Operasional KRL Dibatasi, Warga Kembali ke Kendaraan Pribadi dan Taksi Daring
Sebagian warga beralih moda transportasi atau membawa kendaraan pribadi karena pembatasan jam operasional dan tidak beroperasinya empat stasiun kereta rel listrik di masa larangan mudik 6-17 Mei.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY/ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Stasiun kereta rel listrik atau KRL tetap ramai meskipun tidak padat pada hari pertama pembatasan operasional, Kamis (6/5/2021). Sebagian warga memilih beralih moda transportasi atau membawa kendaraan pribadi dalam bermobilitas.
Selama larangan mudik 6-17 Mei 2021, PT KAI Commuter mengatur layanan operasional KRL hanya sampai pukul 20.00 dari sebelumnya hingga pukul 22.00. Pembatasan jam operasional juga diikuti pengurangan jumlah perjalanan untuk relasi Rangkasbitung/Parungpanjang/Serpong-Tanah Abang. Ada empat stasiun yang tidak melayani naik turun penumpang, yakni Stasiun Cikoya, Stasiun Maja, Stasiun Citeras, dan Stasiun Rangkasbitung.
Berdasarkan pantauan lapangan, sejumlah stasiun ramai, tetapi tidak terjadi kepadatan antara pukul 16.30 dan 19.00. Di Stasiun Manggarai dan Stasiun Sudirman yang dekat kawasan perkantoran, misalnya, arus penumpang lancar.
Penumpang berbondong-bondong ke stasiun sebelum jam buka puasa. Namun, tidak sampai ada kepadatan di gerbang masuk hingga peron.
Pada saat penumpang ramai, petugas pelayanan KRL mengatur penumpang berjalan ke tengah peron supaya tidak ada penumpukan di dekat pintu masuk. Kereta yang datang sesuai jadwal pun mengangkut penumpang hingga peron cukup lengang untuk menjaga jarak.
Stasiun Palmerah juga ramai lancar oleh penumpang yang hendak kembali ke arah Rangkasbitung. Di stasiun, berulang kali petugas mengumumkan adanya pembatasan waktu operasional dan pengurangan perjalanan.
Dewi (26), salah satu warga yang terdampak pengurangan jam operasional KRL. Karyawan swasta di Tanah Abang ini pun beralih ke taksi daring untuk pulang ke rumahnya di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. ”Ada angkot dan bus, tetapi lebih lama waktu perjalanannya dan rawan. Akhirnya patungan naik Grab dengan teman supaya hemat ongkos,” ujar Dewi.
Riza (25), warga lainnya, juga terdampak pengurangan jumlah perjalanan KRL. Ia tidak bisa berangkat ke Cikande, Serang, Banten, menggunakan KRL karena Stasiun Citeras tidak melayani turun naik penumpang.
Ia pun mengurus surat keterangan kerja supaya bisa berangkat menggunakan bus dari Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, ke Cikande. ”Saya sudah ajukan surat keterangan kerja, semoga bisa lancar perjalanannya,” ucapnya.
Diaz Herdiansyah (21) juga terdampak pengurangan jam operasional KRL. Karyawan swasta ini pun menggunakan kendaraan pribadi supaya tetap bisa lancar pulang ke Citayam, Depok, Jawa Barat. ”Pulang kantor, kan, lewat pukul 20.00. Mau tidak mau bawa kendaraan pribadi,” katanya.
Secara terpisah, VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba mengatakan, pihaknya masih memantau dan akan mengevaluasi pembatasan operasional KRL ini. KAI Commuter mengikuti peraturan pemerintah pusat dan daerah untuk meminimalkan mobilitas pergerakan warga.
”Kami imbau agar penumpang ikut mendukung aturan pemerintah. Gunakan KRL hanya untuk keperluan mendesak dan selalu menerapkan protokol kesehatan,” katanya.