Mural Berisi Kritikan Warga di Kebon Kacang Dihapus
Mural berisi pesan keluhan rakyat di Jalan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dihapus. Mural karya warga itu dinilai memuat seni yang bisa mengganggu pengguna jalan dan berisi pesan yang provokatif.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mural berisi pesan keluhan dan kritikan rakyat di Jalan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dihapus, Kamis (26/8/2021) sore. Mural karya warga itu dinilai memuat seni yang bisa mengganggu pengguna jalan dan berisi pesan yang provokatif.
Mural dengan cat hitam dan putih sepanjang 6 meter dilukis di tembok pembatas lahan kosong, depan kantor jasa ekspedisi. Sepanjang tembok di tepi jalan selebar dua mobil itu juga terdapat grafiti-grafiti lain yang sudah pudar.
Adapun mural baru terdiri dari grafiti bertuliskan ”jangan takut tuan-tuan ini cuma street art” dengan huruf kapital. Di sisi kirinya, terdapat kalimat ”yang bisa dipercaya dari TV cuma adzan” dan ”kami lapar Tuhan” yang masing-masing ditulis dengan latar gambar televisi. Di pojok kiri bawah mural itu tertulis nama dalam kolom kotak kecil, Kuas Rusak Project.
Sekitar pukul 15.45, seorang warga diminta anggota keamanan setempat untuk menimpa mural tersebut dengan cat hitam. Salah satu anggota keamanan yang tidak ingin disebutkan namanya itu mengatakan, penghapusan mural ini dimaksudkan untuk tidak mengganggu pengguna jalan karena daya tarik seninya.
Di sisi lain, mural itu juga dinilai berisi pesan yang bernada provokatif. ”Tulisannya tidak pas. Lebih baik kita hapus agar jangan sampai viral lalu warga terprovokasi. Biar sama-sama enak kita,” ujarnya saat ditemui di lokasi.
Sementara itu, Ketua Rukun Tetangga 005 Rukun Warga 004 Kebon Kacang Teddy, yang menengok penghapusan mural itu, mengatakan, pihaknya ataupun warga setempat tidak memberikan laporan apa-apa terkait hal tersebut.
”Ini mural biasa kayaknya. Saya juga enggak pernah perhatikan, sih, cuma sepintas saja. Tulisannya juga biasa saja,” ujarnya.
Meski demikian, ia mendukung pembersihan mural itu sebagaimana yang banyak dilakukan belakangan ini di daerah lain. ”Sekarang lagi marak penghapusan mural. Ya, kita ikutin aja. Kalau pemerintah larang, ya, dilarang," ujarnya.
Ketika Kompas mencari dan mengontak admin Kuas Rusak Project di media sosial Instagram, pemilik akun tersebut mengarahkan Kompas untuk menghubungi admin akun tembokperlawanan_.
Admin akun tersebut mengatakan, mural itu dibuat empat seniman pada pekan lalu. Tujuan mereka membuat lukisan tembok itu adalah untuk menyuarakan keresahan rakyat, tanpa maksud menghina atau memprovokasi siapa pun.
”Mural ini enggak mengandung unsur rasis, menghina, atau provokasi. Hanya bersuara mewakili keresahan rakyat. Karena PPKM, kita enggak mungkin berkerumun, apalagi demo. Jadi, lebih baik kita bersuara lewat dinding,” kata admin tembokperlawanan_.
Penghapusan mural yang mereka buat itu pun disayangkan. Padahal, menurut mereka, mural sudah mewarnai tembok-tembok kota, termasuk di Jakarta.
Antisipasi
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi mengatakan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Camat Tanah Abang terkait mural tersebut. Ia mendukung penghapusan mural sebagai langkah antisipasi agar tidak semakin banyak warga yang melukis mural sembarangan.
”Kita mencegah nanti semua tembok dibikin begitu. Ada medium lain, kan. Jadi, jangan sampai semuanya jadi bahan buat kanvas,” ujarnya saat dihubungi hari ini.
Irwandi mengatakan, pihaknya mendukung mural di jalanan Jakarta jika memberi pesan-pesan yang baik. Contohnya, mural berisi pesan-pesan positif di terowongan Kendal yang justru difasilitasi pembuatannya oleh pemerintah.
Sepanjang tahun lalu sampai sekarang, kala Covid-19 belum dapat diatasi, pembatasan aktivitas manusia masih diterapkan di Jakarta. Terkekang, terancam dari sisi kesehatan juga ekonomi, kesenjangan kaum tak berpunya dan berpunya, serta hal-hal lainnya membuat tekanan yang dirasakan masyarakat menguat.
Situasi itu pun disuarakan warga dengan membuat mural yang akhir-akhir ini mural menjadi sorotan publik. Salah satunya, mural bergambar wajah yang pada bagian mata ditutupi tulisan ”404: Not Found” di Tangerang beberapa waktu lalu.
Wajah dalam mural disebut-sebut mirip dengan Presiden Joko Widodo. Tidak berselang lama, gambar tersebut dihapus atau ditimpa dengan cat hitam oleh pemerintah setempat dan aparat TNI-Polri pada 12 Agustus lalu. Alasannya, wajah Presiden adalah lambang negara.