Dari data yang ada, lapas ini kelebihan kapasitas 400 persen. Dugaan sementara kebakaran terjadi karena korsleting. Sekarang polisi masih menyelidiki penyebab musibah yang merenggut 41 korban jiwa ini.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY/MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/MELATI MEWANGI
Keluarga dari warga binaan Lapas Kelas I Tangerang mendatangi posko krisis yang disediakan di lingkungan lapas, Rabu (8/9/2021) siang.
Di tengah penanganan dan identifikasi korban, keluarga dari warga binaan gelisah tak berujung. Lapas Kelas I Tangerang, yang seharusnya menjadi ”rumah” teraman untuk menjalani masa hukuman, justru menjadi tempat kelam direnggutnya nyawa 41 orang. Sejuta harapan digantungkan saat mereka bebas, tetapi semua itu pupus.
Insiden ini hendaknya menjadi bahan evaluasi pemangku kepentingan agar lebih peduli dan mengantisipasi segala situasi yang mugkin terjadi. Nyawa setiap orang begitu berharga.
Rabu (8/9/2021) siang, panas sinar matahari begitu menyengat di Lapas Kelas I Tangerang. Rombongan keluarga dari warga binaan silih berganti mendatangi posko krisis (crisis centre) yang terletak di sisi sebelah kiri pintu masuk gerbang. Mereka berjalan dengan langkah berat, tatapannya kosong, dan badan tampak lemas. Tentu sejuta kekhawatiran menghinggapi pikiran. Mereka berharap anggota keluarganya tak menjadi korban.
Saya panik dan gelisah selama perjalanan. Dalam hati terus berdoa, semoga semua baik-baik saja.
Air mata Upi Hartati (44) tumpah setelah keluar dari ruang posko. Tangannya tak berhenti menyeka derasnya aliran di pipi. ”Anak saya masuk dalam daftar 41 korban yang meninggal. Semalam kami masih mengobrol lewat telepon, dia hanya minta dikirimi pulsa,” ucapnya terbata-bata.
Tak mudah untuk melepas kepergian anak pertamanya, RK (23), yang divonis 5 tahun 6 bulan penjara karena kasus narkotika. Setelah menjalani masa kurungan, harapan besar digantungkan pada RK agar meneruskan pendidikan dan melanjutkan usaha warung makan padang di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Sejumlah keluarga mendatangi Lapas Kelas I Tangerang, Rabu (8/9/2021), untuk memastikan kondisi anggota keluarganya.
Setelah menyerahkan berkas kartu keluarga dan identitas, mereka berjalan menuju ke parkir motor. Kali ini, mata Nursin (47), suami Upi, mulai memerah dan meneteskan air mata. Dia menyayangkan insiden ini kenapa bisa terjadi di dalam penjara yang seharusnya menjadi tempat teraman bagi warga binaan.
”Penyebab kebakarannya itu apa? Apa benar korsleting listrik atau memang disengaja? Semoga segera diketahui dan jangan sampai terulang lagi. Cukup, ini yang terakhir,” kata Nursin sambil menarik napas.
Kegelisahan juga melingkupi keluarga lainnya. Pukul 08.30, pasangan Tan Swie (70) dan Iis Partini (68) berboncengan naik motor dari rumahnya di Kampung Melayu (Jatinegara, Jakarta Timur) menuju Lapas Kelas I Tangerang. Tiba di lapas sekitar satu jam kemudian.
Kabar insiden kebakaran diketahui mereka melalui saluran berita TV. Mereka mengatakan, tak ada pihak Lapas yang menghubungi. ”Saya panik dan gelisah selama perjalanan. Dalam hati terus berdoa, semoga semua baik-baik saja,” ujarnya.
Setelah keluar dari posko krisis, ekspresi penuh syukur tersirat dari gestur dan mata mereka. Iis berulang kali mengelus dada dan memejamkan mata cukup lama. ”Anak saya selamat. Semoga keluarga para korban yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan,” ucapnya sambil mengatupkan kedua tangan di dada.
Alpa
Kebakaran di Blok C-2 dini hari itu merenggut nyawa 41 warga binaan, 8 luka berat, 9 luka ringan, dan 64 lainnya tanpa luka. Dua di antara mereka yang berpulang merupakan warga negara asing dari Afrika Selatan dan Portugal.
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly seusai meninjau lapas, mensinyalir kondisi bangunan dan instalasi yang termakan usia sebagai pemicu kebakaran. Belum ada perbaikan instalasi listrik meskipun ada penambahan daya sejak pembangunan lapas tahun 1977.
Di sisi lain, penghuni Lapas Kelas 1 Tangerang 2072 orang dari kapasitas seharusnya 600 orang. Dari jumlah tersebut penghuni Blok C-2 sebanyak 122 orang.
”Kelebihan kapasitas 400 persen. Dugaan sementara kebakaran terjadi karena hubungan pendek arus listrik. Sekarang polisi masih memeriksa supaya tidak ada spekulasi penyebab kebakaran,” ujarnya.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu telah membentuk lima tim untuk menguak kebakaran Lapas Kelas I Tangerang. Lima tim tersebut terdiri dari tim identifikasi bekerja sama dengan Polri, tim pemulasaraan jenazah, tim pemulihan keluarga, tim koordinasi dengan pemangku kepentingan, dan tim lima humas.
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly memberikan keterangan seusai meninjau kondisi Lapas Kelas I Tangerang di Banten yang terbakar, Rabu (8/9/2021).