar. Petugas damkar kian diandalkan masyarakat yang membutuhkan segala macam pertolongan. Dari mengevakuasi warga yang terjebak banjir hingga menyelamatkan anak kucing dan ponsel yang tercebur ke gorong-gorong. Pos Sektor Kebayoran Baru pada 2020-2021 menangani 210 penyelamatan.
Bahkan, di Jakarta, jumlah penanganan penyelamatan telah melampaui penanggulangan kebakaran. Dinas Gulkarmat DKI Jakarta mencatat, selama empat tahun terakhir, jumlah penyelamatan terus meningkat. Pada 2018 ada 1.357 kejadian dan mencapai 4.050 sepanjang Januari-November 2021.
Penyelamatan oleh petugas damkar pun mendapat banyak pujian dari masyarakat. Upaya petugas mengambil kartu ATM yang jatuh ke gorong-gorong mendapat 14.840 retweet dan likes Twitter. Bahkan, setelah sejumlah penanganan penyelamatan dari Damkar viral, sempat muncul tagar #MendingLaporDamkar.