Keterisian Pasien Tanpa Gejala di Wisma Atlet Hampir 100 Persen
Pasien tanpa gejala di menara lima dan delapan RSDC Wisma Atlet jumlahnya meningkat signifikan. Anggaran perawatan pasien itu juga kian besar.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterisian pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 atau RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, meningkat signifikan. Jumlah pasien tanpa gejala yang dirawat di menara 8 dan menara 5 RSDC Wisma Atlet keterisiannya hampir mencapai 100 persen.
Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu Mayor Jenderal (TNI) Dudung Abdurachman mengatakan, jumlah pasien yang menjalani perawatan atau isolasi di Menara Lima dan Delapan (khusus pasien tanpa gejala) di RSDC Wisma Atlet hampir mencapai seratus persen atau sebanyak 1.002 pasien. Sementara di Menara 4,6, dan 7 yang dikhususkan untuk perawatan pasien Covid-19 bergejala jumlahhnya mencapai sekitar 3.000 pasien.
"Perlu diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia, bahwa biaya perawatan setiap hari untuk pasien tanpa gejala itu mulai dari obat, makan, dan lain-lain itu Rp 938.100 per hari per orang. Kemudian bagi yang bergejala itu biayanya Rp 1.105.118 per hari per orang. Kalau yang masuk HCU, itu biayanya Rp 2,8 juta sampai Rp 3,3 juta per hari per orang," kata Dudung, Jumat (4/12/2020).
Dudung, yang juga Panglima Komando Daerah Militer Jaya, menambahkan, rincian anggaran itu menunjukkan kalau biaya untuk merawat pasien yang terpapar Covid-19 sangat besar. Di RSDC Wisma Atlet, biaya yang sudah dihabiskan untuk merawat pasien Covid-19 diperkirakan lebih dari Rp 4 triliun. Biaya itu belum termasuk anggaran insentif bagi para relawan dan sebagainya. Biaya ini dinilai sebagai kerugian negara.
"Seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden, untuk menangani Covid-19 ini sudah sekitar Rp 690 triliun. Artinya perhatian pemerintah luar biasa untuk keselamatan masyarakat," kata Dudung.
Oleh karena itu, warga diimbau untuk berpegang teguh pada protokol kesehatan dengan rutin menjalankan 3M. Selain itu, ada juga 3K, yaitu dilarang kerumunan, dilarang kontak erat, dan dilarang masuk kamar yang ber-AC dan tertutup. Ketidakpatuhan terhadap 3M dan 3K berisiko tinggi terhadap penularan Covid-19.
"Jadi, saya berharap tidak ada lagi kerumunan masyarakat yang lebih dari lima orang. Khusus DKI, 85 persen pasien di RSDC Wisma Atlet dari DKI Jakarta. Oleh karena itu, jangan melanggar (protokol kesehata), kami bersama kepolisian akan menindak tegas para pelaku yang membuat pelanggaran," ucap Dudung.
Menyiapkan hotel
Adapun terkait lonjakan kasus Covid-19 di Jakarta, Dudung mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari membentuk satuan tugas (satgas) penegakan disiplin protokol kesehatan, operasi yustisi, dan satgas padat karya. Khusus satgas padat karya, di setiap kelurahan ada 100 orang yang direkrut untuk mengimbau masyarakat agar patuh pada protokol kesehatan.
Selain sosialisasi, kata Dudung, pihaknya juga membuka opsi untuk menyiapkan tempat isolasi pasien tanpa gejala di luar RSDC Wisma Atlet. Tempat lain yang disiapkan itu termasuk di hotel.
"Ada beberapa hotel yang sudah ditunjuk oleh BNPB untuk menampung pasien tanpa gejala, kami siapkan. Kemudian kondisi saat ini, dengan pasien gejala (di RSDC Wisma Atlet) rata-rata keterisiannya mencapai 60-70 persen. Masih bisa mengatasi, tetapi sebetulnya sudah terjadi peningkatan," katanya.
Koordinator RSDC Wisma Atlet Mayor Jenderal Tugas Ratmono menambahkan, ada skenario jika terus terjadi lonjakan pasien, maka RSDC Wisma Atlet hanya akan difokuskan untuk merawat pasien bergejala. Namun, sejauh ini keterisian pasien di menara lima dan delapan masih bisa diatur untuk tetap menampung pasien tanpa gejala.
"Kemarin dalam rapat yang dipimpin Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, sudah mengimbau untuk semua daerah menyiapkan rumah sakit seperti Wisma Atlet. Ini untuk membantu rumah sakit yang selama ini dipakai untuk merawat pasien Covid-19," ucapnya.