Rusun untuk Warga Eks Bukit Duri yang Terdampak Normalisasi Ciliwung
Rumah susun bagi warga terdampak normalisasi Ciliwung tahun 2016 itu dibangun di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Oleh
Helena F Nababan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun rumah susun yang diperuntukkan bagi 75 keluarga eks penghuni kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan, yang pada 2016 tergusur sebagai ekses program normalisasi Sungai Ciliwung. Rusun yang diberi nama Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung itu dibangun di lahan HPL 04 Jatinegara, Jakarta Timur.
”Bahwa di tempat ini dibangun kampung susun produktif tumbuh Cakung, yang akan memfasilitasi 75 keluarga yang semula tinggal di Bukit Duri, korban penggusuran pada September 2016. Lima tahun mereka menanti. Alhamdulillah prosesnya memang panjang karena harus semuanya tertib administrasi dan memastikan bahwa semua dijalankan dengan baik,” kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, melalui keterangan resmi Pemprov DKI Jakarta, Kamis (7/10/2021).
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta Sarjoko menjelaskan, rusun itu dibangun di lahan seluas 4.407 meter persegi yang merupakan bagian lahan HPL 4 seluas 29.070 meter persegi. Lahan itu tercatat sebagai aset milik Unit Pengelola Kawasan Pusat Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Serta Permukiman (UPK- PPUKMP) Pulogadung.
”Pembangunan rusun ini didanai dari kewajiban membiayai rumah susun murah atau sederhana atas SIPPT PT Duta Pertiwi dengan nilai lebih dari Rp 61 miliar,” kata Sarjoko.
Keterlibatan warga sejak awal proses tersebut akan menumbuhkan rasa memiliki sehingga hunian ini akan dijaga dan dirawat sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama
Sebagai hunian, rusun yang dibangun itu terdiri atas dua blok dengan ketinggian lima lantai. Jumlah unit yang dibangun 79 hunian.
Rusun itu dirancang untuk dilengkapi dengan sarana prasarana, seperti ruang serbaguna, mushalla, fasilitas pelayanan kesehatan, kantor RT dan pengelola, taman kanak-kanak, taman bermain, lahan parkir, dan taman publik.
Perancangan bentuk bangunan dilakukan secara kolaboratif dengan warga sebagai calon penghuni sehingga hunian yang akan dibangun diharapkan wujud aspirasi warga. ”Keterlibatan warga sejak awal proses tersebut akan menumbuhkan rasa memiliki sehingga hunian ini akan dijaga dan dirawat sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama,” kata Sarjoko.
Perencanaan partisipatif tersebut membuahkan desain rusun yang berbeda dengan rusun-rusun yang sudah dibangun Pemprov DKI sebelumnya. Kampung susun ini mengusung konsep kampung susun produktif tumbuh, diwujudkan dengan adanya fasilitas mezanin di tiap hunian, untuk mengantisipasi kebutuhan perluasan hunian.
Anies menambahkan, pembangunan rusun yang melibatkan aspirasi keluarga terdampak itu diharapkan bukan hanya menjadi hunian yang layak, melainkan juga memiliki desain yang menjaga hubungan sosial masyarakat. Dengan demikian, diharapkan menjadi hunian produktif dan ramah lingkungan karena dibangun dengan konsep ramah lingkungan.
Di rusun itu juga disediakan kolam detensi dan kolam retensi untuk mengoptimalkan pemanfaatan air hujan, serta penyerapan air. Adapun rusun itu ditargetkan selesai Maret tahun depan.