Kewaspadaan terhadap bencana banjir di Jakarta ditingkatkan. Langkah antisipasi dilakukan dengan membersihkan aliran sungai dari sampah, mengeruk lumpur sungai, menyiagakan pompa air, dan menyiapkan lokasi pengungsian.
Oleh
Helena F Nababan/Wisnu Wardhana Dany/Aguido Adri
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan yang mengguyur wilayah Jakarta sejak Senin (13/9/2021) malam membuat sejumlah wilayah Jakarta berada pada status waspada banjir. Sebagai antisipasi, lokasi pengungsian disiapkan di sejumlah wilayah yang dilintasi Kali Ciliwung, seperti di Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Achmad Syarief, Lurah Bukit Duri, Selasa (14/9), menyatakan, sebagai langkah antisipasi banjir, sembilan pompa air disiagakan. Selain itu, pengerukan dilakukan oleh petugas Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta di badan Ciliwung yang masuk wilayah Jakarta Timur. Sebagian dari badan kali sudah ditanggul atau dipasang sheet pile (beton penahan di pinggir sungai).
Saat aliran air Kali Ciliwung meningkat akibat hujan sejak Senin malam, di wilayah Bukit Duri tidak ada genangan. Meski demikian, lokasi pengungsian disiapkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
”Kalau pengungsian ada beberapa tempat yang kami siapkan. Di kantor kelurahan, di gedung PKK di RW 008, di Mushala Nurul Al Hidayah di RW 012, lalu ada beberapa rumah warga yang tinggi ikut dijadikan sebagai tempat pengungsian,” kata Syarief.
Langkah antisipasi juga dilakukan dengan membersihkan aliran sungai dari sampah. Di Pintu Air Manggarai, petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengangkat 12 meter kubik sampah ikutan aliran air Kali Ciliwung.
”Sampah itu diangkut dalam satu kali trip,” kata Yogi Ikhwan dari bagian Humas DLH DKI Jakarta.
Di Pintu Air Manggarai itu, DLH DKI Jakarta menyiagakan tiga alat berat dan tiga armada truk pengangkut sampah. Sejumlah 10-15 petugas juga disiagakan, terdiri dari petugas pembersih kali, operator alat berat, dan pengemudi truk.
Sampai Selasa sore, tinggi permukaan air di Pintu Air Manggarai masih terpantau aman.
Semua kita kerahkan, alat-alat kita kerahkan. Petugas kita bagi dalam dua sif kerja pagi-sore dan malam hari. Kita libatkan semua instansi terkait.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan, memasuki musim hujan, seluruh sumber daya yang dimiliki disiapkan sebagai langkah antisipasi. ”Kita belajar dari tahun ke tahun sebelumnya tentang antisipasi pencegahan penanganan pengendalian banjir,” katanya.
Menurut dia, sejumlah upaya dilakukan, mulai dari pengerukan, gerebek lumpur di waduk atau polder, hingga memastikan pompa air berfungsi. ”Semua kita kerahkan, alat-alat kita kerahkan. Petugas kita bagi dalam dua sif kerja pagi-sore dan malam hari. Kita libatkan semua instansi terkait,” katanya.
Banjir di Lebak
Hujan deras pada Senin malam mengakibatkan banjir di Kecamatan Rangkasbitung dan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten. Hingga Selasa pagi, tercatat 614 rumah warga di 13 kampung terendam banjir setinggi 50-70 sentimeter dan 62 warga mengungsi.
Banjir melanda Barangbang, Kompleks Pendidikan, BTN Depag, BTN Palaton, Cimesir, Dukuh, Sentral, Babakan Sepur, dan Anyar di Kecamatan Rangkasbitung. Sementara di Kecamatan Cibadak, banjir merendam Neglasari, Rancasema, Pasir Kaloncing, dan BTN Mandala.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lebak Febby Rizky Pratama menyebutkan, banjir dipicu luapan Sungai Ciberang. Debit air sungai masih tinggi dengan status awas bencana. Dua perahu karet dikerahkan untuk mengevakuasi warga dan distribusi logistik kedaruratan.
”Drainase di permukiman tidak mampu menampung aliran air sehingga terjadi banjir,” katanya. Ia menambahkan, protokol kesehatan pencegahan Covid-19 tetap dilakukan saat proses evakuasi warga dan di pengungsian.
Kabupaten Lebak memiliki potensi bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi berdasarkan analisis inaRISK, portal kajian risiko bencana milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pada kurun 2015-2020, banjir terjadi 29 kali di wilayah itu. Salah satunya banjir bandang pada awal Januari 2020. Pada saat itu, banjir dan material menerjang Kecamatan Sajira hingga menewaskan sembilan warga dan menyebabkan dua orang hilang. Adapun 2.389 rumah warga dan 45 fasilitas umum rusak.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengimbau warga untuk waspada dan siaga bencana hidrometeorologi. Sejumlah langkah pencegahan bisa dilakukan di tingkat keluarga, seperti membatasi aktivitas di luar rumah, mematikan arus listrik dengan segera, menghindari saluran air atau gorong-gorong, dan menyiapkan tas siaga bencana.
Longsor di Rumpin
Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sejumlah kalangan mendesak pemerintah untuk menginvestigasi pemicu bencana longsor di Kampung Ciater dan Kampung Jati Nunggal, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin. Di kedua kampung itu, kejadian longsor berulang kali terjadi sejak Selasa (3/8).
Puncaknya, Jumat (10/9), terjadi longsor besar yang menyebabkan tiga rumah rusak berat dan belasan rumah lainnya rusak ringan. Sebanyak 17 keluarga atau 93 warga terpaksa mengungsi. Longsor juga memutus jalan akses utama antara Kampung Ciater dan Kampung Jati Nunggal.
Guru Besar Hukum Universitas Parahyangan, Bandung, Asep Warlan Yusuf menilai, pemerintah daerah harus turun menginvestigasi dugaan-dugaan terkait perusahaan tambang yang menimbulkan kerusakan lingkungan sehingga menyebabkan bencana banjir atau longsor. ”Dengan kondisi curah hujan tinggi, sangat bahaya untuk warga. Ini berisiko betul. Jika dibiarkan bisa menjadi ancaman bencana yang lebih besar,” tuturnya.