Tahun Ini Ramadhan dan Lebaran Bakal Masih dalam Nuansa Virtual
Kegiatan dan aktivitas khas selama Ramadhan seperti silaturahmi hingga buka puasa bersama akan berpindah ke ruang daring. Warga menjalani aktivitas khas Ramadhan secara virtual demi mengantisipasi penularan Covid-19.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bulan Ramadhan sebentar lagi datang. Namun, pandemi Covid-19 yang belum teratasi membuat sebagian warga berencana masih membatasi aktivitas dan pertemuan tatap muka secara langsung. Seperti tahun lalu, Ramadhan dan mungkin juga Lebaran tahun ini tetap akan dijalani dengan nuansa yang masih virtual.
Kegiatan dan aktivitas khas selama Ramadhan seperti silaturahmi hingga buka puasa bersama akan berpindah ke ruang daring. Warga menjalani banyak aktivitas khas Ramadhan secara virtual demi mengantisipasi penularan Covid-19.
Silaturahmi antarkerabat dan teman bakal dilakukan lewat panggilan video, sementara berkirim bingkisan pun terpaksa tak dilakukan langsung tetapi menggunakan dengan jasa ojek daring.
Meski belum ada larangan tegas dari pemerintah bagi warga di kota-kota besar untuk mudik saat Lebaran nanti, sebagian dari mereka memutuskan untuk tetap tak pulang kampung dulu.
Salah satunya, Ritma (20), mahasiswa dan karyawan swasta di Jakarta ini tidak akan pulang kampung ke rumah keluarga besarnya di Solo, Jawa Tengah. Pengurus rukun tetangga (RT) di kampung halamannya tidak mengizinkan tamu dari Jabodetabek berkunjung. Selain itu, ia pun khawatir keluarganya terpapar virus SARS-CoV-2 jika ia bersikeras pulang kampung.
”Tahun lalu pun saya tidak pulang kampung. Di rumah saja dengan keluarga. Itu pertama kalinya saya tidak merayakan Lebaran dengan keluarga besar,” kata Ritma di Jakarta, Rabu (24/3/2021).
Pada 2020, ia dan keluarga besar merayakan Idul Fitri melalui konferensi video. Ritual saling meminta maaf dilakukan di depan layar gawai. Setelahnya, mereka menyantap hidangan Idul Fitri bersama-sama sambil mengobrol secara daring.
Kegiatan tersebut bakal dilakukan lagi tahun ini. Agar perayaan Idul Fitri tetap semarak, Ritma berencana tetap berpakaian rapi seperti Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Ia juga mengirim bingkisan berisi makanan ringan kepada teman-temannya.
”Tahun lalu saya mengirim bingkisan lewat kurir. Saya belum tahu tahun ini akan bagaimana. Kemungkinan bisa bertemu teman-teman karena ada beberapa pelonggaran kebijakan (untuk bertemu di ruang publik),” kata Ritma.
Mahasiswa di Jakarta Novi (22) juga berencana menjalani Ramadhan secara terbatas. Kebiasaan buka puasa bersama teman-teman ditiadakan sejak tahun lalu. Sebagai gantinya, ia berbuka puasa hanya dengan keluarga di rumah.
Idul Fitri juga akan dirayakan secara terbatas. Ia berencana memasak hidangan Idul Fitri di rumah kemudian mengirimkannya kepada keluarga yang juga tinggal di Jakarta dengan jasa ojek daring. Ia juga akan mengirimkan bingkisan kepada teman-teman yang dipesan dari toko daring.
”Paling kami akan silaturahmi lewat Zoom atau Google Meet. Dibawa asyik saja karena kami tidak punya pilihan. Yang penting bisa saling melepas kangen,” tutur Novi.
Tahun lalu pun, saya tidak pulang kampung. Di rumah saja dengan keluarga. Itu pertama kalinya saya tidak merayakan Lebaran dengan keluarga besar.
Mahasiswa Shinta (22) pun akan bersilaturahmi dengan teman-teman via konferensi video. Di sisi lain, ia berencana mudik ke Tegal, Jawa Tengah.
”Kami sekeluarga akan mudik dengan mobil pribadi. Rasanya itu lebih aman dibandingkan naik transportasi umum,” katanya.
Masih khawatir
Menurut laporan NeuroSensum Annual Ramadhan Spending Tracker 2021, sebanyak 62 persen orang masih khawatir dengan pandemi Covid-19. Ini berdasarkan survei terhadap 500 responden di lima kota besar Indonesia pada Februari 2021.
Sebanyak 63 persen responden menahan diri melakukan kegiatan khas Ramadhan, seperti jalan-jalan sore menjelang buka puasa, sahur di jalan, silaturahmi tatap muka, ziarah, hingga umrah. Kendati demikian, publik dinilai mulai bisa menyeimbangkan upaya pencegahan Covid-19 dengan pelaksanaan Ramadhan yang sederhana.
Paling kami akan silaturahmi lewat Zoom atau Google Meet. Dibawa asyik saja karena kami tidak punya pilihan. Yang penting bisa saling melepas kangen.
”Masyarakat masih menahan perayaan Ramadhan. Ada perubahan perilaku yang signifikan dalam melaksanakan tradisi, ritual, ibadah, dan belanja dibandingkan tahun lalu. Tahun ini, masyarakat sudah lebih bisa memahami yang bisa dan tidak bisa dilakukan saat Ramadhan,” kata CEO NeuroSensum & SurveySensum Rajiv Lamba pada keterangan tertulis.
Adapun Twitter menilai masyarakat di Indonesia siap menjalani Ramadhan secara daring di 2021. Twitter mencatat bahwa pengguna akan lebih banyak menggunakan media sosial untuk terhubung dengan lingkungan sosial saat Ramadhan (88 persen). Pengguna pun bakal menggunakan aplikasi videostreaming untuk mengisi waktu menjelang buka puasa (77 persen).
TikTok juga memprediksi interaksi pengguna di platformnya meningkat saat Ramadhan. Sebelumnya pada Ramadhan 2020, interaksi pengguna meningkat 29 persen dibandingkan masa sebelum Ramadhan. Ini karena pandemi memaksa orang tinggal di rumah. Publik pun punya banyak waktu memegang gawai dan mengonsumsi konten di platform daring.