Karyawan Khawatirkan Penularan Covid-19 di Perkantoran
Karyawan mengkhawatirkan penularan Covid-19 di perkantoran. Selama sepekan ini terjadi peningkatan kasus konfirmasi Covid-19 di kluster perkantoran di Jakarta, dari 157 kasus menjadi 425 kasus.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah meningkatnya kasus positif Covid-19 di kluster perkantoran, para karyawan di Jakarta mengkhawatirkan suasana kantor yang kembali ramai. Mereka pun tidak memiliki pilihan karena pihak perusahaan yang mulai mengurangi porsi bekerja dari rumah.
Fauzi (27), karyawan swasta di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, ini mengaku khawatir dengan meningkatnya kluster perkantoran dalam beberapa pekan terakhir. Pria asal Bekasi, Jawa Barat, ini merasa aktivitas karyawan di akhir-akhir ini memang cenderung meningkat.
Hal ini dia simpulkan dari ramainya stasiun kereta rel listrik (KRL) yang dia singgahi ketika berangkat dan pulang bekerja. Beberapa kali, dia berada di tengah-tengah antrean stasiun yang cukup membeludak. Bahkan, saat berangkat menggunakan kendaraan pribadi, kemacetan juga terjadi di mana-mana.
”(Kantor) sudah ramai lagi. Naik KRL sudah mulai ramai, naik mobil atau sepeda motor juga macet,” kata Fauzi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (27/4/2021).
(Kantor) sudah ramai lagi. Naik KRL sudah mulai ramai, naik mobil atau sepeda motor juga macet.
Sementara berdasarkan informasi yang termuat dalam Instagram Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Sabtu (24/4/2021), terjadi kenaikan kasus konfirmasi Covid-19 pada kluster perkantoran sepekan ini. Pada periode 5-11 April 2021 terdapat 157 kasus positif Covid-19 di 78 perkantoran. Lalu, pada periode 12-18 April 2021 terdapat 425 kasus positif di 177 perkantoran.
Fauzi pun mengungkapkan, kantor tempatnya bekerja juga mulai ramai belakangan ini. Penyebabnya, kebijakan perusahaan yang menetapkan karyawan bekerja dari rumah (work from home/WFH) terbatas satu hari dalam sepekan. Selain mulai ramai, kedisiplinan karyawan menerapkan protokol kesehatan juga terlihat menurun. Meski berada di ruangan tertutup, dia kerap melihat rekan kerjanya melepaskan masker dengan santainya.
”Kayaknya sudah banyak yang merasa aman karena banyak orang yang sudah divaksin,” katanya.
Fitri (27), karyawan swasta di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, mengungkapkan, dalam sebulan terakhir, kantornya kembali menambah jadwal bekerja dari kantor (work from office/WFO). Jika sebelumnya karyawan diminta WFO dua kali sepekan, kini menjadi tiga kali sepekan.
”Pekan ini, misalnya, saya masuk hari Senin, Rabu, Jumat. Di kantor juga jadi ramai,” katanya.
Di divisi Fitri, total ada 19 karyawan. Setiap harinya, ada sekitar 12 karyawan yang harus WFO. Sisanya bisa menjalani WFH. Sementara untuk karyawan yang sedang hamil masih dianjurkan untuk WFH.
Dari sekian banyak karyawan yang ada di kantor Fitri, hanya ada beberapa yang sudah menjalani vaksinasi. Itu pun vaksinasi dosis pertama. Sebagian besar karyawan belum mendapatkan jadwal vaksinasi, termasuk dirinya.
”Jadi, sayang aja kalau karyawan harus diminta masuk. Soalnya kerjaannya bisa digarap dari rumah,” katanya.
Selvi (26), karyawan salah satu bank swasta di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, bahkan masih harus bekerja di kantor setiap hari. Selama pandemi Covid-19, hampir tidak ada pembagian jadwal WFH dan WFO kecuali jika ada karyawan yang terpapar Covid-19.
Meskipun khawatir, Selvi tidak mempunyai pilihan lain. Pekerjaannya memang tidak memungkinkan dikerjakan di rumah karena berkaitan dengan pelayanan. Selama ini, Selvi hanya mengandalkan masker dan hand sanitizer untuk menangkal potensi penularan Covid-19.
”Di kantor itu, kan, banyak orang enggak dikenal yang keluar-masuk. Kita enggak pernah tahu mereka bawa virus atau enggak. Taunya cuma suhu tubuhnya aman,” katanya.
Nevin (27), karyawan badan usaha milik negara di Jakarta Pusat, mengatakan, saat ini sekitar 70 persen karyawan di kantornya sudah menerima vaksin dosis kedua. Meskipun begitu, kantornya tetap memberlakukan aturan WFO dua hari selama sepekan. Aturan ini sama seperti pada bulan-bulan sebelumnya.
”Di kantor paling cuma 20 persen yang WFO setiap hari. Di lantai gedung saya maksimal cuma 15 karyawan yang masuk,” katanya.
Menurut dia, para karyawan di kantornya masih cenderung patuh dengan protokol kesehatan, terlebih dalam urusan menjaga jarak. Bahkan, pascavaksinasi semua karyawan diminta beristirahat di rumah selama sepekan. Hal ini untuk menghindari kemungkinan munculnya penyakit ikutan pascavaksinasi.
”Soalnya pernah ada kasus di kantor lain, setelah divaksin langsung kerja di lapangan, eh malah kena Covid-19. Makanya di sini semua diminta istirahat,” katanya.
Sebelumnya, pada Senin (26/4/2021), Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta Andri Yansyah menyampaikan, perlu dilakukan kajian detail untuk memastikan penyebab kasus di kluster perkantoran. Ada dugaan peningkatan kasus karena euforia publik yang telah mendapatkan vaksin.
Andri meyakinkan, vaksinasi hanya salah satu cara memutus penyebaran Covid-19. Untuk bisa menekan kasus, kebijakan WFH dan WFO tidak bisa ditentukan sendiri di tiap kantor. Kantor harus mengikuti aturan yang dibuat oleh Satgas Covid-19 (Kompas, 27 April 2021).
Menurut Ridwan, pengabaian protokol kesehatan yang semakin meningkat, cakupan vaksinasi yang rendah, serta munculnya berbagai varian baru Covid-19 menjadi kombinasi yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini akan menjadi ancaman serius terhadap peningkatan kasus harian dalam beberapa pekan ke depan.
Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Ridwan Amiruddin mengatakan, program vaksinasi dengan promosi yang luar biasa seolah meredam program 5M. Hal ini membuat penerapan protokol kesehatan cenderung menurun.
”Terutama pada institusi atau lembaga baik swasta maupun pemerintahan. Tentu ini sangat mengkhawatirkan untuk beberapa pekan ke depan,” katanya saat dihubungi.
Menurut Ridwan, pengabaian protokol kesehatan yang semakin meningkat, cakupan vaksinasi yang rendah, serta munculnya berbagai varian baru Covid-19 menjadi kombinasi yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini akan menjadi ancaman serius terhadap peningkatan kasus harian dalam beberapa pekan ke depan.
”Tinggal menunggu faktor pemicunya. Misalnya periode Idul Fitri dengan arus mudiknya, kegiatan sosial kemasyarakatan, dan yang lain,” ujarnya.