Liburan panjang kali ini hadir di tengah pandemi. Warga berusaha menerapkan protokol kesehatan meski sedang menjalani kegiatan santai.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjaga konsistensi menjalankan protokol kesehatan bukan pekerjaan mudah. Sebagian warga mewujudkannya dengan tetap di rumah saja meskipun menjalani liburan panjang.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menutup berbagai lokasi wisata di Ibu Kota. Wisata sejarah, taman hiburan, hingga sebagian fasilitas atau tempat publik tutup selama tiga hari, yaitu 25 Desember 2020, 31 Desember 2020, dan 1 Januari 2021, sebagai langkah antisipasi penularan SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 pada masa libur Natal dan Tahun Baru.
Ignatya Evelin (21) dan keluarga, warga Kota Bekasi, Jawa Barat, memilih merayakan Natal di rumah saja karena situasi pandemi belum mereda. Pilihan ini berbeda drastis dari hiruk-pikuk tahun-tahun sebelumnya. ”Tahun lalu jalan-jalan. Kali ini banyak destinasi tujuan wisata tutup ditambah kasus positif melonjak. Jadi, lebih baik di rumah bersama keluarga,” kata Evelin, Sabtu (26/12/2020).
Lebih baik di rumah saja juga menjadi pilihan Mieke Slamet (67) dan keluarga, warga Cibubur, Jakarta Timur. Penyebabnya situasi pandemi yang belum pasti. Apalagi masih terjadi lonjakan kasus dan angka kematian.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat penambahan kasus baru pada Sabtu sebanyak 6.740 orang sehingga total kasus mencapai 706.837 orang. Jumlah korban meninggal bertambah 147 jiwa sehingga total menjadi 20.994 jiwa.
Penutupan destinasi wisata hingga fasilitas publik pada akhir tahun merupakan hal yang tak biasa terjadi. Warga DKI dan Indonesia pada umumnya terbiasa merayakan libur akhir tahun dengan berkumpul, rekreasi, atau berkunjung ke rumah kerabat. Merayakan akhir tahun dengan kemeriahan dan bersenang-senang sudah menjadi budaya.
Menurut pengajar Program Studi Perjalanan Wisata Universitas Negeri Jakarta, Khrisnamurti, kebijakan menutup berbagai destinasi wisata, fasilitas publik, hingga pembatasan jam operasional tempat hiburan merupakan langkah tepat. Sebab, pada akhir tahun, pada 25 dan 31 Desember 2020 serta 1 Januari 2021 merupakan puncak kunjungan warga ke berbagai tempat wisata di Ibu Kota.
”Ini adalah akhir tahun yang harus direfleksikan, apa yang kita inginkan tidak tercapai, tetapi bersyukur apa yang kita punya. Dalam pariwisata, ada health tourism, religius tourism, dan heritage tourism. Jadi, berpikirnya benar-benar untuk refleksi,” tutur Khrisna, Kamis (24/12/2020).
Masa liburan Natal dan Tahun baru, data volume penumpang PT Kereta Api Indonesia mencatat puncak keberangkatan penumpang tertinggi pada Rabu (23/12/2020) sebanyak 16.700 penumpang dari Daop 1 dengan tujuan, antara lain ke Bandung dan Cirebon di Jawa Barat; Semarang, Purwokerto, dan Solo di Jawa Tengah; Yogyakarta; dan Surabaya dan Malang di Jawa Timur.
PT KAI berupaya konsisten menerapkan protokol kesehatan dengan mendukung kebijakan pemerintah mewajibkan tes antigen bagi penumpang. Daop 1 Jakarta membuka layanan tes antigen di Stasiun Gambir dan Pasar Senen sejak 21 Desember 2020.
Layanan tes antigen di kedua stasiun itu telah menjangkau 17.313 penumpang dari 21-24 Desember. Penumpang yang hasil tesnya positif akan ditangani khusus oleh tim dokter di area isolasi. Selanjutnya mereka diberikan arahan khusus agar melakukan pemeriksaan lanjut di rumah sakit serta berkordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Biaya tiket mereka dikembalikan secara penuh, dibantu oleh petugas sehingga tidak menuju loket lagi.
Executive Vice President PT Kereta Api Indonesia Daop I Jakarta Eko Purwanto dalam keterangan resminya memastikan semua penumpang yang berangkat menggunakan kereta api jarak jauh pada masa angkutan Natal dan Tahun Baru berada dalam kondisi sehat berdasarkan pemeriksaan berkas tes antigen dengan hasil negatif dan memiliki suhu tubuh kurang dari 37,3 derajat. ”Penumpang juga wajib mengenakan masker dan alat pelindung wajah saat akan berangkat,” katanya.