Trase Fase 2B MRT Ditetapkan, Konstruksi Dimulai Pada 2023
PT MRT Jakarta memastikan fase 2B dikerjakan tahun depan. Kementerian Perhubungan sudah menerbitkan penetapan trase dan Pemprov DKI menerbitkan penetapan lokasi. Proses itu diikuti pembahasan pinjaman pendanaan proyek.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - PT MRT Jakarta memastikan, pembangunan MRT Jakarta fase 2B akan dimulai pada tahun 2023. PT MRT sudah mendapatkan penetapan trase fase 2B dari Kementrian Perhubungan dan juga penetapan lokasi fase 2B dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P. Sabandar, dalam forum jurnalis MRT Jakarta yang digelar virtual, Rabu (17/03/2021) menjelaskan, penetapan trase fase 2B diterbitkan oleh Kementrian Perhubungan pada 22 Januari 2021. Penetapan trase itu merujuk kepada Surat Gubernur DKI Jakarta No.24/-1/811 tanggal 1 Juli 2020 dan surat Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta No.858/-1.811.3 tanggal 25 November 2020 tentang permohonan persetujuan trase MRT Jakarta fase II Koridor 2B Kota-Ancol Barat.
Adapun penetapan lokasi fase 2B dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta 1 Februari 2021, yaitu melalui Keputusan Gubernur No.92 Tahun 2021 tentang penetapan lokasi untuk pembangunan jalur MRT koridor Kota-Ancol Barat. Untuk bisa melanjutkan pembangunan fase 2, kedua surat tersebut amat diperlukan. Utamanya setelah terjadi perubahan rute fase 2.
Seperti diketahui, untuk fase 2 koridor utara-selatan pada awalnya dirancang terbentang dari Bundaran Hotel Indonesia (BHI) menuju Stasiun Kampung Bandan sejauh 8,3 km, dengan depo MRT di kawasan Stasiun Kampung Bandan. Dalam perkembangan, lahan di kawasan Stasiun Kampung Bandan tidak bisa dipergunakan sebagai depo MRT karena masih dikerjasamakan dengan pihak ketiga, sehingga MRT Jakarta mesti mengubah rute dan mencari lahan pengganti untuk depo.
Hingga menjelang operasi komersil MRT Jakarta pada 24 Maret 2019, muncul kesepakatan untuk mengalihkan dan menambah rute fase 2. Yang semula terbentang dari BHI ke Kampung Bandan, berubah menjadi BHI-Kota sejauh kurang lebih 6 km sebagai fase 2a dan Kota-Ancol Barat sebagai fase 2b sepanjang 6 km. Depo MRT juga diputuskan berada di Ancol Barat.
Lahan seluas 19,5 ha di Ancol Barat itu masih perlu dibebaskan karena HGB masih dimiliki PT Asahi Mas. "Sekarang ini proses pembebasan lahan sedang berlangsung," kata William.
Dari catatan Kompas pada Desember 2019, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan, dengan adanya keputusan perubahan trase, maka studi kelayakan atau feasibility study (FS) atas rute perpanjangan dari Kota ke Ancol Barat dilakukan dan sudah selesai. Adapun pelaksanaan FS di rute perpanjangan itu dilakukan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA).
Dari penetapan trase dan penetapan lokasi itu, nantinya di rute perpanjangan 2B akan ada tiga stasiun tambahan dan satu depo. Depo kereta ini direncanakan akan mampu menampung 31 train set atau 31 rangkaian kereta. Meski, untuk saat ini bersamaan dengan pekerjaan fase 2A, rangkaian kereta yang akan dipesan MRT Jakarta adalah sebanyak 14 rangkaian kereta.
"Depo dengan kapasitas tampung 31 rangkaian kereta dibangun, untuk mengantisipasi perkembangan ke depan," kata William.
William melanjutkan, dengan kedua surat yang sudah terbit itu, MRT Jakarta tengah berkonsultasi teknis kepada JICA dibantu Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, yaitu untuk kedatangan tim misi pencari fakta dan misi penilaian dari Pemerintah Jepang. Itu karena untuk pembangunan fase 2B ini MRT Jakarta kembali mengandalkan dana pinjaman JICA.
"Harapannya tim dari Jepang bisa datang di Juni 2021, kemudian kita berharap komitmen pendanaan setelah diketahui pendanaannya, perjanjian kesepakatan pinjaman (loan agreement) bisa ditandatangani di November 2021," jelas William.
Apabila kedua hal itu sesuai jadwal, kata William, maka selanjutnya MRT bisa menyelesaikan perancangan atau desain dari rute 2B. Sedangkan proses konstruksi mulai di 2023 dan ditargetkan tuntas pada 2029.
Adapun dari penetapan trase yang diterbitkan Kemenhub, PT MRT Jakarta nantinya mesti memastikan hak atas tanah di lokasi depo serta rencana jalur bawah tanah pada kedalaman tertentu. Selain itu, PT MRT Jakarta juga mesti memastikan adanya integrasi MRT dengan moda angkutan lain dan penyesuaian dengan Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ).
65.000 penumpang per hari
Proses vaksinasi Covid-19 di tengah pandemi diyakini berdampak baik bagi usaha angkutan umum, termasuk MRT. Saat ini, sebagian masyarakat Ibu Kota sudah kembali tertarik untuk menggunakan MRT Jakarta sebagai sarana mobilitas.
Melihat grafik penumpang MRT, pada saat pandemi 2020, dari yang semula 88.444 penumpang per hari di Februari 2020 turun menjadi 1.405 penumpang per hari di Mei 2020. Memasuki 2021, dengan adanya proses vaksinasi, penumpang MRT Jakarta kembali menggeliat.
William menjelaskan, bila di Januari 2021 penumpang per hari 13.694 orang, lalu meningkat menjadi 16.812 orang per hari di Februari 2021. "Di Maret ini rata-rata sudah 20.728 orang per hari," katanya.
Menurut Willam, angka penumpang di Maret 2021 itu merupakan angka ridership yang pertama kali yang cukup signifikan. Itu membuat MRT Jakarta optimistis menentukan capaian target penumpang per hari sampai dengan akhir 2021 adalah 65.000 penumpang per hari.
Tentu saja, untuk bisa mencapai target penumpang sebanyak itu, MRT Jakarta melakukan sejumlah upaya. Salah satunya, melakukan integrasi dengan moda angkutan umum lainnya.