Gerak Cepat Semua Pihak Sebelum Kasus Positif Meledak
Kluster keluarga di Bubulak dan Cilangkap menjadi contoh bagi warga, perangkat daerah, dan aparat untuk cepat bergotong royong dalam mencegah penyebaran kasus Covid-19.
Suka cita merayakan Hari Raya Idul Fitri tidak sempat dirasakan keluarga besar Inayah, sampai akhir pekan di pertengahan Mei kemarin. Niat baik keluarga untuk bersilaturahmi di rumah sesepuh warga lingkungan RT 003 RW 003 Kelurahan Cilangkap, di hari pertama Lebaran, berakhir menjadi bencana.
Lima dari anggota keluarga mendadak harus menjalani tes usap antigen setelah mengeluhkan adanya gejala Covid-19 di klinik terdekat. Hasilnya semua reaktif. Hal ini pun menjadi perhatian perangkat daerah, termasuk Ketua RW 003 Rosadi. Puskesmas, yang masih libur pun, dipaksa membuka layanan tes usap PCR bagi warga tersebut pada hari Minggu (16/5/2021).
"Setelah itu ditemukan ada yang positif. Kita langsung adakan tracing ke bawah dengan dokter," tutur Rosadi di Jakarta, Senin (24/5/2021).
Baca juga: Kluster Keluarga Sumbang Peningkatan Pasien Positif Sepekan Terakhir
Pelacakan terus dilakukan hingga beberapa hari pada minggu berikutnya 26 orang dites. Dari situ, diketahui 18 orang positif Covid-19. Pelacakan dan pengetesan terus berkembang hingga 51 warga teridentifikasi positif, termasuk Samin, Ketua RT 003 yang juga anak Inayah. Samin kini masih dirawat di Rumah Sakit Ciracas karena memiliki gejala.
Pada Rabu (19/5), RT 003 langsung ditetapkan sebagai zona merah dan harus menjalani isolasi mikro total. Ratusan warga dari 200 keluarga di wilayah tersebut pun mengikuti tes usap PCR masal yang disediakan satuan tugas penanganan Covid-19 dari Puskesmas Cipayung. Petugas dari satuan TNI dan Polri bahkan sampai ikut turun membantu pelacakan dan pemeriksaan.
Rumah-rumah warga didatangi satu per satu oleh petugas yang mengenakan pakaian alat pelindung diri lengkap. Tidak kenal usia, seluruh warga merasakan batang stik menembus saluran hidung dan tenggorokan mereka agar petugas dapat melacak keberadaan jejak virus SARS-CoV-2. Tes massal juga diadakan di tenda darurat di Jalan Assyafiiyah, selama dua hari berturut-turut pada 20-21 Mei.
"Dari total 691 warga RT 003 RW 003 yang kami tes, sebanyak 104 warga positif. Sebanyak 67 orang dirawat di Wisma Atlet Kemayoran, 20 orang di rumah sakit, dan 17 orang diisolasi di rumah. Per hari ini, sudah ada dua orang yang dinyatakan negatif dan bisa pulang dari RS Pasar Minggu," kata Rosadi.
Baca juga: Kluster Cilangkap Capai 104 Kasus Positif Covid-19
Antisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan RT lain juga sudah dilakukan. Sejumlah warga di RT lain seperti RT 002, RT 007, dan RT 005 juga sudah mengikuti tes massal yang diadakan. Beberapa warga yang dites juga sudah terdeteksi positif, terutama dari kerabat dekat keluarga yang tinggal di RT 003.
Sementara itu, selama karantina mikro diadakan di RT 003, warga masih dilarang untuk meninggalkan rumah tanpa keperluan mendesak. Fasilitas umum seperti musola dan masjid juga ditutup. Aktivitas usaha hanya dibatasi untuk sektor strategis dan hanya sampai pukul 21.00.
