Warga terusik dengan banjir di sekitar bantaran Kali Ciliwung yang pasang surut beberapa hari terakhir. Lokasi pengungsian pun dipadati warga yang berharap bencana rutin itu segera reda.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Malam kian larut saat notifikasi pesan Whatsapp dari sebuah ponsel berkedip. Wahyu Sudrajat (32) menerima pesan dari grup informasi Bendung Katulampa, yang menyampaikan informasi kenaikan muka air di Sungai Ciliwung, Senin (8/2/2021) pukul 20.00.
Warga Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, ini mendapat informasi aliran air dari daerah Depok telah mencapai 200 sentimeter (cm). Hal itu menandakan genangan banjir di lingkungannya akan naik lagi beberapa jam mendatang.
Belum surut genangan di sekitar rumahnya, Wahyu bersama warga sekitar bantaran Sungai Ciliwung mesti bersiap dengan kondisi kenaikan genangan lagi. Warga sekitar RW 008 Kampung Melayu malam itu sudah mengungsi ke lantai dua masjid terdekat saat tinggi genangan mencapai sekitar 60 cm.
Menjelang pukul 21.00, genangan naik lagi hingga sekitar 80 cm. Wahyu bersama yang lain mengamankan diri karena arus makin deras di sekitar masjid. ”Genangan kiriman dari kali Ciliwung semakin tinggi, ditambah ada arus yang lumayan deras karena ini daerah rendah. Semuanya lebih baik cari aman dulu,” katanya kepada warga pengungsi, Senin malam.
Kerumitan terjadi sepanjang malam di sekitar lokasi pengungsian. Bencana awal tahun ini kembali mengusik ketenangan warga selama beberapa malam terakhir, terutama karena genangan masih pasang surut di sekitar kawasan Sungai Ciliwung.
Sejak Minggu (7/2) dini hari, terjadi pasang surut luapan air di sekitar bantaran kali. Warga RW 008 Kampung Melayu mengatakan, genangan naik hingga 100 cm di sekitar lingkungan mereka. Permukaan air sempat surut pada Minggu malam, tetapi naik lagi pada Senin dini hari.
Saat genangan meninggi dan kembali hujan, sebagian warga justru memaksakan diri kembali ke rumah. Mereka berupaya menyelamatkan barang berharga, terutama berkas penting yang sulit diurus apabila raib saat air merambat naik.
Yuniarti Handayani (31) dan suami malam itu masih berusaha kembali ke rumah ketika genangan sedang parah. Padahal, rumahnya yang berjarak tujuh meter dari Sungai Ciliwung hampir terendam luapan sungai. Suaminya menyelam ke dalam genangan untuk mengambil kembali barang berharga.
”Saya mau ambil surat nikah yang tertinggal. Saya yakin berkas itu belum basah karena ada di atas plafon. Kalau sempat, kami bawa barang yang masih bisa dibawa juga ke sini,” ucap warga RT 010 RW 008 Kampung Melayu itu.
Enggan mengungsi
Sebagian warga tetap berada di rumah mereka meski dalam kondisi mati listrik dan minim penerangan. Andri Lesmana (35) bertahan di lantai dua rumah bersama istri, ibu, serta tiga anak. Kondisi di rumah dianggap lebih kondusif daripada lokasi pengungsian.
Andri bersama warga yang tetap di rumah meyakini air akan surut meski butuh waktu agak lama. ”Saya sudah bertahun-tahun tinggal di sini. Sudah pengalaman. Kalau banjir sekitar 80 cm ini, enggak terlalu parah dibandingkan tahun 2018,” ujarnya.
Lurah Kampung Melayu Setiawan memperkirakan ada sekitar 5.000 warga yang terdampak di lingkungan gabungan RW 004, RW 005, RW 007, RW 008, dan RW 010. Dari perkiraan itu, baru ada 618 warga yang dievakuasi ke posko pengungsian pada Selasa pagi.
Sebagian besar warga bertahan di rumah mereka untuk berbagai alasan. ”Ada yang menyelamatkan barang, ada yang merasa kurang nyaman di posko, tetapi kami sudah sediakan tempat dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19,” tutur Setiawan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta hingga Senin pukul 12.00, total terdapat 42 RW dan 150 RT yang terdampak banjir di Ibu Kota. Daerah itu tersebar di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Dari total wilayah RT di DKI yang sebanyak 30.470 rukun tetangga, area yang terdampak banjir seluas 0,492 persen.
”Tingginya curah hujan di hulu menyebabkan luapan Kali Sunter dan Kali Ciliwung. Jadi, warga yang tinggal di sekitar kali terdampak luapan tersebut,” ucap Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD DKI Sabdo Kurnianto melalui siaran pers.
Sabdo menyebutkan, di Jakarta Timur, banjir dengan ketinggian air 40-275 cm berdampak pada 112 RT dari 25 RW. Jumlah pengungsi 725 jiwa dari 193 keluarga. Sebanyak 14 lokasi pengungsian sudah dipakai.
Berbagai kondisi tersebut menyulitkan warga, termasuk dalam menjalankan protokol kesehatan Covid-19. Hampir seluruh warga di pengungsian tidak menjaga jarak dan mengenakan masker. Di sebagian lokasi rumah dan masjid yang dipakai pengungsian, tidak ada air bersih untuk cuci tangan, apalagi untuk mandi.
”Cari masker dan air bersih saja susah karena sebagian warga mengungsi di masjid yang jauh dari kelurahan. Yang penting selamat saja dulu,” ujar Wahyu.
Dengan kondisi genangan kian surut pada Selasa siang, warga berharap intensitas hujan berkurang sehingga banjir tidak semakin parah. Mereka dengan cemas berharap semoga hari ini tidak hujan deras.