Penambahan kasus positif Covid-19 di Jakarta seusai libur Lebaran masih fluktuatif. Untuk mengantisipasi lonjakan kasus, disiapkan 6.633 tempat tidur isolasi dan 1.007 tempat tidur ICU.
Oleh
Helena F Nababan/Erika Kurnia/Aguido Adri
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai upaya menekan lonjakan kasus Covid-19 di Jakarta seusai libur Idul Fitri 2021, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperpanjang masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat mikro hingga 31 Mei 2021.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti melalui keterangan resmi, Selasa (18/5/2021), menjelaskan, kasus aktif di Jakarta memang fluktuatif pada dua minggu belakangan. Jumlah kasus tercatat 7.039 pada 3 Mei 2021, lalu menjadi 7.266 pada 15 Mei. Pada 16 Mei, turun lagi menjadi 7.146 kasus.
”Memang ada penurunan 120 kasus dari periode 15-16 Mei 2021. Namun, kami akan tetap mewaspadai terjadinya peningkatan kasus pada dua minggu ke depan, terlebih ini merupakan periode setelah Idul Fitri,” kata Widyastuti.
Kami akan tetap mewaspadai terjadinya peningkatan kasus pada dua minggu ke depan, terlebih ini merupakan periode setelah Idul Fitri. (Widyastuti)
Sebagai antisipasi penambahan kasus aktif, per 17 Mei 2021, Dinkes DKI Jakarta menyiapkan 6.633 tempat tidur isolasi dan 1.007 tempat tidur unit perawatan intensif (ICU)
Sampai saat ini, tempat tidur isolasi terisi 1.724 unit atau 26 persen dan tempat tidur ICU terisi 338 pasien atau 34 persen. Artinya, ketersediaan tempat tidur isolasi dan ICU masih di atas 50 persen.
Pemprov DKI, kata Widyastuti, terus memantau dan mewaspadai kluster mudik. Terlebih, dari pengalaman libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021, serta Lebaran tahun kemarin, ada fenomena ketika mayoritas penduduk DKI Jakarta kala itu secara massal bergerak menuju Pulau Jawa, Bali, dan wilayah Sumatera Utara. Selama beberapa hari, pergerakan yang sama tetapi kembali ke arah Ibu Kota dan sekitarnya terjadi. Seusai pergerakan massal itu, terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 dan bertambah banyaknya korban meninggal.
”Meskipun pemerintah tahun ini telah mengimbau masyarakat untuk tidak mudik dan melakukan penyekatan, kami tetap mewaspadai adanya potensi kluster hasil dari bepergian ini,” kata Widyastuti.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan, bagi yang masuk Jakarta dari luar kota harus siap menjalani screening yang dikerjakan bersama oleh Pemprov DKI Jakarta dan jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Pemprov DKI Jakarta melakukan dua langkah screening, yaitu di pintu-pintu masuk menuju Jakarta, seperti di ruas tol dan akses jalan arteri, dan di lingkungan warga masing-masing.
Secara terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menjelaskan, terkait screening di tingkat lingkungan rukun tetangga dan rukun warga (RT/RW) itu, sebelumnya sudah diawali dengan pendataan warga yang mudik di tingkat RT dan RW.
Achmad Syarief, Lurah Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, menjelaskan, untuk pemasangan stiker di rumah warga yang mudik itu ada mekanisme yang dilalui. Warga yang mudik didata melalui RT dan RW. Setelah pendataan, petugas menempelkan stiker khusus di rumah warga yang pulang kampung. Begitu warga yang mudik kembali, gugus tugas meminta warga tersebut menjalani isolasi mandiri 14 hari dan menjalani tes usap antigen di puskesmas kelurahan.
”Bila hasilnya negatif, diminta pulang dan isolasi mandiri. Bila positif, warga diajak ke puskesmas kecamatan untuk tes PCR. Bila hasil negatif, boleh pulang. Bila positif, akan dibawa ke Wisma Atlet untuk karantina,” kata Syarief.
Warga yang mudik itu rata-rata keluar Jakarta sebelum masa pelarangan mudik 6-17 Mei. Di wilayah Tebet ada 166 jiwa yang mudik dan yang kembali baru 55 orang.
”Dari 55 orang itu, satu orang positif dan dikarantina di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Di Manggarai Selatan, ada lima yang sudah kembali dan menjalani tes usap antigen di puskesmas kelurahan,” kata Syarief.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo menambahkan, untuk tes cepat antigen dan GeNose C19 di terminal tipe A pada 6-17 Mei 2021 telah dilakukan terhadap 5.051 penumpang. Hasilnya, 46 orang reaktif. Namun, saat ditindaklanjuti dengan tes PCR, hasilnya negatif.
”Mereka semua hendak keluar Jakarta dan hasil pemeriksaan di Terminal Pulo Gebang dan Terminal Kalideres,” ujarnya.
Jika ada satu penumpang dalam satu bus diketahui reaktif, semua penumpang di bus itu akan dites. Sementara penumpang yang diperiksa dan menjalani karantina di Terminal Pulo Gebang per 18 Mei ada empat orang.
15.024 orang dites
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus menyampaikan, pada 16 dan 17 Mei, personel gabungan melakukan tes acak Covid-19 kepada 15.024 orang yang kembali ke Jakarta dan wilayah sekitarnya. Tes dilakukan di 14 pos penyekatan dan pemantauan arus balik Idul Fitri 2021.
Jumlah tersebut didapat dari 5.237 kendaraan, baik sepeda motor, mobil, bus, dan kendaraan umum lain yang diperiksa. Jumlah orang yang nonreaktif sekitar 14.940 orang, dan 48 orang lainnya reaktif atau positif Covid-19. Saat ini, 46 orang diminta untuk isolasi mandiri, 33 orang dirujuk ke RSDC Wisma Atlet, dan sisanya ke tempat rujukan lain.
PPKM di RT dan RW
Di Kota Bogor, Jawa Barat, pemerintah daerah setempat menyiapkan 30.000 tes cepat antigen dan akan memperketat PPKM mikro di level RT dan RW.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, Presiden Joko Widodo mengingatkan pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk hati-hati dan mewaspadai potensi penambahan kasus Covid-19 usai Lebaran.
”Gubernur Jawa Barat juga mengingatkan agar mewaspadai peningkatan kasus pascamudik hingga 29 Mei. RT/RW dan PPKM mikro harus diperketat lagi. Kami menyiapkan 30.000 tes cepat antigen dan sudah tersebar di seluruh wilayah. Puskesmas siaga,” kata Retno.