Ruang Publik Baru Alun-alun Kota Bogor dalam Proses Pengerjaan
Progres pembangunan Alun-alun Kota Bogor di lahan seluas 1,7 hektar mencapai 20 persen dan dikejar penyelesaiannya pada November 2021.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, mengejar pembangunan alun-alun Kota Bogor yang akan menjadi pusat integrasi transportasi publik pada November 2021. Pembangunannya tidak hanya sebagai ruang publik dan ruang terbuka hijau, tetapi juga mengembalikan fungsi rancangan tata ruang dan kota.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim saat meninjau perkembangan pembangunan Alun-alun Kota Bogor di Jalan Kapten Muslihat, Bogor Tengah, Jumat (13/8/2021), menuturkan, progres pembangunan di lahan seluas 1,7 hektar mencapai 20 persen dan akan dikejar penyelesaiannya pada November 2021.
Saat itu, Dedie juga menemui tim perwakilan PT KAI Daop 1 karena pembangunan alun-alun itu bersinggungan langsung dengan Stasiun Bogor. Kedua pihak membahas perencanaan pembangunan drainase dan batas berupa pagar pemisah aset Pemkot Bogor dan PT KAI. Diskusi juga terkait perencanaan integrasi transportasi publik.
Nantinya, salah satu pola integrasi alun-alun kota dengan Stasiun Kota Bogor adalah pembangunan sky bridge atau jembatan penghubung oleh Balai Besar Teknik Perkretaapian. Jembatan akan menghubungkan Stasiun Kota Bogor dan Stasiun Paledang, yang juga terhubung dengan alun-alun. Selain itu, ada pula integrasi jalur ganda Bogor-Sukabumi dan transit-oriented development (TOD).
”Kita bersama akan memelihara. Ini juga bagian integral alun-alun Kota Bogor dan estetika desain taman yang kami buat. Ada historikal di alun-alun Kota Bogor dan Stasiun Kota Bogor. Ini akan menjadi ruang publik sekaligus ruang terbuka hijau dan pusat integrasi,” katanya.
Dedie menjelaskan, dengan pembangunan alun-alun, PT KAI dan Kementerian Perhubungan dapat memanfaatkan akses yang sudah pemkot siapkan sehingga nantinya bagian muka Stasiun Bogor bisa dikembalikan seperti era Hindia Belanda, yaitu ke arah Jalan Dewi Sartika. Saat ini, pintu keluar masuk melalui Jalan Mayor Oking.
Dulunya, kawasan alun-alun itu merupakan Taman Wilhelmina sebelum berubah menjadi Taman Topi lalu Taman Ade Irma Suryani.
”Sekarang kita kembalikan lagi fungsinya, yaitu sebagai ruang terbuka hijau seperti yang dirancang oleh para pendahulu. Suasana hijau dan historikal akan terasa karena kita bisa melihat bangunan peninggalan bersejarah, salah satunya Stasiun Bogor yang berdiri sejak 1881,” kata Dedie.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Bogor Juniarti Estiningsih melanjutkan, alun-alun Kota Bogor terbagi menjadi empat bagian, yaitu zona botani, zona olahraga, zona plaza, dan zona rohani atau religi
”Di sini akan ada tanaman dan sebagai ruang edukasi. Setidaknya ada sekitar 300 tanaman di zona Botani. Lalu, zona olahraga ada jogging track. Ada zona plaza bisa untuk pentas seni dan kegiatan lainnya, terakhir zona religi,” kata Esti.
Di lingkungan dalam dan luar alun-alun, katanya, tidak diizinkan ada pedagang kaki lima (PKL) berjualan. Ada tim penjaga untuk mengawasi alun-alun dan sekitar Stasiun Bogor.