Polisi Selidiki Penyebab Puluhan Santri di Bekasi Keracunan Makanan Buka Puasa
Makanan yang dikonsumsi para santri itu berupa lontong sayur yang didapatkan dari donatur. Gejala yang dialami mulai dari mual, sakit perut, hingga pingsan.
Oleh
STEFANUS ATO
·2 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Sebanyak 70 santri keracunan makanan saat menikmati hidangan berbuka puasa di Pondok Pesantren Yayasan As-Shofiyani di Kampung Kedungwaringin, Desa Sukaringin, Sumawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Hingga Kamis (29/4/2021), masih ada 21 orang yang dirawat di rumah sakit.
Kepala Kepolisian Sektor Tambelang Ajun Komisaris Shodirin mengatakan, polisi masih mendalami penyebab 70 santri keracunan saat menikmati makanan berbuka puasa bersama pada Selasa (27/4/2021) sore. Adapun menu berbuka puasa yang dikonsumsi berupa lontong sayur.
”Ada 70 santri yang keracunan makanan. Sampai tadi malam, tinggal 21 orang yang dirawat di rumah sakit,” kata Shodirin, Kamis siang, di Bekasi.
Ia menambahkan, efek yang diderita para santri adalah mual-mual. Saat ini polisi masih terus melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab para santri keracunan.
Ketua Yayasan As-Shofiyani Yeni Eriyani, dihubungi terpisah, mengatakan, selain santri, ada juga guru di yayasan itu yang keracunan makanan sehingga total mereka yang keracunan 85 orang. Gejala yang dialami para santri dan guru di yayasan tersebut usai berbuka puasa, mulai dari mual-mual, sakit perut, hingga ada yang pingsan.
”Saya memang tidak makan takjilnya, makanya saya tidak tahu. Saat santri mulai mual-mual, saya coba cicip. Ternyata memang tidak enak, rasanya asam. Buah naganya sudah bau,” katanya.
Yeni menambahkan, makanan berbuka puasa itu didapatkan dari salah satu donatur. Yayasan itu selama masa puasa banyak mendapat donasi dari pihak luar. Makanan yang dinikmati para santri tersebut dibeli oleh donatur tersebut.
”Biaya perawatan Rp 11 juta karena 85 orang semua keracunan. Donatur yang mengirim makanan belum ke sini juga untuk tanggung jawab,” katanya.