RSDC Wisma Atlet Kemayoran Terima Ratusan Pasien Per Hari
Jumlah pasien mencapai ratusan orang per harinya, tercatat mulai konsisten masuk ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran sejak awal pekan ini.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 405 pasien positif Covid-19 yang diangkut dengan belasan ambulans dan bus berangsur-angsur mendatangi Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (9/6/2021). Situasi ini semakin mengkhawatirkan mengingat jumlah pasien yang dirawat telah melebihi separuh kapasitas ruang inap.
Satu per satu bus sekolah berwarna kuning sempat terekam menyambangi lokasi tersebut untuk membawa pasien positif yang sebagian tidak bergejala. Jumlah pasien yang mencapai ratusan per harinya tercatat mulai konsisten masuk ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran sejak Senin (7/6/2021). Pada hari itu jumlah pasien bertambah 235 orang, lalu keesokan harinya ada penambahan 252 orang.
Adapun menurut data sampai Kamis (10/6/2021) pukul 08.00, jumlah pasien positif Covid-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran mencapai 3.626 pasien. Dengan jumlah tersebut, keterisian kamar inap di Tower 4, 5, 6, dan 7 yang berjumlah 5.994 kamar sudah sebesar 60,49 persen.
Satu pasien juga dilaporkan meninggal kemarin malam dan dikuburkan pada pagi ini. Kejadian serupa sebelumnya pernah terjadi pada Januari 2021 ketika keterisian kamar inap di RSDC menembus lebih dari 80 persen. Saat itu, kematian bisa mencapai empat hingga lima orang per hari.
”Jadi bisa saya sampaikan, memang terjadi peningkatan (jumlah pasien) dan sempat terjadi antrean ambulans karena dari pasien yang masuk jumlahnya banyak. Kami juga sudah buka tiga trease IGD dari sebelumnya hanya 1 trease, di Tower 4, 5, dan 6,” kata Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran Letnan Kolonel Laut dokter gigi M Arifin, siang ini.
Tidak hanya kamar inap, Arifin juga menambahkan, unit perawatan intensif (ICU) di sana juga sudah terisi 60 persen. Kondisi ini disumbang pasien yang semakin banyak bergejala seminggu setelah Lebaran. Seperti diketahui, kenaikan pasien terus terjadi di RSDC Wisma Atlet Kemayoran setelah keterisian kamar inap mencapai titik rendah, yaitu sebesar 15 persen pada 17 Mei lalu.
”Tren seperti ini sudah sesuai prediksi bahwa setelah empat minggu Lebaran masih ada kenaikan karena adanya kegiatan-kegiatan halalbihalal dan acara bulan Syawal yang banyak dilaksanakan oleh masyarakat,” kata Arifin.
Tren kasus karena aktivitas tersebut, menurut dia, banyak disumbang warga dari Jakarta, khususnya asal Jakarta Timur. Kluster keluarga dari kelurahan seperti Ciracas dan Cilangkap disebut masih banyak menyumbang pasien positif ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Selain itu, sejumlah pasien positif dari luar wilayah Jakarta, termasuk warga negara Indonesia (WNI) dan warga negara asing (WNA) dari luar negeri, juga masih dirujuk untuk isolasi mandiri di sana.
Setelah Lebaran, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan ada 800 kluster Covid-19 yang muncul di lima wilayah kota DKI Jakarta. Dari sebanyak 800 kluster, terdapat 1.400 warga yang terkonfirmasi positif Covid-19. Kluster itu terkait dengan perjalanan ke luar kota dan kegiatan silaturahmi.
”Mayoritas kluster kecil, tetapi banyak. Ada yang klusternya sudah selesai. Ada yang masih aktif, tergantung kapan dia teridentifikasi dan kemudian diisolasi sehingga bisa diputus mata rantainya,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia.
Selain di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, tingkat keterisian tempat tidur di berbagai ruang perawatan pasien Covid-19 saat ini sudah lebih dari 50 persen.
Tempat tidur isolasi dari kapasitas 6.694, terpakai 3.560 atau 53 persen. Untuk tempat tidur ICU yang disiapkan 1.076, terpakai 588 atau 52 persen.
”Ini harus menjadi perhatian kita bersama bahwa sekalipun pelaksanaan penanganan Covid-19 di DKI Jakarta sudah cukup baik dan cukup banyak, masyarakat kami minta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Ahmad Riza.
Skenario
RSDC Wisma Atlet Kemayoran pun menyiapkan skenario untuk mengantisipasi lonjakan pasien, yang dikhawatirkan akan melampaui keterisian kamar inap melebihi 80 persen sesuai anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO). Skenario itu, menurut Arifin, seperti membuka RSDC hanya untuk merawat pasien bergejala.
”Harapan kami, nanti untuk yang tanpa gejala, Pemprov DKI Jakarta bisa mengondisikan tempat isolasi, sedangkan di sini hanya untuk yang bergejala dan harus ada pengawasan dokter dan perawat,” ujarnya yang menyebut skenario itu pernah diterapkan pada Januari lalu.
RSDC juga direncanakan akan menambah sejumlah sukarelawan tenaga kesehatan, seperti dokter dan perawat, yang saat ini berjumlah sekitar 2.000 sukarelawan. Tenaga kesehatan yang ada saat ini pun disebut masih mampu untuk berpartisipasi mendukung program vaksinasi di 83 titik di DKI Jakarta pada 14 Juni mendatang. Sebanyak 1.000 tenaga kesehatan akan diturunkan sebagai tim pemberi vaksinasi.