Sejak Maret 2020, Sudah 2.886 Anak di Kota Bekasi Terpapar Korona
Warga yang terpapar Covid-19 di Kota Bekasi didominasi usia produktif, yaitu mencapai 70 persen.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Lonjakan kasus Covid-19 dengan jumlah tertinggi selama tiga bulan terkahir di Kota Bekasi terjadi pada Desember 2020. Mereka yang terpapar Covid-19 didominasi usia produktif, yaitu mencapai 70 persen, dengan jumlah kasus pada anak di angka 2.886 kasus.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan bahwa di Kota Bekasi, lonjakan kasus Covid-19 dengan jumlah terbanyak selama tiga bulan terakhir terjadi pada Desember 2020. Namun, peningkatan kasus itu diikuti dengan angka kesembuhan yang juga tinggi, yakni mencapai 94,66 persen.
”Angka kematian juga ada kenaikan dari 1,3 persen menjadi 1,7 persen,” kata Rahmat dalam konferensi pers di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Senin (4/1/2021).
Dari 70 persen pasien usia produktif itu, sebanyhak 18 persen masih usia anak. Peningkatan kasus anak ini terjadi pada kluster keluarga.
Di Kota Bekasi, sesuai data Satuan Tugas Covid-19 daerah setempat, akumulasi kasus Covid-19 mencapai 16.008 kasus. Rinciannya, 581 kasus dalam perawatan, 273 kasus meninggal, dan 15.154 kasus sembuh.
Dari ribuan kasus di Kota Bekasi, jumlah warga yang terpapar Covid-19 masih didominasi usia produktif, yakni mencapai 70 persen. Dari 70 persen usia produktif itu, kasus korona yang menjangkiti anak-anak mencapai 18 persen.
”Mohon maaf, dari 70 persen usia produktif itu, sebanyak 18 persen masih usia anak. Peningkatan kasus anak ini terjadi pada kluster keluarga,” ujar Rahmat.
Di Bekasi, sejak kemunculan kasus Covid-19 pertama pada Maret hingga Desember 2020, kasus dari kluster keluarga paling mendominasi, yakni mencapai 4.981 keluarga. Jumlah keluarga yang belum sembuh dari Covid-19 masih ada 325 keluarga.
Puskesmas disiapkan
Rahmat menambahkan, upaya menekan kasus Covid-19 di Kota Bekasi terus diperkuat melalui peningkatan tes, pelacakan, dan penanganan, termasuk menyediakan fasilitas melalui perawatan. Untuk meningkatkan tes, Rahmat mengklaim daerahnya tidak lagi memiliki kesulitan dalam menyediakan alat tes usap.
”Stok (PCR) di RSUD dan Labkesda itu cukup sampai Maret 2021. Kami juga menyiapkan biaya tak terduga sebesar Rp 175 miliar. Jadi, uangnya sudah tersedia, nanti tinggal lihat apa saja yang harus dibutuhkan untuk dipenuhi,” kata Rahmat.
Di Kota Bekasi, sejak Maret 2020 hingga Januari 2021, jumlah alat tes PCR yang sudah dihabiskan untuk tes dan pelacakan kasus mencapai 122.151 spesimen. Standar tes tiap pekan juga diklaim sudah di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Selain alat tes, Pemerintah Kota Bekasi juga terus menambah ruang perawatan Covid-19. Rumah Sakit Darurat Stadion Patriot Candrabhaga direncanakan ditambah 50 tempat tidur. Sementara di RSUD Tipe D Bekasi Utara direncanakan ditambah 100 tempat tidur.
”Sekarang sudah ditambah lagi, RS Tipe D sudah selesai. Bahkan ada beberapa puskesmas juga bisa dipakai jika terjadi kedaruratan,” kata Rahmat.
Sebelumnya, epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan, tahun 2021 adalah periode berat bagi Indonesia. Tren kasus Covid-19 terus meningkat dan belum terkendali.
Apalagi, saat ini, muncul SARS-CoV-2 varian baru yang berpotensi lebih menular. Untuk itu, ia meminta pemerintah melipatgandakan kewaspadaan dan surveilans. Upaya tes, pelacakan kontak, dan isolasi mesti terus ditingkatkan.