Sejumlah warga di Jakarta berupaya mematuhi protokol kesehatan Covid-19 agar tetap bisa berbelanja persiapan Natal. Semangat mereka tidak surut di tengah kurva pandemi yang belum juga melandai.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Situasi salah satu toko pernak-pernik di Pasar Esemka, Jakarta Barat, Senin (21/12/2020). Menjelang momen perayaan Natal, warga mengincar pernak-pernik dengan harga murah untuk dekorasi di rumah.
JAKARTA, KOMPAS — Steve (41) sibuk mengitari sejumlah lapak pedagang di Pasar Asemka, Jakarta Barat, pada Senin (21/12/2020). Sejak pagi hingga siang, dia tampak larut dalam aktivitas tawar-menawar barang aksesori di sana. Pegawai perusahaan asuransi itu berusaha keras untuk mendapat pernak-pernik bernuansa Natal dengan harga murah.
Dari sejumlah daftar barang yang diincar siang itu, Steve masih perlu membeli lampu dan kalung bunga (garland) untuk dekorasi di rumah. Aksesori ini menjadi esensial lantaran selama Natal, dia berencana hanya akan menghabiskan waktu di rumah.
Rutinitas berburu pernak-pernik Natal itu menjadi agak berbeda karena pandemi Covid-19. Dengan laju kasus yang belum melandai di Jakarta, Steve terpaksa harus tawar-menawar barang dengan mengenakan masker dan pelindung wajah. Dia juga kerap diliputi kekhawatiran akan potensi penularan virus penyebab Covid-19.
”Sebenarnya agak dilematik kalau mau belanja ke pasar. Harga barangnya murah, tetapi protokol kesehatannya kendur. Mau tawar-menawar saja bawaannya jadi ketar-ketir kalau tahu-tahu tertular Covid-19,” tutur Steve yang berkantor di Mampang, Jakarta Selatan, ini.
Warga menelusuri salah satu toko pernak-pernik natal di Pasar Esemka, Jakarta Barat, Senin (21/12/2020). Menjelang momen perayaan Natal, warga mengincar pernak-pernik dengan harga murah untuk dekorasi di rumah.
Seperti yang dijalani Steve, sebagian warga Jakarta masih harus berkegiatan meski diterjang situasi pandemi. Pada momen menjelang perayaan Natal, mereka tetap bersemangat menyiapkan hal-hal yang menghadirkan sukacita di rumah masing-masing.
Selain Steve, ada Lusiana (48) yang tetap berburu pernak-pernik natal di tengah pandemi. Warga Bekasi, Jawa Barat, ini membeli tiga lusin tas kain bertuliskan Merry Christmas sebagai pembungkus hantaran kue untuk tetangga dekat.
Sebenarnya agak dilematik kalau mau belanja ke pasar. Harga barangnya murah, tetapi protokol kesehatannya kendur. Mau tawar-menawar saja bawaannya jadi ketar-ketir kalau tahu-tahu tertular Covid-19. (Steve)
Perjuangan untuk berburu pernak-pernik natal itu sebenarnya penuh risiko. Lusiana paham betul bahwa pasar tradisional termasuk sebagai zona merah penularan Covid-19. Di pasar, pedagang atau pengunjung lainnya bisa saja merupakan orang yang positif tanpa gejala. Ditambah lagi, banyak orang di pasar tidak cukup disiplin dengan protokol kesehatan.
Kondisi itu memicu Lusiana lebih disiplin terhadap protokol kesehatan. Dia berprinsip, kedisiplinan terhadap protokol kesehatan harus datang dari diri sendiri terlebih dahulu. Dengan memakai masker dan pelindung wajah, dia yakin bisa mencegah penularan Covid-19.
”Pokoknya habis berbelanja keperluan Natal ini, saya langsung pulang dan mandi di rumah. Mudah-mudahan enggak ada penularan,” kata perempuan ini.
Warga menelusuri salah satu toko pernak-pernik natal di Pasar Esemka, Jakarta Barat, Senin (21/12/2020). Menjelang momen perayaan Natal, warga mengincar pernak-pernik dengan harga murah untuk dekorasi di rumah.
Sejumlah situasi tersebut adalah kenyataan yang mesti dilalui warga Jakarta saat ini. Warga harus benar-benar memastikan diri mereka terlindung masker demi keamanan dari potensi penularan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menuturkan, pasar sampai saat ini masih menjadi titik pertemuan banyak orang. Dan, sering kali penerapan protokol kesehatan di sejumlah pasar malah makin kendur beberapa bulan terakhir.
Di Jakarta, misalnya, Abdullah menyayangkan prosedur tes untuk deteksi Covid-19 yang berhenti di pasar tradisional sejak Juli 2020. Karena kondisi itu, Ikappi tidak lagi memperbarui data pedagang yang positif Covid-19 lantaran tes bergantung pada dinas kesehatan provinsi setempat.
”Tidak semua dinas kesehatan provinsi setempat rutin melakukan tes. Tentu ini menyulitkan pendataan kami apabila ada pedagang yang sebenarnya positif Covid-19, tetapi tanpa gejala,” ucap Abdullah.
Seorang anak mencuci tangan di salah satu toko pernak-pernik natal di Pasar Esemka, Jakarta Barat, Senin (21/12/2020). Menjelang momen perayaan Natal, warga mengincar pernak-pernik dengan harga murah untuk dekorasi di rumah.
Manager Pemasaran Perusahaan Daerah Pasar Jaya Gatra Vaganza mengatakan bahwa tes deteksi Covid-19 dilakukan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Adapun sejak Juli lalu, tes terhadap pedagang tidak lagi berlangsung. ”Kami menyesuaikan dengan dinas kesehatan, sejauh ini belum mengadakan tes lagi untuk pedagang,” ucapnya.
Beradaptasi
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Ede Surya Darmawan mengemukakan, warga mesti benar-benar beradaptasi terhadap protokol kesehatan setidaknya hingga tahun 2021. Hal ini menjadi wajib terutama karena vaksin Covid-19 mungkin belum akan masuk ke Indonesia dalam waktu dekat. Sementara itu, kapasitas layanan rumah sakit makin penuh karena laju kasus yang tinggi.
”Mau tidak mau, protokol kesehatan ketat adalah satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan semua orang untuk saat ini. Menjelang libur Natal dan akhir tahun, saya tidak bosan untuk mengingatkan agar masyarakat jangan terlena dengan kerumunan. Di dalam kerumunan itu, potensi penularan Covid-19 masih ada,” tutur Ede.