Dapur darurat
Hingga kini, semua kebutuhan makan warga dilayani ibu-ibu dari PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) dan Kelompok Darwis hingga pemuda Karang Taruna sekitar lingkungan Cilangkap. Di sebuah dapur darurat, mereka memasak makanan untuk dibagikan tiga kali sehari, dari sebelumnya hanya dua kali sehari.
Mereka juga turut membagikan berbagai bantuan yang mengalir untuk warga RT 003. Hingga saat ini, bantuan dana lebih dari Rp 31 juta didapat dari donatur. Bantuan juga datang dalam bentuk sembako, alat kesehatan, APD, hingga vitamin diterima dari individu hingga kelompok dan institusi.
"Kami bekerja profesional saja, setiap bantuan yang didapat kami data dan laporkan. Warga di sini juga sudah terbiasa saling gotong royong, bukan cuma saat ada bencana ini. Misalnya, saat ada banjir di daerah lain, atau gempa di Banten waktu itu, kami adakan donasi untuk para korban," tutur Rosadi.
Koordinasi dengan dokter puskesmas, kelurahan, kecamatan, danramil, polsek, dan pemerintah provinsi juga senantiasa membantu cepatnya penanganan kluster keluarga ini.
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran mengapresiasi kerja sama 3 pilar, yakni pemerintah daerah, TNI dan Polri, yang berjalan di Kelurahan Cilangkap.
"Saya mengapresiasi daerah ini yang mampu mengidentifikasi secara dini peningkatan kasus, lalu memutuskan mikro lockdown. Ini bisa menjadi model acuan, bagaimana basis komunitas bekerja dengan baik, sehingga mereka yang positif bisa segera ditangani," katanya hari ini.
Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayor Jenderal Tugas Ratmono, juga mengingatkan agar 3 pilar tersebut ikut menjaga komunitas warga agar tidak adanya kluster penularan yang lebih tinggi.
"Kita punya program PPKM mikro yang perlu dioptimalkan. Warga perlu aktif menginfokan ketika ada kasus dan lakukan pencegahan agar ada pemutusan transmisi virus. Para pemangku kepentingan juga harus bersatu padu untuk melaksanakan tracing, testing, dan treatment," katanya di kesempatan terpisah.
Relawan LaporCovid-19, Amanda Tan, mengatakan, gerak cepat dan inisiatif warga dalam penanganan kasus di Cilangkap menjadi contoh baik. Pasalnya, mereka sering menerima laporan sebaliknya dari warga yang harus diisolasi mandiri di rumah.
"Di Jakarta, banyak laporan ke kami dari warga yang harus isolasi mereka tidak diperhatikan kebutuhannya oleh pihak RT atau RW. Banyak juga yang melapor tidak adanya pihak puskesmas yang memantau kesehatan mereka saat ada yang terdeteksi positif," katanya.
Bantuan pusat
Di Bogor, kekhawatiran terjadi penyebaran lebih luas dan indikasi ada virus varian baru, membuat Satgas Covid-19 Kota Bogor melangkah cepat melakukan tracing, treatment, testing (3T), karantina lokal serta meminta Kementerian Kesehatan untuk turun membantu penanganan kasus penyebaran Covid-19 di perumahan Griya Melati, Bubulak, Bogor Barat.
Langkah cepat itu berawal dari temuan kasus positif salah satu warga yang melakukan kegiatan keagamaan. Dari hasil tracing oleh tim surveilans puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Bogor munculnya kluster Bubulak berawal dari satu warga yang mengikuti acara keagamaan.
“Dari hasil tracing, warga itu tertular dari istrinya. Lalu, ia melakukan kegiatan ibadah, di situ terjadi penularan. Nah, warga itu tidak tahu jika ia terpapar. Ia baru tahu setelah istrinya menjalani tes cepat antigen dan hasilnya positif pada Sabtu (15/5) kemarin. Satu keluarga itu positif semua,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno, Rabu (19/5/2021).
