Perselisihan Ayah-Anak Berbuntut Hilangnya Nyawa di Cengkareng
Persoalan keluarga berakhir tragis bagi kakek berusia 70-an tahun ini.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seorang anak membunuh ayah kandungnya secara tragis ketika sedang meminta izin untuk menikah di rumah mereka di Cengkareng, Jakarta Barat. Pelaku pembunuhan pada Jumat (27/8/2021) kini diduga mengalami depresi berat.
Kepala Kepolisian Sektor Cengkareng Polres Metro Jakarta Barat Komisaris Egman, saat dikonfirmasi, membenarkan peristiwa tersebut terjadi di Rusun Dinas Kebersihan Blok B, Cengkareng Barat, kemarin sekitar pukul 13.30.
”Pelaku merupakan anaknya sendiri dan sudah berhasil kami amankan,” kata Egman dalam keterangan tertulis dari Humas Polres Metro jakarta Barat, yang diterima pada Sabtu (28/8/2021).
Menurut keterangan saksi, kejadian berawal dari permasalahan keluarga.
Egman menjelaskan, pelaku penusukan adalah anak laki-laki usia 26 tahun dengan inisial SRA. Adapun korban berusia 70 tahun dengan inisial TLG. Menurut keterangan saksi, kejadian berawal dari permasalahan keluarga.
SRA saat itu sedang meminta izin kepada TLG untuk menikah. Namun, dalam percakapan di antara keduanya terjadi perselisihan sehingga terjadi penusukan terhadap TLG.
Saksi yang merupakan tetangga mereka, kata Egman, lalu mendengar teriakan minta tolong dari TLG. Kemudian, saksi keluar rumah melihat korban dalam keadaan luka dan berdarah sambil memegang perutnya. Saksi lalu melihat anak korban keluar dari rumah sambil memegang pisau.
Saksi lalu meminta SRA masuk ke dalam rumah dan lanjut membawa TLG yang terluka ke rumah sakit dengan bantuan ketua RT setempat. Dengan ambulans, TLG dibawa ke rumah sakit, tetapi nyawanya melayang karena karena kehabisan banyak darah.
Para saksi kemudian melapor kepada polisi sore harinya. Polisi lalu mendatangi lokasi kejadian dan menahan pelaku yang masih berada di rusun tersebut dengan barang bukti pisau.
Kepala Unit (Panit) Reserse Kriminal (Reskrim) Polsek Cengkareng Inspektur Satu Rahmat, dihubungi terpisah, mengatakan, SRA masih belum bisa dimintai keterangan oleh polisi. Saat diperiksa, SRA selalu memberontak.
”Dia masih belum bisa dimintai keterangan langsung karena masih suka berontak. Ibunya juga sedang stroke, jadi enggak bisa omong apa-apa,” katnya.
SRA atau pelaku pun diduga mengalami depresi berat. Polisi berencana memeriksa kejiwaan pelaku dan menunggunya hingga bisa dimintai keterangan.