Sepekan PPKM Darurat, Kasus Positif di Kota Bogor Terus Meningkat
Tingginya kasus ini menyebabkan banyak warga yang harus isolasi mandiri di rumah. Pasien isolasi ada yang memburuk dan butuh oksigen. Pemerintah daerah berupaya membantu dengan menyediakan oksigen di tingkat kecamatan.
BOGOR, KOMPAS — Selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat, tercatat ada 20 pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri akhirnya meninggal.
Tren kasus di Kota Bogor pun masih menunjukkan peningkatan. Selain pengetatan mobilitas warga, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor juga fokus pada penanganan di pasien Covid-19 yang isolasi mandiri.
Ketua Koordinator Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Kota Bogor Rino Indira Gusniawan mengatakan, sejak PPKM darurat diterapkan pada 3 Juli 2021, pihaknya sudah menangani 20 pasien Covid-19 yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri. Timnya pun juga bertugas mulai dari pemulasaran di rumah hingga ke pemakaman.
”Hingga Jumat ini, sudah ad 20 jenazah Covid-19 yang meninggal. Tren kasus dari data memang meningkat sehingga ada pasien yang harus isolasi mandiri di rumah. Kita semua berdoa semoga kita bisa melewati pandemi ini dan semoga kasus cepat menurun,” kata Rino, Jumat (9/7/2021).
Tiga hal penting dalam penanganan Covid-19. Pertama, terkait kelangkaan oksigen. Kedua, penambahan bed (tempat tidur) Covid-19, dan ketiga, ketersediaan obat-obatan. (Bima Arya)
Warga bisa menghubungi tim pengurusan jenazah Covid-19 yang keluarganya meninggal saat isolasi mandiri di rumah melalui 0811-1173-165.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, kasus Covid-19 masih menunjukan tren meningkat. Dalam sepakan PPKM, rata-rata kasus harian 300-500 kasus per hari. Adapun data per Kamis (8/7/2021), ada penambahan konfirmasi positif mencapai 524 kasus, sehingga total 24.106 kasus. Pasien yang masih menjalani perawatan 6.539 kasus, selesai isolasi atau sembuh 17.274 kasus, dan meninggal 293 kasus.
Dari data yang sama, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor terus menambah jumlah tempat tidur di 21 rumah sakit rujukan. Saat ini jumlah tempat tidur isolasi 1.1152 tempat tidur dan sudah terisi 919 tempat tidur (79,8 persen). Sementara ruang keterisian di ICU mencapai 87,2 persen.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, penanganan pandemi yang masih dalam kondisi darurat semua pihak harus bersatu, bekerja sama, dan mengeluarkan seluruh perhatian hingga memastikan penanganan secara hukum melalui kepatuhan PPKM darurat agar kepatuhan ditaati sehingga kasus bisa maksimal ditekan.
Begitu pula dalam hal kesehatan pihaknya juga akan terus maksimal agar penanganan pasien Covid-19 terlayani. Warga pun terus diingatkan tidak longgar terhadap protokol kesehatan.
”Tiga hal penting dalam penanganan Covid-19. Pertama, terkait kelangkaan oksigen. Kedua, penambahan bed (tempat tidur) Covid-19, dan ketiga, ketersediaan obat-obatan,” ujar Bima.
Bima menuturkan, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor terus mengupayakan dan komitmen untuk memaksimalkan ketersedian oksigen medis dengan mengambil langsung ke PT Krakatau Steel Tbk, Cilegon, Banten. Pihaknya menargetkan setidaknya dua hari sekali mengisi ulang 100 tabung besar oksigen atau sesuai kebutuhan dan semua dilakukan melalui satu pintu melalui dinas kesehatan agar memudahkan koordinasi dan distribusi.
Pemenuhan oksigen medis tidak hanya untuk rumah sakit, tetapi juga akan didistribusikan ke kecamatan lalu diantar ke seluruh wilayah puskesmas. Hal itu dilakukan agar kebutuhan tabung oksigen berdasarkan kebutuhan. Bima sudah meminta para camat untuk berkoordinasi kepada lurah melakukan pendataan puskesmas, jumlah tabung gas, hingga kebutuhan yang memerlukan oksigen.
