Produk UMKM Warga Pulo Geulis Kota Bogor Masuk Hotel
UMKM warga Kampung Pulo Geulis memiliki potensi untuk naik kelas karena memiliki produk yang baik dan berkualitas. Melalui produk ini juga menjadi salah satu cara untuk mempromosikan kampung kreatif etnik tersebut.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, menetapkan Pulo Geulis, Babakan Pasar, Bogor Tengah, sebagai kampung kreatif etnik. Penetapan itu sekaligus penandatanganan kerja sama 23 usaha mikro, kecil, dan menengah warga Pulo Geulis dengan Hotel 101 yang difasilitasi Pemerintah Kota Bogor dan Yayasan Baitul Maal PLN. Kerja sama ini diharapkan mampu menghidupkan perekonomian keluarga di Pulo Geulis yang terdampak pandemi Covid-19.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, UMKM warga Pulo Geulis memiliki potensi untuk naik kelas karena memiliki produk yang baik dan berkualitas. Contoh produk UMKM itu seperti kuliner atau jajanan pasar. Produk yang dinilai baik, berkualitas, serta memiliki cita rasa yang tidak kalah dengan sajian kue-kue di restoran dan hotel yang dibuat oleh para chef harus diangkat dan diberikan tempat agar naik kelas.
Beberapa produk UMKM andalan Pulo Geulis yang masuk ke dalam menu Hotel 101 adalah kue balok, roti unyil, dan bakpao. Produk jajan pasar itu juga akan dipajang sebagai oleh-oleh yang bisa dibeli oleh tamu.
”Tidak hanya naik kelas secara kualitas, tetapi juga membantu menaikkan perekonomian keluarga. Sebanyak 23 UMKM ini bisa semakin berkembang. Warga produsen jajanan pasar ini memperhatikan higienitas, tidak memakai bahan pengawet atau zat pewarna yang membahayakan tubuh. Mereka juga memperhatikan kriteria dari bahan yang food grade (kemasan makanan aman),” tutur Dedie, Selasa (23/11/2021).
Geliat ekonomi tidak bisa dari satu sektor saja, tetapi perlu kerja sama semua pihak, termasuk UMKM warga.
UMKM dan Hotel 101 tidak hanya menjalin kemitraan produk kuliner. Pihak hotel juga akan memfasilitasi pelatihan standardisasi cita rasa dan higienisitas produk. Selain itu, untuk mendukung produktivitas, UMKM warga Pulo Geulis mendapat bantuan alat produksi dari Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN, seperti blender, kompor, dan alat pengaduk adonan. Ke depan akan ada pengadaan tambahan bantuan alat produksi seperti mesin jahit dan alat pendukung lainnya untuk UMKM di bidang kreasi.
”Tentu tidak hanya 101 yang membeli, tetapi hotel lain di Kota Bogor juga bisa pesan di Pulo Geulis sebagai produsen jajanan pasar,” kata Dedie yang juga berharap produksi warga Pulo Geulis semakin berkembang luas secara pemasaran.
Sejalan dengan penetapan kampung kreatif etnik Pulo Geulis melalui ikon Kelenteng Phan Ko Bio, upaya itu diharapkan mampu menarik kunjungan wisatawan yang ingin melihat nilai keberagaman dan toleransi umat beragama dari keseharian dan interaksi warga. Kelenteng Phan Ko Bio, yang ditemukan pada 1703 oleh Abraham van Ribeck, juga menjadi ruang untuk kegiatan sosial masyarakat setempat serta rumah ibadah bagi tiga keyakinan, yaitu Buddha, Khonghucu, dan Islam.
Selain itu, wisatawan bisa menikmati produk-produk UMKM, tidak hanya kuliner, tetapi juga kerajinan tangan, seperti produk rajutan tas dan sepatu hingga produk kreatif kaligrafi dan lukisan wajah.
Dari potensi produk warga itu, lanjut Dedie, perlu ada pemahaman manajemen yang terkelola untuk menghadapi tantangan produktivitas atau pemenuhan permintaan produk yang tinggi di pasar.
”Kerja sama bagaimana produksi bisa lebih terkontrol, sesuai dengan syarat, kondisi, sehingga kalau memang permintaan banyak dan besar, bisa dibikin secara kolektif produksinya. Begitu pula peralatan yang ada di situ dikelola secara besar,” ujarnya.
Ke depan, tambah Dedie, kemandirian warga dalam menjalankan usaha juga penting sehingga tidak bergantung pada bantuan. Bantuan saat ini menjadi pendorong untuk semakin berdaya dan berkembang. Selanjutnya, warga bisa mengembangkan pengelolaan manajemen dengan skema koperasi simpan pinjam yang dibuat oleh warga dan untuk warga sendiri.
CEO Panorama Group Budi Tirtawisata menyampaikan, selaku pelaku pariwisata di sektor perhotelan, Hotel 101 menjalin kerja sama dengan warga di Pulo Geulis sebagai salah satu cara mempromosikan Kota Bogor melalui produk UMKM sekaligus obyek wisata di Pulo Geulis.
”Geliat ekonomi tidak bisa dari satu sektor saja, tetapi perlu kerja sama semua pihak, termasuk UMKM warga. Produk kue-kue ini akan kami jual ke tamu. Titik awalnya turis domestik. Kita kenalkan ada produk asli Kota Bogor. Mudah-mudahan ini berkembang ke hotel lain,” katanya.
Siti Maimunah, salah satu pelaku UMKM kuliner, mengatakan, pada masa pandemi Covid-19 saat ini, ia bersyukur produk kue bakpaonya masuk dalam menu sarapan di Hotel 101. Untuk pemesanan, ia menyanggupi membuat 100 bakpao per hari ke pihak hotel.
”Awalnya seperti tidak yakin, tetapi ternyata kegiatan ini serius dan warga dilibatkan. Tentu ini membantu secara ekonomi karena dampak pandemi. Tidak hanya dari pihak hotel, tetapi ini juga bisa buat Kampung Pulo Geulis dengan datangnya wisatawan. Jadi, semakin banyak produksi kuenya dan keuntungan juga naik. Nah, sekarang tunggu bantuan alat biar bisa banyak buat kue. Saya butuh mixer,” tutur ibu empat anak itu.