Penularan Covid-19 masih tinggi meskipun angka kesembuhan menyentuh 82 persen. Semua pihak mesti mengantisipasi agar layanan kesehatan tidak kolaps.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 belum menampakkan puncak ataupun landai. Pada saat yang sama aktivitas keseharian berangsur-angsur seperti biasa. Waspadai kolapsnya layanan kesehatan dengan penguatan testing, tracing, dan treatment serta tetap disiplin mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak untuk memutus mata rantai virus.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat 8.369 kasus konfirmasi positif pada 3 Desember sekaligus lonjakan tertinggi dalam sepuluh bulan pandemi. Adapun dalam sepekan terakhir atau rentang 10 Desember hingga 15 Desember tercatat jumlah kasus konfirmasi positif berturut-turut 6.033, 6.310, 6.388, 6.189, 5.489, dan 6.120 kasus.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Daeng M Faqih mengatakan, kasus belum menurun atau melandai meskipun data satuan tugas menunjukkan angka kesembuhan mencapai 82 persen. Hampir semua kota besar berstatus zona merah dan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit lebih dari 80 persen.
Itu artinya kasus positif Covid-19 masih bertambah, belum menunjukkan puncaknya ataupun melandai, dengan penularan yang cepat karena adanya mutasi. ”Penularan semakin cepat meskipun tidak menimbulkan keganasan lebih. Namun, hati-hati karena penularan yang cepat membuat kasus meningkat, beban layanan kesehatan bertambah, risiko penularan kepada tenaga kesehatan bertambah, hingga layanan kesehatan kolaps,” kata Daeng, Rabu (16/12/2020), dalam webinar bersama Good Doctor, Ikatan Dokter Indonesia, Lingkar Sehat Indonesia, dan WeCare.id.
Daeng mencontohkan lonjakan kasus setelah periode liburan di bulan Agustus, September, dan Oktober. Lonjakan itu selaras dengan naiknya tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit dan meningkatnya tenaga kesehatan terpapar SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Tidak sedikit di antaranya meninggal.
Sepuluh bulan ini, menurut Daeng, treatment, salah satunya isolasi, sudah cukup baik. Akan tetapi, testing dan tracing masih rendah. Padahal, keduanya penting untuk memutus rantai penularan. ”Persoalannya masih perlu kuatkan kapasitas testing dan tracing. Semakin banyak terlokalisir, pemutusan mata rantai makin cepat,” ujarnya.
Di sisi lain, disiplin menerapkan protokol kesehatan mengendur. Salah satunya tampak dalam survei Badan Pusat Statistik secara daring pada 7-14 September 2020 tentang kemungkinan terpapar Covid-19. Ada 90.967 responden terdiri dari 44,77 persen laki-laki dan 55,23 persen perempuan. Sebagian besar responden berusia kurang dari 45 tahun.
Sebanyak 34,3 persen yakin cukup mungkin terpapar, 12,5 persen yakin tidak mungkin terpapar, dan 4,5 persen yakin sangat tidak mungkin terpapar. Sisanya, 29,4 persen yakin mungkin terpapar dan 19,3 persen yakin sangat mungkin terpapar.
Daeng menyarankan memperkuat protokol kesehatan dengan mendekati pemuka agama, kawula muda yang dekat dengan teknologi informasi dan komunikasi, serta kembali ke pembatasan sosial berskala besar seperti awal pandemi.
Angka penularan juga dikhawatirkan oleh Direktur Utama Lingkar Sehat Indonesia Wahyu Prabowo. Kekhawatirannya belajar dari penuhnya keterisian tempat tidur hingga bingung merujuk pasien saat terjadi lonjakan kasus.
Lingkar Sehat Indonesia selama pandemi berjejaring dengan enam rumah sakit di Kota Medan dan Siantar (Sumatera Utara), Tangerang Selatan (Banten), Jakarta, serta Cibinong (Bogor) dengan lebih dari 3.000 pasien Covid-19.
”IGD ditutup karena pasien tidak bisa masuk ke perawatan. Bisa sampai tiga hari menunggu atau rujuk. Cukup banyak tenaga kesehatan yang positif,” ujar Wahyu. Ia juga sempat positif Covid-19 dengan waktu isolasi dan perawatan selama 18 hari.
Berkaca dari kondisi itu, ada inisiatif kampanye protokol kesehatan dan donasi alat pelindung diri, khususnya masker, untuk tenaga kesehatan. Sebab, penggunaan masker saja tidak bisa hanya satu kali dalam sehari.
Good Doctor dan IDI bekerja sama dengan Lingkar Sehat Indonesia dan WeCare.id mengajak masyarakat turut mendukung perlindungan terhadap tenaga medis dan tenaga kesehatan dengan mempraktikkan protokol kesehatan serta donasi masker bedah lewat WeCare.id.
Co-founder WeCare.id Gigih Rezki Septianto menyebutkan, urun dana dan donasi fokus pada layanan kesehatan. Sejak Maret tercatat ada 200-500 formulir permintaan bantuan dari sejumlah rumah sakit dalam sehari. Sebagian besar permintaan itu berupa masker bedah.