”Kami alokasikan dari biaya tak terduga (BTT) untuk pengadaan minimal 100 tabung oksigen besar dan 100 tabung oksigen kecil. Bisa saja lebih dari itu kebutuhannya. Saat ini, kami sedang mendata puskesmas untuk menghitung kebutuhannya, dan tingkat warga yang isolasi mandiri dan yang memerlukan oksigen,” kata Bima.
Kesulitan kami di lapangan adalah jika yang isoman ini kondisi tubuhnya menurun dan membutuhkan oksigen. Semoga dengan adanya alokasi oksigen di kecamatan bisa membantu. (Hidayatulloh)
Camat Bogor Selatan Hidayatulloh mengatakan, kebutuhan oksigen diperlukan di wilayah karena saat ini ruang perawatan di rumah sakit penuh. Oleh karena itu, warga banyak yang isolasi mandiri di rumah atau di kamar isolasi berbasis masyarakat. Untuk penanganan pasien yang isolasi itu, perlu kesiapan oksigen.
Berdasarkan data pada Kamis (8/7/2021), ada 124 kasus di Kelurahan Ranggamekar dan 66 kasus di Batutulis. Dari kasus harian itu, ada tiga orang yang saturasinya 80 sehingga perlu tabung oksigen dari puskesmas. Namun, Puskesmas Bogor Selatan hanya memiliki enam tabung oksigen ukuran kecil.
Dalam kondisi saat ini, tabung oksigen itu cepat habis karena kebutuhan meningkat dan sulit untuk disi ulang. Secara keseluruhan, di Bogor Selatan ada 685 warga yang terkonfirmasi positif, 17 warga di antaranya dirawat di rumah sakit karena gejala sedang hingga berat. Sementara 668 warga lainnya isolasi mandiri karena tanpa gejala hingga gejala ringan.
”BOR di rumah sakit penuh bahkan (pasien) harus antre. Kesulitan kami di lapangan adalah jika yang isoman ini kondisi tubuhnya menurun dan membutuhkan oksigen. Semoga dengan adanya alokasi oksigen di kecamatan bisa membantu,” ujar Hidayatulloh.
Baca juga : Sanksi Pidana bagi Penimbun Oksigen dan Perusahaan ”Nakal”
Bima melanjutkan, para camat untuk terus memperbarui keterisian tempat tidur di pusat isolasi berbasis masyarakat dan warga yang isolasi mandiri agar diawasi kondisinya seperti pemenuhan obat-obatnya hingga keperluan oksigen terus terpantau. Begitu pula untuk rumah sakit untuk terus berupaya menambah tempat tidur menjadi 40-50 persen.
”Presiden minta kepala daerah untuk terus blusukan setiap hari. Cek orang-orang yang isoman, cek pusat-pusat isolasi yang didirikan di wilayah. Jadi fokus di situ sekarang. Secara teori ini akan memberi dampak yang besar untuk pengurangan kapasitas di RS. Juga kalau kita bersama rawat betul, mortality rate atau tingkat kesembuhan akan tinggi,” lanjut Bima yang Jumat petang ini juga ikut berkeliling memantau rumah-rumah isolasi warga.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor Ilham Chaidir menambahkan, RSUD Kota Bogor mengalami hambatan saat menambah kapasitas ruangan perawatan karena kapasitas sumber daya manusia tenaga kesehatan yang kurang akibat terpapar Covid-19. Selain itu, tenaga kesehatan juga memiliki beban tugas yang terus meningkat.
Hambatan lainnya yang harus dihadapi rumah sakit adalah menjaga pemenuhan oksigen. Sebab, dengan meningkatnya pasien Covid-19 yang bergejala berat membutuhkan banyak stok oksigen, sehingga kebijakan satu pintu dari rapat bersama Satgas menurut Ilham menjadi solusi yang bagus.
”RSUD Kota Depok sudah menambah kapasitas bed sampai 60 persen dari jumlah keseluruhan untuk Covid-19,” ujarnya.
Baca juga : Mulai Senin, Pengguna KRL Wajib Tunjukkan Surat Keterangan Kerja
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, Kota Bogor masih kekurangan tenaga kesehatan. Berdasarkan data terbaru, dari pembukaan lowongan 200 tenaga kesehatan, baru 40 orang yang sudah terpenuhi.
”Nakes menjadi langka, baru 40 orang yang terpenuhi. Jadi inilah kendala kita, tapi dengan upaya yang dilakukan untuk nakes ini mudah-mudahan dapat segera kita percepat,” tutur Dedie.