Hujan deras membuat petugas pelangi di Jakarta ikut turun tangan demi mengurangi dampak banjir di permukiman warga ataupun di ruas jalan.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan dan banjir memaksa pasukan pelangi bekerja lebih keras. Mereka membantu evakuasi warga Jakarta hingga mengamankan barang berharga korban dari air yang masuk ke permukiman. Tak kurang, pasukan pelangi ini mesti membersihkan infrastruktur agar air yang menggenangi jalan dan permukiman bisa segera surut.
Sebutan pasukan pelangi merujuk pada seragam warna-warni yang dikenakan oleh petugas penyedia jasa lainnya perorangan (PJLP) di DKI Jakarta. Sebut saja pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) yang berseragam oranye, petugas Suku Dinas Sumber Daya Air (biru), atau petugas Dinas Bina Marga (kuning). Seiring dengan banjir yang melanda sejumlah kawasan di Jakarta, Senin (8/2/2021), mereka juga berjibaku mengatasi dampak banjir.
Hanafi (61), petugas PPSU Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan, sejak Senin pukul 06.00, membantu evakuasi warga yang terdampak banjir di Kelurahan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan.
Area permukiman warga yang terdampak banjir ini sebenarnya bukan menjadi tugas utama Hanafi. Akan tetapi, banjir berkata lain. Pria yang setiap hari bertugas membersihkan ruas Jalan Dr Saharjo ini ikut pula menolong warga yang sempat terjebak di atap rumah. ”Karena di sini banjir, saya diperintahkan geser dari Saharjo menuju kemari tadi pagi,” katanya saat ditemui.
Berbekal mantel oranye dan sepatu bot, dia memberanikan diri masuk ke rumah-rumah warga yang tergenang. Hingga pukul 10.00, banjir masih menggenangi rumah warga yang berada di bantaran Sungai Ciliwung. Tinggi air mencapai sekitar 1,5 meter. ”Tadi pagi belum setinggi ini. Karena masih hujan, jadi air naik terus,” ungkap Hanafi yang bekerja di tengah guyuran hujan itu.
Selain membantu menyelamatkan warga, Hanafi juga menolong warga menyelamatkan barang-barang berharga mereka. Barang tersebut dipindahkan ke lantai dua atau ke rumah-rumah tetangga yang aman dari banjir. Dokumen, kasur, lemari, televisi, dan kulkas ikut diselamatkan Hanafi.
”Barangnya, kan, berat jadi perlu banyak orang yang bantuin. Yang penting, sih, sebenarnya dokumen-dokumen itu,” ujarnya.
Hingga Senin siang, warga yang terdampak banjir mengungsi di rumah-rumah tetangga. Beberapa warga juga mengungsi di Mes Manggarai milik PT Kereta Api Indonesia, yang terdapat di Jalan Manggarai Utara II.
Pelaksana Tugas Wali Kota Jakarta Selatan Isnawa Adji mengatakan, banjir di bantaran Sungai Ciliwung, Manggarai, adalah dampak dari tingginya debit air di Bendung Katulampa, Kota Bogor. Ketinggian air di kawasan tersebut mencapai 1,5 meter.
Pihaknya menyiapkan lokasi-lokasi pengungsian, logistik, toilet, dapur umum, dan air bersih. Di masa pandemi Covid-19, petugas gabungan terus mengawasi penerapan protokol kesehatan di lokasi-lokasi pengungsian tersebut. ”Kami ingatkan ke warga, ada lokasi-lokasi pengungsian yang disiapkan, ada petugas kesehatan juga yang disiapkan. Kami berharap banjir segera surut dan warga bisa kembali ke rumah. Kami akan semprot cairan karbol agar kawasan yang tergenang tidak menyebabkan masalah kesehatan,” katanya.
Isnawa juga melibatkan petugas kesehatan kecamatan untuk memantau para pengungsi berkaitan dengan pencegahan Covid-19. ”Saya ingatkan, misal ada orang dengan gejala Covid-19 di antara pengungsi agar segera dilakukan pelacakan dan disiapkan langkah antisipatif selanjutnya,” katanya.
Hari (36), petugas Suku Dinas Sumber Daya Air Kecamatan Matraman, sejak pukul 08.00, mengecek ketinggian banjir yang merendam rumah warga di RT 012 RW 004 Kelurahan Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur. Beberapa rumah warga banjir setinggi lebih kurang 1 meter.
”Saya dan sembilan orang lain menggantikan teman yang sif malam. Banjir sudah terjadi sejak pukul 02.00,” katanya.
Sama halnya dengan Hanafi, Hari juga membantu proses evakuasi warga sembari mengecek kemungkinan munculnya korban jiwa. Meski banjir di kawasan ini terjadi hampir setiap tahun, menurut dia, kepanikan warga masih terasa. Terlebih saat seekor biawak sepanjang 1 meter sempat masuk ke dalam salah satu rumah.
Dengan tangan kosong, Hari dan tim membantu warga menangkap biawak tersebut. ”Kami enggak pernah dibekali cara menangkap hewan-hewan kayak biawak atau ular. Namun, warga minta tolong, mau gimana lagi,” ujarnya.
Genangan di jalan layang
Tiga hari ini, Doyo (55), Ketua Satuan Tugas (Satgas) Dinas Bina Marga DKI Jakarta, juga disibukkan dengan penanganan banjir di Jakarta. Saban hari, dia berkeliling mengecek drainase di jalan layang yang kerap memicu genangan air di ruas-ruas jalan.
Senin siang, Doyo bersama tim terlihat membersihkan saluran air di jalan layang Stasiun Karet, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Mampetnya saluran pembuangan air di wilayah tersebut, menurut Doyo, turut memicu genangan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak yang berjarak sekitar 20 meter dari jalan layang tersebut.
”Kalau saluran di jalan layang mampet, jadi luber ke mana-mana. TPU Karet Bivak kemarin (Minggu), kan, sempat terendam,” katanya.
Saat dicek, saluran air di jalan layang Karet Tengsin tertutup oleh kotoran dan lumpur. Saking penuhnya, lumpur bahkan menutupi lubang pembuangan yang ada di permukaan jalan. Padahal, lubang tersebut memiliki kedalaman sekitar setengah meter.
”Seharusnya air dari jalan layang punya saluran sendiri, tidak terbuang ke jalan arteri. Saluran ini, kalau lancar, airnya langsung mengalir lewat pipa menuju ke Kali Ciliwung,” katanya.
Kami enggak pernah dibekali cara menangkap hewan-hewan kayak biawak atau ular. Namun, warga minta tolong, mau gimana lagi.
Dua hari yang lalu, Doyo dan tim juga cukup kewalahan menangani penyumbatan saluran air di Jalan Layang Pesing, Cengkareng, Jakarta Barat. Sabtu (6/2) pukul 02.00, dia dan tim membersihkan saluran tersebut di bawah guyuran hujan dan banjir.
”Dua hari kami bersihkan karena panjang. Kami harus gerak malam-malam pas jalanan sepi. Kami harus cepat karena air terbuang terus ke bawah,” tuturnya.
Sofyan (65), PJLP dari Suku Dinas Kehutanan DKI Jakarta, tidak disibukkan dengan banjir. Namun, selama musim hujan ini, dia sibuk membersihkan ranting-ranting pohon di Taman Danau Damplas, Pejompongan, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
”Bulan ini sudah ada 10 pohon yang saya pangkas-pangkas. Kalau buat penopingan yang bagian atas, ada tim khusus,” ujarnya.