Pasca-Lebaran, Dinkes DKI Identifikasi Munculnya 800 Kluster
Sebanyak 1.400 kasus terdata dari ratusan kluster sebagian sudah dinyatakan sembuh. Sebagian lagi masih menjalani isolasi dan perawatan. Kluster ini berasal dari pelaku perjalanan dengan kendaraan pribadi
Oleh
Helena F Nababan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengidentifikasi adanya 800 kluster yang muncul setelah libur Lebaran. Kluster-kluster itu teridentifikasi dari banyaknya kasus terkonfirmasi dan terungkap di permukiman warga.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia, Rabu (9/6/2021), menjelaskan, ke-800 kluster itu teridentifikasi dari riwayat perjalanan luar kota. Ada juga dari kegiatan silaturahmi warga. Kluster merata di lima wilayah kota di DKI Jakarta. Total ada 1.400 kasus (orang) terkonfirmasi dari 800 kluster itu.
Dwi menjelaskan, dari 800 kluster itu mayoritas didominasi kluster kecil yang terdiri atas dua sampai tiga orang. ”Mayoritas kluster kecil, tetapi banyak. Ada yang klusternya sudah selesai, ada yang masih aktif, tergantung kapan dia teridentifikasi dan kemudian isolasi sehingga bisa diputus rantai penularan,” katanya.
Kluster itu muncul dari warga yang melakukan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. ”Kalau yang bepergian dengan kendaraan umum, sudah ada syarat antigen atau PCR yang harus dipenuhi, baik saat berangkat maupun waktu kembali ke Jakarta. Itu sudah (bagian dari) penyekatan,” kata Dwi.
Angka kasus positif per Rabu ada 1.300-an kasus. Tingkat keterisian tempat tidur saat ini sudah lebih dari 50 persen. (Ahmad Riza Patria)
Untuk kendaraan pribadi, Dwi melanjutkan, meski ada titik penyekatan, sifat pengecekannya acak karena tidak mungkin mengetes semua pelaku perjalanan. Potensi orang pembawa virus lolos dari penyekatan besar terjadi sehingga Dinkes DKI mengidentifikasi kluster-kluster muncul mayoritas dari pengguna kendaraan pribadi.
”Hal-hal itu seperti itulah yang kemudian menyebabkan kasus meningkat di DKI Jakarta,” kata Dwi Oktavia.
Menurut Dwi, begitu kluster teridentifikasi, misalnya kasus berkelompok seperti di Cilangkap, Cipayung, beberapa sampel lalu diteruskan pemeriksaan genome sequencing. Tujuannya adalah untuk pemetaan tipe virus yang beredar dan menginfeksi.
”Langkah itu membuat kita mempunyai peta virus yang baik sehingga kita bisa membuat kebijakan yang sesuai,” ujar Dwi.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di Balai Kota DKI Jakarta mengatakan, angka kasus positif per Rabu ada 1.300-an kasus. Tingkat keterisian tempat tidur saat ini sudah lebih dari 50 persen.
Terkait bed occupancy ratio (BOR) di DKI Jakarta untuk penanganan Covid-19, saat ini tempat tidur isolasi dari kapasitas 6.694, terpakai 3.560 atau 53 persen. Untuk tempat tidur ICU yang disiapkan 1.076, terpakai 588 atau 52 persen.
”Ini harus menjadi perhatian kita bersama bahwa sekalipun pelaksanaan penanganan Covid-19 di DKI Jakarta sudah cukup baik dan cukup banyak, tetapi masyarakat kami minta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Ahmad Riza.