Lapor Covid-19 menerima keluhan warga yang sulit mencari tempat isolasi terpusat dan rumah sakit. Sejumlah pasien Covid-19 juga dilaporkan meninggal setelah tidak mendapat pertolongan medis karena rumah sakit penuh.
Oleh
Aguido Adri
·4 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, Kota Depok dan Karawang berstatus siaga satu karena sudah satu bulan terakhir masuk zona merah. Penanganan Covid-19 di dua daerah itu akan dimaksimalkan dengan melibatkan Kepolisian Daerah Jabar, Polda Metro Jaya, Kodam III/Siliwangi, dan Kodam Jaya.
”Kami akan optimalkan penanganan di Karawang dan Depok. Sebab, keterisian ruang isolasinya (pasien Covid-19) juga sudah darurat. Dari awal Desember sampai awal Januari, Depok masih zona merah dan Karawang masih zona merah,” kata Kamil, Selasa (5/1/2021).
Sejak 2 Desember, Kamil menyatakan, okupansi ruang isolasi Covid-19 di Kota Depok sudah sekitar 80 persen. Dalam empat pekan ini, Depok juga belum lepas dari status zona merah atau paparan tinggi Covid-19. Tingginya angka kasus positif mengakibatkan ketersedian ruang perawat pasien Covid-19 di rumah sakit semakin penuh.
Sekarang makin mencekam. Artinya, meningkat terus persentase keterisian tempat tidur isolasi, mendekati 90 persen. (Novarita)
Berdasarkan data terbaru, jumlah kasus aktif di Depok mencapai 3.623 pasien, yang terkonfirmasi mencapai 18.514 pasien dan 441 orang meninggal. Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita mengatakan, tingginya jumlah kasus aktif membuat rumah sakit rujukan pasien Covid-19 mendekati 90 persen.
”Sekarang makin mencekam. Artinya, meningkat terus persentase keterisian tempat tidur isolasi, mendekati 90 persen,” kata Novarita, kemarin.
Novarita menuturkan, saat ini pihaknya sedang fokus untuk menambah ruang isolasi di rumah sakit rujukan dan di Wisma Makara Universitas Indonesia. Selain itu, Pemkot Depok juga sedang menyiapkan Wisma Pusat Studi Jepang Universitas Indoensia.
Sulit mencari RS
Tim Bantu Warga Lapor Covid-19 terus mendapatkan laporan warga yang mengeluhkan betapa sulitnya mencari tempat isolasi terpusat dan mencari rumah sakit, salah satunya rumah sakit di Kota Depok. Bahkan, Lapor Covid-19 menerima laporan ada yang meninggal di taksi daring setelah ditolak di 10 rumah sakit di Depok. Alasannya, rumah sakit sudah penuh. Laporan peristiwa tersebut terjadi pada 20 Desember 2020.
Dokter Tri Maharini dari Lapor Covid mengatakan, kejadian pasien meninggal tidak hanya di Kota Depok, tetapi juga di wilayah Jabodetabek.
”Kami mendapat laporan pasien yang meninggal di perjalanan dengan ambulans. Saya mendapatkan laporan enam pasien meninggal di IGD karena tidak mendapatkan ICU (intensive care unit) dan sudah penuh di seluruh Jabodetabek,” kata Tri.
Dalam webinar (Menghindari) Robohnya Layanan Kesehatan Kita, Tri menuturkan, pada Sabtu (2/1/2021), seorang warga Tangerang masih belum mendapatkan ruang rawat di rumah sakit. Warga itu pun harus menjalani isolasi mandiri bersama anggota keluarga lainnya. Meski kondisinya membaik, ia masih merasakan sesak napas.
Selanjutnya, pada Minggu (3/1/2021), Lapor Covid-19 mendapat laporan dari salah satu warga Jakarta yang mencari rumah sakit dengan menggunakan data ketersediaan RS di laman EIS Dinkes Jakarta. Dari laman itu menyatakan, rumah sakit masih terdapat ruang ICU. Namun, setelah menghubungi rumah sakit terkait, salah satu pelapor harus menunggu 15 antrean.
Pada hari yang sama, seorang warga Jakarta Barat sulit mendapatkan rumah sakit. Meski sudah menghubungi nomor 119, pelapor harus menunggu hingga Senin (4/1/2021). Namun, hingga Senin, rumah sakit di Jakarta masih penuh. Warga tersebut sebelumnya diimbau untuk pergi ke puskesmas.
Tingginya jumlah pasien di rumah sakit rujukan Covid-19, lanjut Tri, membuat tenaga kesehatan kewalahan. ”Nakes yang masuk ke ICU dan isolasi mandiri sangat banyak,” kata Tri.
Berdasarkan data Lapor Covid-19 hingga 5 Januari 2021, total kematian tenaga kesehatan mencapai 540 kasus. Tri mengatakan, banyak warga positif kesulitan mendapatkan rumah sakit dan harus pulang tanpa mendapatkan rumah sakit bisa meningkatkan risiko penularan di dalam keluarga. Penambahan tempat tidur ataupun alat kesehatan tidak akan mampu mengatasi lonjakan pasien Covid-19.
Oleh karena itu, solusinya dengan memperketat pembatasan sosial dan meningkatkan 3T (testing, tracing, dan treatment) serta meningkatkan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Selain itu, sistem rujukan rumah sakit yang hampir tidak berfungsi harus segera diperbaiki.
Situasi Bogor
Di Kota Bogor, penambahan kasus positif yang mencapai rata-rata 70 kasus per hari juga berdampak pada rumah sakit rujukan. Berdasarkan data pembaruan pada Senin (4/1/2021), jumlah tempat tidur ruang isolasi yang terisi mencapai 499 dari 591 tempat tidur. Sedangkan keterisian ruang ICU mencapai sekitar 90 persen.
Wali Kota Bima Arya mengatakan, pihaknya saat ini segera menyiapkan rumah sakit darurat Covid-19 di Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) di Kompleks GOR Pajajaran sebagai rumah sakit lapangan (RSL) untuk perawatan pasien positif Covid-19. ”Insya Allah, minggu kedua bulan Januari ditargetkan sudah bisa beroperasi. Sekarang sedang mengejar persiapan,” kata Bima.
Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menambahkan, Kota Bogor mendapat bantuan PCR mobile container dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Alat itu akan membantu penanganan Covid-19 karena mampu memeriksa hingga ratusan spesimen.