Dari hasil penelusuran lanjutan, kata Retno, istri yang memapari anak dan suaminya itu memiliki riwayat perjalanan luar kota sebelum hari-H Lebaran.
Dari satu kasus bertambah menjadi tiga, lalu lima kasus, tak sampai 2x24 jam terhitung sejak Minggu (16/5), Satgas Covid-19 yang dipimpin langsung Wali Kota Bogor Bima Arya, dan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, langsung mengerahkan sumber daya manusia dan mendirikan posko kesehatan untuk memaksimalkan 3T.
Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro pun langsung menerjunkan anggotanya dibantu anggota dari Komando Distrik 0606 Suryakencana Kota Bogor, untuk mengawasi ketat pergerakan keluar masuk warga.
Baca juga: Satgas Kota Bogor Evakuasi 58 Warga ke Pusat Isolasi
Selang sehari pada Selasa (18/5), Satgas Covid-19 menerapkan karantina lokal di perumahan Griya Melati karena kasus positif terus bertambah. Saat itu kasus sudah mencapai lebih dari 20 kasus.
Agar tidak ada warga yang keluar masuk, satgas juga menyiapakan pasar RT/RW atau pasar mobile. Satgas memfasilitasi semua kebutuhan logistik, obat, hingga sampah warga dan medis.
Selain gencarnya 3T, cepatnya penyebaran di perumahan Griya Melati membuat Bima Arya menghubungi Kementerian Kesehatan untuk membantu meneliti lebih dalam kemungkinan ada virus Covid-19 varian baru.
”Saya sudah menghubungi Pak Menkes dan sudah kirim tim ke sini. Kita tunggu hasilnya semoga dalam satu minggu ini keluar hasilnya. Langkah ini diambil karena tingkat penyebarannya cepat dan banyak. Perlu diteliti sebagai antisipasi jangan sampai strain baru,” kata Bima.
Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, mengatakan, langkah cepat Pemerintah Kota Bogor untuk mengkarantina lokal di perumahan Griya Melati dinilai tanggap dan tepat, karena kasus sudah mencapai di atas 10 kasus.
"Ketika sudah mencapai 10 kasus, pemda memang harus cepat mengambil langkah penanganan terutama memaksimal 3Tnya, itu wajib. Itu harus dilakukan karena jangan sampai ada penyebaran luas," kata Miko, Senin (24/5/2021).
Tak hanya itu saja, kata Miko, keterlibatan pemerintah pusat menjadi kunci dan langkah penting agar penanganan kasus di kluster Bubulak bisa maksimal.
"Ini penting keterlibatan Kementerian Kesehatan dalam meneliti sampel positif warga melalui genome sequencing, karena sebaran virus ini cukup cepat dan kasus juga tinggi. Langkah Pemkot Bogor juga harus dilakukan pada kasus lainnya seperti di kluster Cilangkap" kata Miko.
Miko menekankan setiap kepala daerah harus aktif dan tanggap jika ada kasus di willayahnya. Sedini mungkin penyebaran virus tidak meluas ke wilayah lainnya, karena jika tidak ada antisipasi dini akan berdampak berat pada penanganan pandemi.
"Peran satgas Covid-19, pemda, kepala daerah, pemerintah pusat, itu penting. Namun, penting pula peran warga untuk disiplin protokol kesehatan. Saat ini kita tidak bisa jalan sendiri. Semua harus terlibat. Jika tidak kerugian dampak buruk pandemi akan kita rasakan lebih lama," kata Miko.
Kluster rumah tangga atau perumahan di Bubulak dan Cilangkap menjadi peringatan untuk semua kepala daerah, khususnya untuk warga yang masih abai dengan protokol kesehatan. Keabaian itu memperparah kondisi penanganan yang setahun tak kunjung reda atau jauh dari kata reda.
Upaya penanganan tidak bisa dari pemerintah saja dan tergantung dari fasilitas kesehatan serta tenaga medis. Namun, kesadaran warga menjalankan protokol kesehatan ketat jauh lebih penting.