Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan, di awal uji coba pembelajaran tatap muka masih banyak orangtua yang meragukan keamanan PTM.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, pada awal uji coba pembelajaran tatap muka atau PTM di Jakarta memang masih banyak orangtua yang meragukan keamanan PTM. Namun, pelaksanaan uji coba PTM dengan protokol kesehatan ketat dan guru-guru yang telah divaksinasi diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan orangtua.
Ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (8/4/2021), Ahmad Riza menjelaskan, orangtua yang meragukan keamanan anaknya dari paparan virus Covid-19 itu adalah orangtua dari siswa yang jenjangnya lebih tinggi. Untuk siswa SD, siswa yang mengikuti uji coba PTM lebih banyak daripada siswa SMP dan SMA.
”Ternyata, makin tinggi jenjang sekolahnya, makin banyak orangtua yang belum memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk ikut tatap muka langsung,” katanya.
Siswa SD lebih banyak karena mereka diantar langsung oleh orangtua dan dijaga. Sementara siswa yang jenjangnya lebih tinggi sebagian besar berangkat sendiri sehingga dikhawatirkan terpapar virus di transportasi umum, seperti kereta dan bus, atau di halte dan tempat umum lainnya.
”Kurang lebih 20 sampai 30 persen yang mendapatkan persetujuan orangtua,” katanya.
Menurut Ahmad Riza, persentase itu akan meningkat seiring pelaksanaan uji coba PTM yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat. ”Ke depan, kepercayaan orangtua akan meningkat seiring proses pembelajaran selama bulan ini,” katanya.
Ia yakin, orangtua akan semakin memahami bahwa tidak semua pembelajaran dilakukan secara daring. ”Pembelajaran secara luring jauh lebih baik, apalagi untuk pelajaran tertentu yang membutuhkan diskusi, interaksi, apalagi praktik,” katanya.
Menurut Ahmad Riza, apabila ada kekhawatiran terhadap keamanan anak, itu adalah sesuatu yang wajar, tidak ada masalah luar biasa. Nantinya para orangtua akan memahami dan mengerti pentingnya uji coba PTM.
Untuk itu, Pemprov DKI melalui Dinas Pendidikan akan berupaya meningkatkan dan mengoptimalkan proses pembelajaran tatap muka terbatas ini dengan sebaik-baiknya, terutama dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Hal itu untuk menimbulkan kepercayaan publik, khususnya para orangtua.
Kepala Subbagian Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taga Radja Gah menambahkan, selain protokol kesehatan yang ketat, antisipasi lain yang dilakukan untuk menjaga keamanan siswa dari paparan Covid-19 adalah mengawasi anak-anak untuk tidak kongko seusai sekolah.
Caranya, jelas Taga, di sekolah dibuat menajemen kesiswaan. Setelah bubar kelas, siswa tidak langsung dilepas begitu saja, tetapi dipantau dalam radius 500 meter dari sekolah.
Kedua, ada grup percakapan melalui aplikasi (grup Whatsapp) wali kelas. ”Melalui grup itu bisa dipantau anak yang masuk pada saat PTM apakah sudah pulang atau belum, karena PTM selesai sebelum pukul 12, sehingga bisa dipantau oleh orangtua, dipastikan anak kembali ke rumah tepat waktu,” tutur Taga.
Melalui grup itu bisa dipantau anak yang masuk pada saat PTM apakah sudah pulang atau belum, karena PTM selesai sebelum pukul 12, sehingga bisa dipantau oleh orangtua, dipastikan anak kembali ke rumah tepat waktu.
Selain itu, Dinas Pendidikan dan Dinas Perhubungan juga mengoperasikan 50 bus sekolah. Keberadaan bus sekolah tersebut untuk mendukung kebutuhan siswa, jangan sampai naik angkutan umum yang dapat membuat mereka berinteraksi dengan masyarakat lain.
Langkah lainnya, memastikan guru dan tenaga pendidik yang mengajar selama uji coba PTM terbatas sudah divaksin. Data per 7 April 2021, sudah 99.108 guru dan tenaga pendidik yang divaksin. Adapun total guru dan pendidik di DKI Jakarta yang harus divaksin sebanyak 142.403 orang.