Bekerja dari rumah membutuhkan tempat khusus. Agar lebih menunjang pekerjaan, fasilitas lain perlu tersedia sehingga produktif tetap terjaga.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pekerja kantoran kerepotan bekerja dari rumah saat awal pandemi karena ketiadaan ruang khusus dan fasilitas penunjang. Bekerja dari rumah dapat berjalan lancar setelah fasilitas penunjang mendukung.
Ammar (26) beberapa kali bolak-balik bekerja dari kantor di Jakarta saat pembatasan sosial berskala besar karena belum terbiasa bekerja dari rumah di Depok, Jawa Barat. Bekerja dari rumah sepenuhnya baru mulai berlangsung setelah lebaran hingga sekarang. ”Bulan-bulan awal saya kondisikan indekos dan rumah supaya nyaman untuk kerja,” ucap Ammar, Rabu (21/10/2020).
Ia membeli karpet dari toko daring supaya bisa bekerja sembari lesehan atau rebahan. Awalnya memang berjalan dengan baik. Namun, lama kelamaan kondisi itu tidak ideal karena banyak gangguan dari dalam diri.
”Pas lesehan gampang terganggu, jadi tidur-tiduran. Setelah beli meja dan kursi jadi lebih fokus,” katanya. Meja dan kursi dibelinya dari toko daring. Fasilitas penunjang lain berupa internet. Selain sudah berlangganan, ada subsidi dari kantor sebesar Rp 100.000 setiap bulan.
Pada dinding spot kerjanya tertempel catatan berisi daftar pekerjaan kantor, sampingan, dan rumah tangga. Tujuannya supaya bekerja sesuai jadwal, tidak ada yang terlewatkan, dan terpenting tidak bercampur aduk antara pekerjaan dan urusan pribadi.
Nasuha Ali (25) pun demikian. Ia masih bekerja dari kantor dan dari rumah pada awal pandemi. Selama itu dirinya rutin bolak-balik ke kantor di Jakarta Selatan. ”Harus siap dihubungi kapan saja karena jam kerja tidak tentu. Saya mulai susun tempat kerja dari rumah. Soalnya pekerjaan harus sedia setiap saat di depan laptop,” ucap Nasuha.
Awalnya hanya ada meja biasa yang tidak begitu menunjang posisi duduk. Sekarang sudah ada meja laptop, kursi, dan jaringan internet yang membuatnya lebih nyaman bekerja. Meja laptop dan kursi ini pun serbaguna, bisa digeser ke ruang tengah atau teras ketika bosan bekerja di kamar.
Selain itu, dirinya sebisa mungkin juga mandi pagi untuk melawan rasa kantuk dan melakukan beberapa pekerjaan sekaligus supaya pekerjaan dan urusan pribadi tidak menumpuk. ”Kerjaan rumah sama kerjaan kantor harus beres,” ujarnya.
Dokter spesialis okupasi Nuri Purwito Adi, dalam bincang-bincang Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sabtu (15/8/2020), menyampaikan bahwa bekerja dari rumah atau secara virtual dalam jangka waktu lama dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.
”Work from home (bekerja dari rumah) membuat pekerja seperti tak memiliki batas jam kerja. Di rumah juga kadang tidak disiapkan ruang untuk bekerja sehingga fasilitas tempat duduk maupun meja kerja tidak nyaman dan kurang mendukung,” kata Nuri.
Pekerja dan perusahaan harus mengatur waktu dan membatasi waktu bekerja supaya kesehatan mental terjaga. Pekerja harus menyampaikan dan memastikan waktu kerjanya agar atasan atau perusahaan mengetahui ritme kerja karyawannya. Saat ini masih banyak perusahaan mewajibkan karyawannya untuk bekerja secara tatap muka dan berangkat ke kantor. Nuri pun menegaskan agar setiap perusahaan tidak memaksakan karyawannya bekerja dari kantor.
Jika hal itu terpaksa dilakukan, perusahaan harus benar-benar menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan jaga jarak sesuai dengan aturan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ataupun Kementerian Kesehatan. Perusahaan juga harus membentuk satuan tugas Covid-19 sendiri guna memastikan protokol kesehatan diterapkan semua karyawan.