Animo Masyarakat Mencari Hiburan di Luar Rumah Masih Rendah
Hasil kajian dari McKinsey menunjukkan lebih dari separuh masyarakat mengaku akan mempertahankan perilaku konsumsinya, termasuk dalam hal hiburan, bahkan hingga pada masa-masa mendatang ketika pandemi sudah berakhir.
Oleh
Rangga Eka Sakti (Litbang Kompas)
·4 menit baca
Seiring dengan semakin terkendalinya situasi Covid-19 di Indonesia, tingkat pembatasan sosial yang diberlakukan oleh pemerintah pun dilonggarkan. Meskipun telah lebih leluasa untuk berkegiatan, publik nyatanya masih enggan untuk mencari hiburan di luar rumah. Selain karena masih takut terpapar virus Covid-19, keengganan ini juga dipengaruhi oleh dampak pukulan ekonomi serta berubahnya gaya hidup selama masa pandemi.
Keengganan masyarakat untuk mencari kegiatan hiburan di luar rumah ini terekam oleh hasil jajak pendapat Kompas yang dilakukan awal Oktober lalu. Hasil jajak pendapat menunjukkan hanya sekitar sepertiga dari responden (30,1 persen) yang mengaku telah melakukan aktivitas hiburan di luar rumah selama dua minggu terakhir. Sementara 70 persen sisanya mengaku belum melakukan aktivitas tersebut.
Meskipun pemerintah nanti sudah tidak lagi memberlakukan aturan pembatasan sosial sama sekali, kemungkinan besar animo masyarakat untuk mencari hiburan di luar rumah pun akan tetap kecil.
Masih rendahnya animo masyarakat mencari hiburan di luar rumah setelah pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dirasakan juga oleh para pelaku usaha di pusat perbelanjaan.
Meski sejak 16 Agustus 2021 mal yang ada di empat kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya, sudah dibuka untuk uji coba, menurut laporan Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, tingkat kunjungan masyarakat masih rendah berkisar di level 20 hingga 30 persen dibandingkan dengan kondisi normal sebelum pandemi. Meski terjadi peningkatan secara bertahap, itu masih cenderung lambat.
Ditelisik lebih dalam dari hasil jajak pendapat, salah satu hal yang membuat mereka enggan untuk keluar dan mencari hiburan ialah ketakutan akan wabah itu sendiri. Hampir seperempat dari responden mengaku takut terpapar virus Covid-19 jika melakukan aktivitas hiburan di luar rumah. Sekitar 8 persen responden juga masih khawatir karena belum divaksin. Meski kondisi saat ini telah jauh lebih baik, trauma dari titik puncak kasus pandemi di awal hingga tengah tahun ini tentu masih lekat di dalam benak masyarakat.
Selain khawatir akan terpapar Covid-19, enggannya masyarakat mencari hiburan di luar rumah juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Tidak dapat dimungkiri, tekanan akibat terhambatnya aktivitas ekonomi selama setahun lebih ini berdampak pada ratusan ribu hingga jutaan penduduk di Indonesia. Tak heran, lebih dari seperlima responden mengaku masih menahan diri untuk mencari hiburan ke luar rumah karena tidak memiliki dana atau anggaran khusus untuk kegiatan tersebut.
Perubahan gaya hidup
Di samping itu, salah satu yang menarik untuk diamati dari perilaku masyarakat dalam mencari hiburan ini ialah pengaruh berubahnya gaya hidup selama masa pandemi. Hasil jajak pendapat memotret, alasan terbanyak masyarakat tidak mencari hiburan ke luar rumah bukan karena takut terpapar Covid-19 atau alasan ekonomi, melainkan justru karena mereka menilai aktivitas tersebut bukan suatu hal yang menarik untuk dilakukan. Pendapat ini ditunjukkan oleh suara sekitar 28 persen responden yang mengaku tak tertarik mencari hiburan di luar rumah.
Hal ini menunjukkan bahwa pandemi mengubah pola pikir masyarakat dalam mencari kegiatan hiburan. Jika dulu harus dicari di luar rumah, kini dengan segala keterpaksaan dan juga pesatnya perkembangan teknologi, hiburan bisa didapat dan dinikmati melalui gawai di rumah.
Tren cara mengakses hiburan ini sebelumnya telah diprediksi sejak medio 2020. Prediksi ini salah satunya dapat dilihat dari hasil kajian McKinsey bertajuk ”Indonesian consumer sentiment during the coronavirus crisis”. Hasil laporan yang mencoba membaca perubahan arah konsumen di Indonesia pascapandemi ini menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen responden mengaku mengurangi pengeluaran untuk kegiatan hiburan di luar rumah. Pada saat yang bersamaan, lebih dari sepertiga responden mengaku meningkatkan pengeluaran bulanan mereka untuk keperluan hiburan di dalam rumah.
Temuan dari McKinsey ini pun sejalan dengan hasil jajak pendapat Kompas. Di antara berbagai kegiatan hiburan di luar rumah, sebagian besar yang dipilih dan sudah dilakukan oleh masyarakat ketika pembatasan sosial sudah dilonggarkan ialah kegiatan yang tidak dapat dilakukan di rumah, seperti makan bersama kerabat di restoran (41,3 persen), jalan-jalan ke pusat perbelanjaan (29,5 persen), dan liburan ke luar kota (25,5 persen) ataupun di dalam kota (20,6 persen). Adapun kegiatan hiburan yang bisa dilakukan di dalam rumah masih sepi peminat. Salah satunya ialah menonton film di bioskop yang hanya dilakukan oleh sekitar 5 persen dari responden.
Temuan ini menunjukkan bahwa para pelaku industri hiburan perlu segera beradaptasi. Pasalnya, hasil kajian dari McKinsey menunjukkan lebih dari separuh masyarakat mengaku akan mempertahankan perilaku konsumsinya, termasuk dalam hal hiburan, bahkan hingga pada masa-masa mendatang ketika pandemi sudah berakhir. Artinya, meskipun pemerintah nanti sudah tidak lagi memberlakukan aturan pembatasan sosial sama sekali, kemungkinan besar animo masyarakat untuk mencari hiburan di luar rumah pun akan tetap kecil.