Jakarta Berdayakan Tenaga Pelacakan Covid-19 Digital
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menguatkan tenaga pelacak Covid-19 dengan merekrut berbagai sumber daya. Baru-baru ini, ratusan tenaga pelacak disiapkan untuk membantu penanganan Covid-19 secara digital.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menguatkan tenaga pelacak Covid-19 dengan merekrut berbagai sumber daya. Baru-baru ini, ratusan tenaga pelacak disiapkan untuk membantu penanganan Covid-19 secara digital.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti menyebutkan, pemerintah provinsi terus menambah tenaga pelacak. Setelah sempat mendapat bantuan sumber daya dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tenaga pelacak digital juga akan diberdayakan.
”Kami mengajak CPNS (calon pegawai negeri sipil) DKI yang berjumlah 895 orang. Mereka kami latih agar bisa membantu pelacakan secara digital lewat media telekonsultasi. Lewat media itu, mereka bantu warga untuk merunut mereka yang positif ketemu siapa saja dalam beberapa waktu terakhir,” katanya di Jakarta, Selasa (27/7/2021).
Kami mengakui, kemarin saat kenaikan kasus tinggi ada beberapa laboratorium yang terlambat melaporkan data hasil pengetesan
Ia menyebut upaya yang diarahkan oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional ini bertujuan mendukung pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 pada 26 Juli-2 Agustus 2021. Di Jakarta, rasio antara pemeriksaan kontak erat dan kasus yang terkonfirmasi positif disebut masih terus berubah.
Di sisi lain, rasio pelacakan di Indonesia baru mencapai satu banding satu. Artinya, dari satu kasus positif, hanya satu orang kontak erat yang diperiksa. Adapun penguatan tenaga pelacakan, menurut dia, penting untuk langkah penanganan selanjutnya, yaitu pengetesan.
Selama ini, pengetesan dilakukan lewat tiga cara. Pertama, dari pelacakan riwayat kasus positif. Kedua, pengembangan kasus positif, dan ketiga tes oleh warga yang membutuhkan syarat perjalanan.
Sampai Senin (26/7/2021), hasil pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) harian dilakukan terhadap 22.693 orang dan menemukan 2.662 kasus positif. Sehari sebelumnya, pemeriksaan PCR dilakukan terhadap 36.462 orang dan menemukan 5.393 orang positif.
Widyastuti mengatakan, menurunnya jumlah pemeriksaan PCR sejalan dengan tren penurunan kasus positif. Di sisi lain, fasilitas pengetesan cukup karena Jakarta memiliki 118 laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta.
”Tapi, kami mengakui, kemarin saat kenaikan kasus tinggi ada beberapa laboratorium yang terlambat melaporkan data hasil pengetesan,” imbuhnya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan tertulisnya menyarankan, tes dan pelacakan di tingkat kabupaten/kota perlu diperbaiki. Penguatan di daerah perlu untuk mencapai target nasional untuk memeriksa 400.000 orang per hari.
”Dalam hari-hari ke depan, tentu perlu dilakukan evaluasi yang amat ekstensif tentang hasil dari PPKM. Evaluasi itu perlu dilakukan dengan melihat aspek epidemiologi dan penularan di masyarakat dengan melihat angka kematian, jumlah kasus baru, kasus yang dites, angka kasus positif, dan angka reproduksi. Selain itu, lihat juga BOR rumah sakit dan jumlah tenaga kesehatan yang tertular,” kata mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara itu.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan, dua hari terakhir, BOR atau tingkat keterisian kamar tidur Rumah Sakit (RS) di Jakarta sudah turun sampai 73 persen dari sekitar 95 persen pada pekan sebelumnya. Keterisian unit perawatan intensif atau ICU masih 89 persen.
”Namun, instalasi gawat darurat (IGD) relatif kosong, artinya pasien baru Covid-19 lebih sedikit. Kalau mereka perlu dirawat, tempat tidur rawat inap pun tersedia cukup,” ujarnya.