Di tengah ramainya jalanan Jakarta, ada orang-orang yang tak berhenti berbuat untuk kebaikan sesama. Beberapa di antaranya adalah Rohim bin Sarman dan Siswanto yang sudah sepuluh tahun membersihkan jalanan dari paku.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keyakinan bahwa hidup harus bermanfaat bagi sesama melecut gairah Rohim bin Sarman (50) dan Siswanto (46) terus menyapu ”ranjau” paku di jalanan Jakarta. Sudah sepuluh tahun mereka yang tergabung dalam Komunitas Sapu Bersih Ranjau Paku atau Saber Paku sukarela membersihkan paku, jari-jari payung, dan sekrup dengan peralatan sederhana.
Selasa (10/11/2020) pagi, Rohim menjaring seperempat kilogram ranjau paku meskipun kesiangan berangkat ke tempat kerjanya. Penyapuan menggunakan magnet terlilit kawat yang terkait pada seutas tali itu berlangsung mulai dari depan gedung Badan Pemeriksa Keuangan di Jalan Gatot Subroto hingga Balai Kartini, Jakarta Selatan.
”Pagi ini kebetulan kesiangan sehingga penyapuan belum tuntas. Kalau masih fit, nanti pulang kerja penyapuan lagi,” ucap Rohim. Sopir yang bekerja di Kemang, Jakarta Selatan, itu biasanya melakukan penyapuan pukul 06.30-09.00 saat berangkat kerja dan pukul 20.00-23.00 sepulang kerja.
Menurut dia, selama pandemi, sebaran ranjau paku cenderung bertambah, khususnya jari-jari payung. Daya rusaknya pun lebih besar ketimbang paku karena mampu merobek ban dalam dan menggembosi ban tubeless.
Setidaknya sudah ada satu kuintal lebih ranjau paku yang terkumpul sejak awal tahun di kontrakannya di Cengkareng, Jakarta Barat. Siswanto sedang gencar-gencarnya mengail ranjau paku mulai dari jalan layang Slipi ke arah Pancoran. Selasa pagi, misalnya, bergerak sejak subuh hingga pukul 07.00 ada dua genggaman tangan paku payung terkail.
Siswanto menuturkan, ranjau paku selalu ada lagi dan lagi setelah penyapuan oleh anggota komunitas. Ranjau yang selalu bertebaran tak menyurutkan konsistensi pemborong proyek yang tinggal di Cengkareng itu dan teman-temannya. ”Bekerja dari hati nurani dengan ikhlas tanpa pamrih. Enjoy saja, hidup harus bisa bermanfaat. Kerja untuk anak-istri dan membantu orang lain,” ujar Siswanto.
Nantinya ranjau paku yang terkumpul akan dijual untuk biaya operasional. Biaya operasional mencakup ongkos bahan bakar, makan, dan penggantian magnet untuk mengail ranjau paku. Mereka juga melengkapi diri dengan rompi hijau, seperti polisi lalu lintas, handy talky untuk berkomunikasi, dan lampu penerangan untuk keselamatan kerja di malam hari.
Konsisten
Rutinitas menyapu ranjau paku berawal dari pengalaman ban gembos yang terjadi berulang kali. Dari anggapan hal biasa beralih jadi penasaran hingga mencari tahu penyebabnya.
Rohim mulai mengail ranjau paku setelah kerap mengalami ban gembos saat melintas di kawasan Green Garden menuju ke Cengkareng. Awalnya selama sepekan setiap pulang kerja ia mulai menyusuri rute itu dan memungut paku-paku yang bertebaran. Dengan tangan kosong terkumpul sebotol paku. ”Saya, kan, sopir, waktu tahun 2010 sering tuh (ban gembos) setelah nganter bos. Saya masih awam, belum tahu kalau banyak ranjau paku di jalanan,” katanya.
Bersama empat sukarelawan yang bergabung, terbentuklah Saber Paku tahun 2011. Setidaknya ada 35 sukarelawan yang tersebar di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Bekasi. Mereka terdiri atas berbagai profesi, yakni sopir, kurir, ojek, dan karyawan.
Pada 2012-2016, mereka mampu mengail 3-7 kilogram ranjau paku per hari dari sejumlah lokasi. Saat ini, per hari mereka mengail seperempat sampai setengah kilogram ranjau paku. Lokasi mengail antara lain di Grogol, Permata Hijau, Pancoran, dan Cideng.
Kerja mereka bukan tanpa risiko. Mereka harus waspada berada di keramaian lalu lintas supaya tidak tertabrak, terutama saat mengail di lajur tengah. Belum lagi intimidasi dari oknum-oknum yang merasa terganggu oleh aktivitas mengail ranjau paku.
Rohim menuturkan, ada oknum yang kerap kali meneror dengan cara nyaris menabrak penyapu ranjau. Oknum itu pun sering berseliweran ketika sedang berlangsung penyapuan ranjau paku.
Rohim dan kawan-kawan tidak tinggal diam. Beberapa kali mereka mencegat oknum itu dan mencecarnya dengan rangkaian pertanyaan. Akan tetapi, mereka tidak memiliki cukup bukti meskipun ada sejumlah ranjau paku di jok sepeda motor. ”Oknumnya tahu, tetapi tidak tertangkap tangan. Susah juga,” katanya.
Kenyataan itu tidak menyurutkan langkah Saber Paku penyapu ranjau paku. Siswanto dan teman-temannya berikhtiar akan terus menyusuri jalan selama masih mampu. Demikian juga sukarelawan lain meskipun tidak rutin menyapu ranjau karena halangan pekerjaan.