Kasus Perkantoran di Ibu Kota Terkait Kluster Keluarga
DKI masih menyelidiki faktor pemicu meningkatnya kluster perkantoran. Dari data epidemiologi, beberapa kasus berhubungan dengan kluster keluarga.
Oleh
Helena F Nababan/Johanes Galuh Bimantara/Stefanus Ato
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Kesehatan DKI Jakarta memastikan angka kasus positif di kluster perkantoran fluktuatif sehingga perlu diwaspadai karena berpotensi naik.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti, melalui keterangan tertulis pada Rabu (28/4/2021), menjelaskan, angka kasus positif Covid-19 pada kluster perkantoran sempat mengalami kenaikan yang signifikan pada beberapa waktu lalu. Saat ini, angka kasus positif fluktuatif, cenderung menurun, yakni dengan ditemukannya 68 kasus dari 27 kantor pada periode 19-25 April 2021.
”Namun, tetap perlu diwaspadai karena berpotensi terjadi peningkatan kembali,” katanya.
Tercatat ada 425 kasus konfirmasi Covid-19 dari 177 perkantoran di DKI Jakarta dalam periode tanggal 12-18 April 2021. Sementara pada minggu sebelumnya, 5-11 April, tercatat ada 157 kasus konfirmasi Covid-19 dari 78 perkantoran di DKI Jakarta.
Di RSDC Wisma Atlet, tingkat pasien baru tinggi. Mayoritas tertular Covid-19 dalam kluster keluarga.
Widyastuti menjelaskan, sebagian kasus konfirmasi Covid-19 itu terjadi pada perkantoran yang para pekerja kantornya sudah menerima vaksinasi Covid-19. ”Kami perlu tegaskan, meski sudah divaksin, tidak berarti kita bebas 100 persen dari Covid-19,” katanya.
Widyastuti melanjutkan, Dinkes DKI masih menyelidiki secara detail faktor pemicu meningkatnya kluster perkantoran. Namun, dari data epidemiologi, beberapa kasus yang ditemukan berhubungan dengan kluster keluarga.
Kewaspadaan juga ditingkatkan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Setelah terjadi kenaikan pada pekan lalu, jumlah pasien positif di Wisma Atlet berangsur menurun. Pada Rabu malam, ada 1.456 pasien dirawat di sana atau 24,29 persen dari kapasitas 5.994 tempat tidur di sana.
Meski demikian, pengelola RSDC Wisma Atlet Kemayoran melihat risiko naiknya tingkat keterisian masih besar. ”Siang ini (kemarin), Puskesmas Jagakarsa (Jakarta Selatan) kirim 21 orang lagi,” ucap Koordinator Hubungan Masyarakat RSDC Wisma Atlet Letnan Kolonel (Laut) dokter gigi M Arifin saat dihubungi pada Rabu malam. Mayoritas tertular Covid-19 dalam kluster keluarga.
Dalam dokumentasi yang dibagikan, pasien tiba di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, antara lain, menggunakan dua bus sekolah. Terdapat sejumlah pasien anak. Sehari sebelumnya, Puskesmas Jagakarsa mengirim sedikitnya 20 pasien.
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menegaskan, memang kalau dicermati akhir-akhir ini untuk kegiatan atau aktivitas bisnis kelihatannya mulai giat kembali. Ada kecenderungan kegiatan di kantor sudah aktif walau belum 100 persen. Dari sudut pandang ekonomi, hal itu bagus. Namun, jangan melupakan protokol kesehatan.
Amin menyarankan, pengelola perkantoran tetap menerapkan pembagian pekerja bekerja dari rumah dan di kantor. Jumlah orang dalam satu ruangan dikurangi dengan tegas. Cermati pula tata udara di kantor. Pemprov DKI Jakarta melalui Satpol PP dan Dinas Tenaga Kerja DKI mesti mengawasi dan mengingatkan hal itu.
Amin mengingatkan masyarakat, pengelola perkantoran, dan DKI untuk ketat menerapkan 3M (menjaga jarak, mencuci tangan, mengenakan masker) dan 3T (tracing, testing, treatment) meskipun sudah ada vaksin Covid-19.
”Open house” dilarang
Di Kota Bekasi, Wali Kota Rahmat Effendi menyatakan dari total 7.084 RT di wilayahnya, sudah 98 persen masuk kategori zona hijau atau bebas dari warga yang positif Covid-19. Jumlah wilayah RT zona kuning tersisa 2 persen. Namun, Rahmat khawatir kondisi bisa memburuk kembali ketika mobilitas warga meningkat.
Kota Bekasi pun memberlakukan larangan open house atau kumpul-kumpul saat Idul Fitri. Mudik dilarang sesuai aturan pemerintah pusat. Mereka yang dikecualikan dari larangan mudik harus mengurus surat izin keluar masuk (SIKM) dengan surat pengantar dari tingkat RT sampai kelurahan.