Dimulai, Pembangunan Kembali Puluhan Rumah yang Diterjang Banjir Citarum Hilir
Tanggul kritis di Citarum hilir Kabupaten Bekasi mencapai 55 titik. Proses lelang untuk perbaikan direncanakan dimulai pada akhir 2021.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pemerintah mulai membangun kembali 55 rumah warga yang hilang dan rusak diterjang banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Citarum di Pebayuran, Kabupaten Bekasi. Pendataan tanggul kritis di Citarum hilir juga telah rampung dengan jumlah lokasi tanggul kritis mencapai 55 titik.
Camat Pebayuran Hanief Zulkifli mengatakan, pembangunan kembali 55 rumah warga yang hilang dan rusak di Kampung Babakan Banten, Desa Sumberurip, Pebayuran, dilakukan Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pemerintah kabupaten membangun 45 rumah dan pemerintah provinsi membangun 10 rumah.
”Sekarang sudah mulai dibangun, sudah berjalan. Tetapi, pembangunannya bertahap karena tukang terbatas. Kami memberdayakan warga sekitar,” kata Hanief saat dihubungi dari Bekasi, Kamis (18/3/2021).
Pemerintah menargetkan pengerjaan pembangunan kembali 55 rumah warga yang rusak itu rampung sebelum Hari Raya Idul Fitri 2021. Tujuannya agar warga yang masih berada di pengungsian dapat merayakan Lebaran di rumah masing-masing.
Kami berharap pada 2021 bisa diperbaiki oleh BBWS Citarum. Tujuannya supaya jangan sampai terulang lagi seperti kemarin.
Rumah warga yang dibangun kembali itu merupakan rumah permanen dengan ukuran setiap unit 6 meter x 6 meter. Rumah tersebut dilengkapi dengan dua kamar tidur.
”Namun, yang jadi kendala adalah pembangunan kembali rumah warga di pinggir tanggul. Di situ ada sembilan rumah, tetapi kendalanya tanggul itu sudah diperbaiki, tetapi turun lagi. Jadi, masyarakat berharap perbaikannya segera permanen,” katanya.
Seperti diketahui, 55 rumah warga di Kampung Babakan Banten tersebut rusak dan hilang diterjang banjir akibat jebolnya tanggul Citarum pada 20 Februari 2021 sekitar pukul 23.00. Musibah itu berdampak pada seluruh warga Desa Sumberurip yang berjumlah 6.500 keluarga (Kompas, 23/2/2021).
Hanief menambahkan, pihak Kecamatan Pebayuran juga sudah bersurat ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum untuk memperbaiki sejumlah tanggul kritis di wilayah Pebayuran. Dari hasil identifikasi pihak kecamatan, jumlah tanggul kritis di Pebayuran sekitar 37 titik. Puluhan tanggul kritis itu tersebar di delapan desa, yakni di Desa Sumberurip, Bantarjaya, Karangharja, Sumberreja, Sumbersari, Karanghaur, Kertasari, dan Kertajaya.
”Kami berharap pada 2021 bisa diperbaiki oleh BBWS Citarum. Tujuannya supaya jangan sampai terulang lagi seperti kemarin,” katanya.
55 tanggul kritis
Kepala BBWS Citarum Anang Muchlis, saat dihubungi secara terpisah, mengatakan, pihaknya sudah selesai mengidentifikasi tanggul-tanggul kritis di Citarum hilir, wilayah Kabupaten Bekasi. Proses identifikasi mendetail, mulai dari Kedung Gede atau dari titik pertemuan Sungai Cibeet dan Sungai Citarum sampai dengan Muara Gembong.
”Pemeriksaan tanggul yang kami lakukan sepanjang sekitar 93 kilometer. Hasilnya, ada 55 titik tanggul yang kritis. Sudah selesai dan ini akan kami tindaklanjuti,” kata Anang.
Ia menambahkan, BBWS Citarum masih memiliki desain lama pembangunan tanggul Citarum hilir. Desain itu akan dikaji lagi dan menjadi salah satu rujukan untuk membangun kembali tanggul kritis. Namun, jika desain lama tidak lagi sesuai, BBWS Citarum akan membuat desain baru.
”Kami melibatkan Direktorat Bina Teknik (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat). Kami bersama-sama mencari desain yang tepat dan ini dilakukan dengan hati-hati,” ucapnya.
Upaya memperbaiki tanggul-tanggul kritis di Citarum hilir dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi kegagalan konstruksi lantaran permukaan tanah di Citarum hilir labil dan jelek. Salah satunya seperti yang terdapat di Kampung Babakan Banten.
Di tempat itu, perbaikan tanggul darurat yang sudah selesai dikerjakan, dua kali mengalami longsor atau turun akibat kondisi permukaan tanah yang labil dan jelek. Perbaikan permanen 55 titik tanggul kritis tersebut direncanakan mulai dilelang pada akhir 2021.
Adapun terkait tanggul yang kembali longsor di Kampung Babakan Banten, kata Anang, dibutuhkan kerja sama dengan warga pemilik lahan di sekitar lokasi tanggul jebol. Ini karena proses perbaikan tanggul yang jebol itu membutuhkan ruang atau lahan.
”Kami kesulitan karena kalau mau menimbun sedikit keluar atau menjauh dari sungai, di situ ada tanah masyarakat dan kalau masyarakat tidak bersedia, repot juga kami. Kami harap masyarakat mengerti dan bersedia meminjamkan lahannya untuk memperbaiki tanggul yang ambles itu,” tuturnya.