Puskesmas Bergantung kepada Kader Dasawisma untuk Jemput Warga Lansia
Menjaring dan mendorong warga lanjut usia di pelosok Ibu Kota agar tahu serta mau divaksin Covid-19 membutuhkan upaya tersendiri, termasuk menjemput langsung para sasaran ke rumah-rumah.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan kader dasawisma di rukun warga dan rukun tetangga terbukti membantu proses vaksinasi lansia di Ibu Kota. Para kader ini menjadi petugas jemput bola guna memastikan semua warga lansia berkartu tanda penduduk DKI Jakarta bisa diantar ke puskesmas wilayah masing-masing untuk mendapat imunisasi melawan Covid-19.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan pendekatan baru penyediaan layanan antar jemput ini pada 9 April 2021. Akan tetapi, di Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, inisiatif tersebut sudah berjalan sejak Maret ketika program vaksinasi bagi penduduk lansia dicanangkan.
Kepala Puskesmas Kecamatan Cilandak Maryati Kasiman mengungkapkan bahwa di wilayah itu ada 17.782 warga lansia sasaran vaksinasi Covid-19. ”Untuk dosis pertama sudah tervaksin 11.214 warga lansia atau 63 persen dari jumlah keseluruhan,” katanya di Jakarta, Selasa (13/4/2021). Adapun warga lansia yang telah memperoleh vaksinasi tahap kedua baru 5.713 orang atau 14,84 persen.
Promotor Kesehatan Puskesmas Kecamatan Cilandak Supriyanti menjelaskan secara lebih lanjut mengenai perjalanan penyuntikan vaksin ini. Pada bulan Maret ketika program vaksinasi lansia dimulai, hanya segelintir warga berusia senior ini yang mendatangi puskesmas.
”Mayoritas mereka adalah warga lansia yang berpendidikan atau berasal dari keluarga berlatar belakang menengah ke atas yang memahami informasi mengenai Covid-19 dan vaksinasi,” tuturnya.
Mereka mendatangi Puskesmas Cilandak diantar memakai mobil pribadi, baik oleh anak, sopir pribadi, maupun ajudan. Setelah dua pekan program vaksinasi berjalan, jumlah warga lansia yang datang mulai menurun. Dari awalnya puluhan orang setiap hari menjadi hanya belasan.
Menurut Supriyanti, puskesmas khawatir target vaksinasi tidak tercapai. Akan tetapi, mereka tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk mencari warga-warga lansia yang ”bersembunyi” atau bahkan tidak mengetahui adanya program vaksinasi ini.
”Koordinasi dengan camat, lurah, pengurus RT, RW, dan para kader dasawisma benar-benar membantu. Begitu pihak puskesmas meminta bantuan mereka, hasilnya langsung kelihatan,” ujarnya.
Puskesmas khawatir target vaksinasi tidak tercapai. Akan tetapi, mereka tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk mencari warga-warga lansia yang ”bersembunyi” atau bahkan tidak mengetahui adanya program vaksinasi ini. (Supriyanti)
Jika awalnya lokasi vaksinasi di SDN 04 Pagi Cilandak Barat hanya didatangi beberapa penduduk lansia, tiba-tiba sejak awal April dalam satu hari yang datang jumlahnya bisa mencapai seratus orang. Semuanya dibawa oleh para kader.
Supriyanti mengatakan, awalnya pihak puskesmas menduga para kader berbuat demikian karena berdasarkan kebijakan Kementerian Kesehatan, kader yang berhasil membawa dua orang lansia untuk divaksin bisa memperoleh vaksin juga walaupun kuota untuk masyarakat awam belum terbuka. Namun, ternyata para kader ini melakukan tugas dengan ikhlas.
”Justru ketika kami tawarkan vaksin, mereka malah menolak karena fokus membantu warga lansia. Orang-orang lansia yang mereka bawa itu ketika kami tanya waktu skrining menjawab bahwa mereka bekerja sebagai pemulung. Ada juga warga lansia miskin yang hidup sendiri dan sama sekali tidak tahu apa-apa soal Covid-19,” tuturnya.
Kader-kader ini mengantar jemput warga lansia dengan sepeda motor mereka. Setelah menurunkan satu warga lansia untuk diurus oleh petugas, mereka kembali ke RT/RW masing-masing untuk menjemput warga lansia lainnya. Demikian pula ketika warga lansia itu hendak pulang seusai divaksin. Sertifikat vaksinasi kemudian dikirim ke nomor telepon kader yang bertanggung jawab atas warga lansia di wilayahnya. Satu kader bisa mengurus hingga 20 orang lansia.
Termakan hoaks
Kepala Humas Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, Ary Nurhayati mengatakan, kendala utama masih ada warga lansia yang tidak mau divaksin ialah karena termakan hoaks. Mereka memercayai berbagai kabar burung mengenai efek samping vaksin ataupun persoalan ketidakhalalan vaksin yang mereka dengar dari orang-orang di sekitar.
”Makanya, di Palmerah, untuk satu RW ada satu petugas puskesmas yang mendampingi ketika melakukan pendekatan kepada warga. Soalnya kalau ada warga lansia menolak, petugas kami yang memberikan penjelasan dari persepsi medis,” katanya. Biasanya, warga berubah pikiran dari menolak menjadi kooperatif ketika petugas puskesmas menjelaskan bahaya Covid-19 bagi kesehatan dan pentingnya vaksin untuk membangun daya tahan tubuh.
Sistem di sana juga melakukan antar jemput dari posko vaksin ke puskesmas. Di setiap RW dibuat posko vaksin. Petugas RT/RW dan kader dasawisma mengantar warga lansia ke sana dan dari posko itu dijemput oleh petugas puskesmas dengan ambulans. Meskipun demikian, tetap ada pengantaran warga lansia langsung ke puskesmas oleh kader apabila mereka memiliki kendaraan pribadi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia Tatri Lestari Handayani dalam pengumuman perkembangan penanganan Covid-19 harian menyampaikan bahwa DKI menargetkan vaksinasi bagi 911.631 orang lansia. Data per 13 April mencatat dosis vaksin pertama telah diterima oleh 537.125 penduduk lansia. Juga terdapat 196.464 warga lansia yang telah menerima dosis vaksin tahap kedua.