Di Keramaian Stasiun, Sopir Bajaj dan Taksi Masih Merasa Sepi
Ramainya penumpang di stasiun kereta api tidak berimbas kepada para sopir bajaj dan sopir taksi yang mencari peruntungan di stasiun. Mereka lebih banyak menunggu daripada mengangkut penumpang.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Stasiun Pasar Senen dan Gambir masih ramai dipadati penumpang yang ingin berangkat atau menjalani tes antigen. Di salah satu sudut, para sopir bajaj dan sopir taksi hanya bisa merana melihat pemandangan itu. Keramaian pengguna kereta api tidak menyambangi kantong sopir.
Kurang dari sepuluh sopir bajaj terlihat sibuk mondar-mandir sambil menawarkan jasa mereka kepada orang-orang yang keluar dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Rabu (23/12/2020) siang. Tak seperti teman-temannya, Giro (48) hanya duduk di emperan trotoar.
Sesekali, ia hanya mengacungkan jari telunjuknya kepada orang-orang tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hasilnya nihil. Mereka hanya melintas dan sekilas menoleh ke arah Giro.
”Percuma juga kan, capek nawar-nawarin. Bikin sakit hati doang kalau didiemin kayak gitu,” ujarnya saat ditemui di pangkalan bajaj Stasiun Pasar Senen.
Hingga pukul 11.00, Giro mengaku baru mendapatkan satu penumpang meskipun dia sudah mengadu peruntungannya sejak pukul 05.00. Penumpang itu pun langganannya yang baru pulang berbelanja di Pasar Senen. Kebetulan lokasi Pasar Senen berada tepat di seberang Stasiun Pasar Senen.
Menurut Giro, ramainya Stasiun Pasar Senen pada periode Natal dan Tahun Baru ini tidak berpengaruh baginya. Penghasilan Giro masih anjlok seperti hari-hari lain pad masa pandemi. Penghasilannya masih berkisar Rp 100.000-Rp 150.000 per hari. Namun, beberapa kali hanya selembar uang Rp 20.000 yang mengisi kantongnya sepanjang hari. Padahal, sebelum pandemi, dia biasa mendapatkan penghasilan Rp 200.000-Rp 250.000 sehari.
Belum lagi, setiap bulan Giro wajib menyetorkan Rp 1,6 juta kepada si empunya bajaj. Artinya, setiap hari setidaknya ia perlu menyimpan uang Rp 60.000 dari total penghasilannya untuk membayar setoran.
”Tapi, alhamdulilah masih bisa bayar setoran bulanan. Cuma buat makan sehari-harinya yang kadang bingung,” ujar pria asal Brebes, Jawa Tengah, ini.
Beruntung, selama pandemi istri Giro ikut membantunya mencari nafkah di Jakarta sebagai asisten rumah tangga. Penghasilan istri yang mencapai Rp 2 juta sebulan mampu menutupi penghasilan Giro sekaligus menafkahi tiga anaknya yang tinggal di Brebes.
”Begitu tahu penghasilan saya anjlok, istri langsung berangkat ke Jakarta. Anak-anak ditinggal di Brebes,” kata Giro.
Di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, para sopir taksi juga terlihat menganggur pada Rabu siang. Salah satunya Joko (52), sopir taksi Blue Bird yang baru mendapatkan satu penumpang setengah hari ini.
Hingga pukul 12.00, ia baru menghasilkan uang senilai Rp 82.000. Padahal, penghasilan itu nantinya akan dipotong 60 persen untuk perusahaan. Dari sisa 40 persen, masih dipotong untuk membeli bahan bakar. Setelah itu, barulah menjadi rezeki Joko.
”Tadi jam 06.00 sudah sampai sini. Kalau kelamaan, enggak dapat penumpang, mahal juga bayar parkir stasiunnya. Saya pernah sampai Rp 60.000 sekali parkir,” ujarnya.
Sementara pada Selasa (22/12/2020), Joko hanya mendapatkan Rp 230.000 setelah seharian mangkal di Stasiun Gambir. Padahal, penumpang yang hendak menjalani tes antigen saat itu sedang memadati stasiun. Mereka memilih mengikuti tes sehari sebelum keberangkatan agar tidak ketinggalan kereta.
