Duka dalam Uji Coba Rute ”Road Bike” Kampung Melayu-Tanah Abang
Uji coba menjadikan JLNT sebagai lintasan khusus road bikes. Menurut rencana dioperasikan setiap Sabtu dan Minggu pukul 05.00-09.00.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya menguji coba jalan layang non-tol Kampung Melayu–Tanah Abang sebagai jalur atau lintasan sepeda bagi sepeda jalan raya atau road bike. Dalam uji coba, John Daniel (62), salah satu pesepeda meninggal akibat serangan jantung.
John ditemukan pesepeda lain sedang bersandar lemah di pagar jalan layang arah Tanah Abang, di samping sepedanya. Ia sempat dibawa ke rumah sakit RSUD Tarakan, tetapi tidak tertolong.
”Informasi dari keluarga, almarhum memang sedang latihan untuk persiapan road bike tour dan ada riwayat sakit jantung,” jelas Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo, Minggu (23/5/2021) sore.
Dari dokter yang menangani, almarhum terindikasi kelelahan. Dilihat dari rekaman jam digitalnya, detak jantung almarhum tergolong tinggi, mencapai 180. Dengan riwayat jantung, terbilang sangat berisiko.
Sejatinya, uji coba lintasan JLNT itu dilakukan demi menghadirkan lintasan sepeda yang terjamin dari aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan bagi pegiatnya. Sebelum ada lintasan ini, para pegiat sepeda, khususnya road bikers, beraktivitas di ruang lalu lintas dengan kecepatan tinggi bersama-sama dengan kendaraan bermotor.
”Aspek keselamatan dan keamanannya terabaikan. Banyak data yang kami kumpulkan, di mana kecelakaan yang menimpa para pesepeda ini cukup tinggi dengan angka vatalitas yang cukup lumayan besar,” kata Syafrin.
Dari pelaksanaan uji coba, jelas Syafrin, Dishub ingin mendapatkan gambaran secara lengkap dari sisi operasional ataupun teknis pelaksanaannya. Apalagi dengan kondisi jalan layang non-tol yang berlubang, Dishub ingin mendapat masukan lengkap dari para pegiat sepeda, titik mana saja yang perlu dilakukan perbaikan.
”Setelah uji coba, Dishub DKI akan melakukan peningkatan terhadap fasilitas yang ada,” jelasnya. Menurut rencana, setelah evaluasi pada pekan depan, lintasan bagi pesepeda jalan raya ini akan dibuka secara rutin, setiap Sabtu dan Minggu, pukul 05.00–09.00.
Pemilihan waktu di pagi hari pun, jelas Syafrin, sudah didasarkan pada pertimbangan. ”Karena kita ketahui pada pagi hari embusan angin tidak begitu kencang dan relatif lebih bisa dikendalikan. Begitu di atas pukul 09.00, di atas jam 10.00 biasanya angin bertiup kencang. Oleh sebab itu, pilihannya kenapa kami siapkan pagi,” katanya.
Peneliti Studi Perkotaan Nirwono Joga mengingatkan Dishub DKI, tujuan awal pembangunan JLNT Kampung Melayu–Tanah Abang juga Antasari adalah untuk mempercepat kendaraan roda empat. Oleh karena itu, secara struktur, JLNT dibangun tinggi.
Di jalur itu, kendaraan selalu melaju dengan kencang dan ada faktor angin sehingga bila JLNT digunakan juga oleh sepeda motor, maka cukup riskan. Sepeda motor tidak boleh melintasi JLNT itu. ”Kalau kemudian Dishub menyiapkan JLNT sebagai lintasan khusus road bike, sudahkah Dishub DKI memiliki data pasti pengguna efektif sepeda road bike di Jakarta? Lalu, seberapa banyak pesepeda yang mau naik ke lintasan itu?” katanya.
Menurut Nirwono, bukan pilihan bijak menyediakan jalur sepeda road bike di JLNT Tanah Abang–Kampung Melayu. ”Harusnya itu memperhitungkan tidak hanya dari sudut pandang aparat dalam hal ini Dishub DKI dan Polda Metro Jaya, tetapi juga dari sudut pandang pesepeda pemula,” kata Nirwono.
Menurut Syafrin, pada uji coba pertama itu diikuti ratusan pesepeda jalan raya dari 19 komunitas.
Rekayasa lalu lintas
Syafrin melanjutkan, dengan tujuan untuk memberikan jaminan keselamatan dan keamanan, lintasan khusus pesepeda road bike itu akan memisahkan para pegiat sepeda dengan kecepatan tinggi dari lalu lintas kendaraan bermotor. Itu sebabnya pula dalam uji coba pertama kali di Minggu pagi ini, lintasan jalan layang dari Karet sampai Kota Kasablanka atau Jalan Saharjo disterilkan dari kendaraan bermotor sehingga para pegiat road bike bisa beraktivitas tanpa ada gangguan dari kendaraan bermotor yang sama-sama berada di ruang lalu lintas.
Ada rekayasa lalu lintas yang disusun Dishub DKI. Rekayasa lalu lintas dilakukan di sekitar jalan layang non-tol Kampung Melayu–Tanah Abang. ”Jalan Layang Non-Tol Kampung Melayu-Tanah Abang difungsikan sebagai lintasan road bike sampai dengan putar balik arah Barat-Barat di bawah flyover Dr Saharjo. Ada pengalihan arus kendaraan,” kata Syafrin.
Kendaraan dari Tanah Abang menuju Kampung Melayu dapat melalui Jl KH Mas Mansyur-Jl Dr Satrio-Jl Raya Casablanca-Jl Dr Saharjo lalu putar balik Selatan-Selatan menuju Jl Abdullah Syafei, dan seterusnya (JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang). Kendaraan yang akan berputar dari arah Barat-Barat di bawah flyover Dr Saharjo dialihkan menuju Jl Dr Saharjo, lalu berputar arah Selatan-Selatan di Jl Dr Saharjo, kemudian berputar arah Utara-Utara di depan Balai Sudirman.
Untuk pengalihan arus kendaraan dari Kampung Melayu menuju Tanah Abang dapat melalui Jl Abdullah Syafei-Jl Dr Saharjo-berputar arah Utara-Utara di depan Balai Sudirman-Jl Raya Casablanca-Jl Dr Satrio-Jl KH Mas Mansyur (di bawah JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang). Sementara untuk kendaraan yang akan berputar arah Selatan-Selatan di depan Citywalk Sudirman, dialihkan di bawah flyover Karet Bivak.