Pencarian Perekam Suara SJ-182 Digencarkan di Sekitar Reruntuhan Puing
Perekam suara kokpit Sriwijaya Air hingga Minggu (17/1/2021) belum ditemukan.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
TELUK JAKARTA, KOMPAS — Hingga Minggu (17/1/2021) pagi, memori perekam suara kokpit pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, belum ditemukan. Perekam suara itu diduga masih tertimbun reruntuhan badan pesawat di dasar laut.
Pada Sabtu (16/1/2021) malam, Kapal Riset Baruna Jaya IV, yang hampir sepekan terakhir memindai lokasi jatuhnya pesawat di Teluk Jakarta, kembali menurunkan robot bawah laut atau ROV untuk menyisir bagian barat dan utara dari posisi ditemukannya rekaman data penerbangan atau FDR SJ-182. Pencarian memori CVR yang sudah terlepas dari cangkangnya itu kian tak mudah.
”Dengan underwater location beacon yang sudah terlepas dari tubuh CVR, ini seperti mencari jarum emas dalam jerami. Ini karena memang CVR itu bagian yang sangat penting untuk memverifikasi antara rekaman suara di kokpit dan juga data FDR itu sendiri,” kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Djoko Nugroho, Sabtu malam.
Berdasarkan informasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), posisi CVR kemungkinan masih berada di dalam reruntuhan pesawat. Situasi ini menjadi kendala utama menemukan CVR. Namun, Baruna Jaya tetap berupaya maksimal untuk mencari benda tersebut.
Baruna Jaya IV, kata Djoko, tiga hari terakhir sudah menyisir sejumlah lokasi tak jauh dari tempat ditemukannya FDR SJ-182. Kapal Baruna Jaya IV memulai pencarian dari titik FDR ditemukan, kemudian bergeser ke arah timur, selatan, tenggara, dan barat.
”Kemarin (15 Januari) sampai subuh kami sudah berupaya mencari di lokasi yang sudah ditentukan KNKT di bagian barat dari FDR, yaitu di lokasi estimasi satu, estimasi dua, dan estimasi tiga. Namun, di estimasi satu, kami dengan ROV tidak menemukan kepingan besar,” ucapnya.
ROV kemudian dikerahkan untuk menyisir di wilayah estimasi dua dan berhasil menemukan beberapa puing pesawat. Adapun temuan tumpukan puing pecahan pesawat dengan ukuran cukup besar ada di estimasi tiga.
Sebelumnya, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, CVR penting sebagai salah satu sumber dalam menginvestigasi kecelakaan pesawat. Sebab, CVR merekam suara-suara di dalam kokpit yang tidak ada di Airnav Indonesia atau Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia. Komunikasi pilot dengan pengatur lalu lintas udara itu juga menjadi informasi yang diinvestigasi.
Ketika ditanya apakah penyebab kecelakaan dapat diungkap seandainya CVR tidak ditemukan, sementara FDR sudah ditemukan, Soerjanto mengatakan, pihaknya kadang-kadang menggunakan berbagai macam cara.
Dia mencontohkan, petugas KNKT akan mendengarkan berkali-kali percakapan antara pilot dan petugas di menara. ”Ketika, misalnya, di belakang suara pilot yang menjawab itu ada suara ’ting’ atau apa, kami punya contoh suara (untuk mengenali itu suara apa). Dari pabrikan, kami dikasih contoh suara,” kata Soerjanto (Kompas, 5/1/2021).