Dari penghasilannya tersebut, Joko mengaku hanya mendapatkan komisi Rp 50.000 setelah dipotong untuk perusahaan dan membeli bahan bakar. ”Buat makan sudah habis itu, padahal pas penumpang kereta ramai-ramainya," ujarnya.
Di samping itu, para sopir taksi seperti dirinya juga biasa mengandalkan bonus bulanan dari penghasilan argometer selama sebulan. Bulan lalu, bonus terendah Rp 550.000 bisa didapatkan jika argometer mencapai Rp 9 juta.
Untuk Desember ini, perusahaan menaikkan target bonus bulanan tersebut mengingat bulan ini adalah musim ramai. Bonus terendah Rp 550.000 tersebut baru bisa didapatkan jika argometer mencapai Rp 11 juta.
”Bulan kemarin saya masih dapat bonus. Kalau bulan ini kayaknya berat karena sekarang aja baru dapet sekitar Rp 8 jutaan,” kata pria asal Lampung ini.
Kondisi keuangan yang karut-marut memaksa Joko mengurungkan niat pulang ke kampung halaman mengunjungi istri dan tiga anaknya. Dia terakhir pulang ke Lampung pada Desember 2019 atau tepat setahun yang lalu.
”Selama pandemi, belum pernah pulang sekali pun. Selain karena masalah keuangan, anak saya masih khawatir kalau saya bawa virus,” katanya.
Meski begitu, Joko tetap bersyukur karena masih ada rezeki yang bisa ia dapatkan selama pandemi ini. Ia juga merasa beruntung karena nasibnya tidak setragis teman-teman sopir lainnya.
”Yang enggak tahan dan berhenti narik banyak. Malah ada yang bercerai sama istrinya karena keuangannya berantakan,” ujarnya.
Untuk menghibur diri, Joko biasanya mendengarkan musik keroncong modern melalui ponselnya, seperti yang ia lakukan pada Rabu siang. Lewat musik tersebut, Joko bisa larut dalam kenangan setahun lalu saat putri sulungnya melangsungkan pernikahan.
”Kalau sudah gini, jadi kebayang resepsi anak saya tahun lalu. Lagu-lagu hiburannya, ya, kayak gini. Buat mengobati kangen sama keluarga selain video call,” katanya.
Pedagang sepi
Sari (32), pedagang minuman di Stasiun Pasar Senen, juga harus merelakan dagangannya sepi selama periode Natal dan Tahun Baru ini. Dia yang biasanya berjualan di depan pintu masuk stasiun harus ditertibkan oleh petugas stasiun beberapa hari yang lalu.
Ia kini harus berjualan di dekat pintu masuk sepeda motor atau bergeser sekitar 100 meter dari tempat awalnya berjualan. Sari mengaku, calon penumpang kereta yang melewati kawasan tersebut relatif sepi.
”Yang beli, ya, abang-abang ojek daring ini paling. Sehari paling dapat Rp 50.000-Rp 70.000 sekarang. Sebelumnya mending masih bisa dapat Rp 150.000-an,” ujarnya.
PT Kereta Api Indonesia Daop 1 mencatat, penumpang yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen dan Gambir pada Rabu (23/12/2020) mencapai 16.700 orang. Sebanyak 11.300 orang dari Stasiun Pasar Senen dan 5.400 dari Stasiun Gambir.
Jumlah ini meningkat signifikan dibandingkan dengan dua hari sebelumnya. Pada Selasa (22/12/2020), jumlah penumpang di dua stasiun tersebut mencapai 5.992 orang. Sementara pada Senin (21/12/2020), jumlah penumpang mencapai 6.178 orang.
”Volume keberangkatan penumpang pada hari ini menjadi yang tertinggi. Meskipun untuk 24, 25, dan 26 Desember 2020 juga terhitung tinggi jika dibandingkan dengan momen-momen libur saat pandemi. Angkanya masih berkisar di atas 10.000,” kata Kepala Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Eva Chairunisa saat ditemui di Stasiun Pasar Senen.