Baru 354 Km dari 2.600 Km Target Trotoar DKI Dibangun
Pemprov DKI Jakarta mengarahkan kebijakan pembangunan transportasi ke konsep kawasan berorientasi transit. Dengan konsep ini, trotoar berperan penting dan menjadi prioritas penataan untuk mendukung mobilitas.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
Kompas/Wawan H Prabowo
Pedagang bekas menggelar dagangannya di atas trotoar Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu (18/7/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Bina Marga DKI Jakarta memastikan, untuk menjadikan Jakarta sebagai kota modern, maka yang pertama kali diprioritaskan adalah pejalan kaki atau memperbanyak kawasan pedestrian. Namun, dari target revitalisasi trotoar 2.600 kilometer pada 2017-2022, sampai 2020 baru sepanjang 354 km trotoar yang terbangun.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugraha pada acara diskusi virtual bertajuk ”Integrasi Infrastruktur Kota dan Transportasi Berkelanjutan”, Rabu (24/3/2021), menjelaskan, target yang masih rendah terjadi karena situasi keuangan. Pada 2020, dengan adanya pandemi Covid-19 sudah membuat anggaran direalokasi. Dengan demikian, dari target penataan per tahun 60 km baru terealisasi 2 km.
Secara rinci, pada 2016 realisasi penataan trotoar sepanjang 48 km, tahun 2017 realisasi penataan 79 km. Pada 2018, panjang trotoar yang bisa ditata 132 km, tahun 2019 sepanjang 93 km; dan 2020 hanya terealisasi 2 km. Untuk tahun 2021-2022, Bina Marga merencanakan akan menata trotoar sepanjang 26 km.
Menurut Hari, untuk bisa menyelesaikan penataan trotoar, selain menggunakan anggaran dari APBD untuk dinas, Bina Marga juga menggunakan anggaran yang dialokasikan untuk suku dinas dan dari pendanaan non-APBD, utamanya dari pembayaran denda pelampauan aturan koefisien lantai bangunan (KLB).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Warga duduk di bangku yang tersedia pada jalur pedestrian di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (3/2/2021).
Adapun untuk penataan trotoar, kata Hari, seiring pembangunan Jakarta sebagai kota modern, ada sejumlah kriteria pemilihan lokasi penataan. Pertama, tentu berkaitan dengan aksesibilitas dan mobilitas pergerakan orang. Kedua, di lokasi yang merupakan integrasi antarmoda transportasi. Ketiga, terkait aktivitas kawasan. Keempat adalah ruang milik jalan di dalam perencanaan jadi sekaligus menata jalur mobilitas.
Terkait kriteria itu, pada 2021 ini ada sejumlah lokasi pembenahan trotoar yang dikerjakan. Lokasi pembenahan trotoar itu adalah di Jalan Senopati, Jalan Suryo, Jalan Wolter Monginsidi, Jalan Duri Kosambi Raya, Jalan Tebet Raya Lanjutan, Jalan Raden Saleh, kawasan Puri, Jalan Layur, dan di area sekitar Jakarta International Stadium.
Menurut Hari, penataan trotoar harus membuat masyarakat jalan kaki secara aman dan nyaman; bisa langsung ke titik-titik baik itu MRT maupun LRT; serta bisa diakses semua kalangan. Adapun perencanaan pembangunan juga menyertakan kelompok rentan, seperti warga lansia, anak-anak, ibu dengan anak penyandang disabilitas.
Nirwono Joga, peneliti pada Pusat Studi Perkotaan Universitas Trisakti, mengingatkan, terkait penataan trotoar itu berkaitan erat dengan penataan utilitas dan drainase. ”Di sini saya mengingatkan supaya penataan berkelanjutan perlu segera disusun rencana induk trotoar, drainase, juga dengan utilitas,” katanya.
Trotoar dukung mobilitas
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo dalam diskusi virtual itu menjelaskan, penataan jalur pedestrian mendukung arah kebijakan pembangunan DKI Jakarta. Kebijakan yang dimaksud adalah Pemprov DKI menetapkan kawasan berorientasi transit (transit oriented development/TOD) dari sebelumnya car oriented atau pembangunan yang berorientasi pada kendaraan pribadi sebagai arah kebijakan pembangunan transportasi.
Dengan pengembangan TOD, pejalan kaki menjadi prioritas utama seiring dengan dilakukannya perubahan penataan angkutan umum. Angkutan umum ditata untuk bisa saling terintegrasi sehingga memudahkan penumpang mengakses angkutan umum dan perlu penataan trotoar.
Menurut Syafrin, perubahan itu dilakukan dalam tiga tahun terakhir. ”Karena pejalan kaki menjadi urutan pertama untuk ditangani, Pemprov DKI Jakarta menyiapkan pedestriasi dan juga menyiapkan fasilitas pejalan kaki secara masif dalam tiga tahun terakhir ini,” katanya.
Sejumlah trotoar yang sudah ditata cukup lengkap dan lebar, seperti yang juga dipaparkan Hari Nugroho, ada di daerah Dukuh Atas di Jalan Sudirman, lalu penataan di Terowongan Kendal, hingga penataan trotoar di sepanjang Sudirman-Thamrin. Prioritas kedua yang dikerjakan adalah mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan, seperti sepeda.
Lalu prioritas ketiga adalah pembangunan angkutan umum. Secara masif, DKI Jakarta sudah membangun bus rapid transit (BRT) sejak 2004 dan saat ini ada 13 koridor dan ratusan rute nonkoridor; lalu ada MRT Jakarta sepanjang 16 kilometer; serta LRT Jakarta yang juga masih sepotong, 5,9 kilometer. Namun, semua angkutan umum itu saling diintegrasikan dengan angkutan jalan juga dengan kereta komuter.